Satu bulan kemudian...
Noah menerawang ke langit-langit, membiarkan pelacur di atas tubuhnya memimpin permainan yang sama sekali tidak dia nikmati. Pikirannya melalang buana.
Selama satu bulan terakhir, tidurnya tak pernah nyenyak. Pikirannya tidak pernah memikirkan apapun selain sosok gadis itu.
Gadis itu benar-benar tidak bisa ditemukan sama sekali. Bahkan Jeremy pun menyerah. Dia tidak menemukan gadis itu di Itali atau di negara manapun.
Tidak ada yang tau kemana perginya Anaya Anderson. Bahkan ayahnya berpikir kalau Anaya masih bekerja dengan Noah.
Noah sudah mengerahkan seluruh anak buahnya, seluruh antek-anteknya, tapi nihil. Tidak ada informasi apapun mengenai gadis itu, seolah dia hilang di telan bumi. Apakah jangan-jangan gadis itu sudah mati bunuh diri?
Bisa jadi.
Tidak! Tidak boleh. Noah tidak mau memikirkan kemungkinan itu. Terkadang Noah memejamkan matanya. Membayangkan betapa bejatnya dia.
Ya. Kau memang bejat Noah. Kau harus minta Tuhan untuk segera mencabut nyawamu.
Noah bangkit berdiri, mengambil pakaiannya lalu meninggalkan pelacur yang tercengang. Tidak menduga bahwa klien yang satu ini mendadak pergi sebelum pelepasannya.
Sial.
Selama satu bulan yang lalu Noah tak bisa lagi mencapai puncaknya saat melakukan seks. Bahkan saat dia membayangkan wajah Bella. Dia tetap tidak mampu lagi mengeluarkan hasratnya. Rasanya semua itu mati begitu saja semenjak hari itu.
Entah kenapa Anaya sangat membekas di otak Noah. Bahkan kabarnya Noah sering melamun dan jadi pendiam sejak sebulan yang lalu.
Tapi jangan lupa, walaupun begitu, dia tidak pernah absen meniduri para pelacur.
Brengsek.
"Sir," Jack datang saat Noah sedang menatap kosong di udara. Dia bahkan tidak menyadari kehadiran Jack."Tuan Noah?"
"Apa."
"Jangan lupa kalau besok pagi adalah peluncuran Rayan Fly R102."
"Aku tidak lupa."
"Anda harus cukuran."
"Kalau kau sudah selesai bicara, keluar saja."
Jack yang melihat gelagat tuannya yang semakin aneh pun merasa khawatir."Dan ini berkas orang yang melamar sebagai asisten pribadimu yang baru."
Seketika Noah keluar dari lamunannya, mengambil berkas yang di pegang oleh Jack, melihat satu persatu dari tiga orang pelamar. Kemudian dia menghela napas sambil melemparkan berkas itu ke lantai.
"Dia tidak melamar?"
"Siapa?"
"Gadis itu."
"Gadis itu siapa?"
"Anaya Anderson?"
Jack mengerutkan dahinya, melihat tuannya yang kembali menerawang seperti orang yang hilang semangat hidup, dirinya pun bertambah khawatir.
Ada apa dengan manusia ini? Dia tidak pernah hilang semangat seperti ini. Apakah keinginannya membunuh Anaya sangat besar hingga dia berakhir menjadi tidak semangat untuk menjalani hidup karena keinginan itu belum tercapai?
"Jika bukan gadis itu, lebih baik tidak usah punya asisten."
Jack tercengang. Lihatlah orang ini? Dulu dia ingin sekali mengusir Anaya saat gadis itu melamar jadi asistennya. Dan lihat sebulan yang lalu, dia sampai menembak mati sahabat Anaya. Sebulan yang lalu dia sangat ingin membunuh Anaya. Sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 20/09/20