"Aku tak suka bau darah." Anaya berkata dengan nada lemas saat dia berbaring di kasur dengan Noah yang baru saja selesai mandi dan bertelanjang dada memperhatikan gadis itu.
Anaya baru selesai muntah-muntah dan kali ini lebih parah dari sebelumnya. Sampai kerongkongannya sakit dan perutnya terus mencoba mengeluarkan isi meskipun sudah tak ada apapun lagi di dalam sana.
"Kau masih mual, Sayang?"
"Sedikit."
Akhir-akhir ini tingkat mual muntah Anaya semakin parah. Usia kandungannya sekarang memasuki sembilan minggu dan dia mulai kehilangan nafsu makan karena setiap kali dia makan, pasti akan muntah. Bahkan dia mulai benci fetucini.
Hhh tidak ada yang bisa dia makan lagi sekarang. Begini rasanya mengandung?
"Omong-omong, apa kau baru saja membunuh seseorang?"
"Tidak."
"Lalu darah apa di bajumu tadi?"
"Jack menyembelih kambing, darahnya muncrat sampai ke bajuku."
"Tapi pakaian Jack bersih."
"Dia memang licik."
"Noah bisakah kau berhenti membunuh?" Anaya menatap Noah serius."Sebrengsek apapun orang yang kau bunuh pasti ada seseorang yang menunggunya pulang ke rumah."
"Semua juga akan mati pada waktunya. Aku hanya sedang membantu Tuhan mencabut nyawa orang-orang tak berguna itu."
Oh betapa mulianya akhlakmu Noah. Anaya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Apakah memang ada jenis manusia yang seperti ini?
"Kau mau sesuatu, Sayang? Katakan kau ingin apa?"
Gadis itu menatap Noah dengan dahi berkerut. Jujur saja dia tak pernah melihat sisi Noah yang ini. Yang lembut dan perhatian.
Hhh ada apa dengan laki-laki ini?
Anaya berbalik ke kanan agar dapat melihat wajah Noah lebih dekat. Sementara Noah membelai rambutnya lembut.
"Kau ingin makan apa hm?"
"Aku tak ingin apa-apa, aku hanya ingin berbaring saja."
"Fetucini, kau mau itu?"
"Tidak."
"Salad? Steak? Brulee?"
"Sekarang aku mulai membenci apa yang aku suka. Aneh sekali rasanya." Anaya menghela napas.
"Atau jus alpukat? Kau suka itu kan? Itu bagus untuk kehamilan."
"Benarkah? Darimana kau mendengarnya? Mengapa malah kau yang lebih tau soal kehamilan dari pada aku? Kau mencari tau di google lagi?" Anaya semakin heran.
Noah hanya tersenyum tipis sambil mengarahkan matanya ke arah perut Anaya, mendadak tangannya bergerak untuk menyentuhnya, tapi dia mengurungkan niatnya.
Sungguh... memiliki anak secepat ini benar-benar membuatnya pusing. Dia tak siap menjadi ayah. Seorang ayah. Apakah dia bisa?
Goddamn!
Bahkan Elijah dan Jeremy yang sudah menikah saja menunda untuk memiliki anak karena mereka belum siap. Dan dia satu-satunya yang belum menikah tapi akan punya anak?
Gila sekali memang.
Akankah dia sanggup membagi Anaya dengan bayi itu? Dia yakin waktunya dengan Anaya akan berkurang drastis saat mereka punya anak. Hei bahkan mereka belum punya waktu untuk bermesraan seperti pasangan kekasih lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 20/09/20