Saat ini Taehyung kedatangan tamu yang sama sekali tak ia duga. Han Seokjin. Tiba-tiba datang mengunjungi mansionnya. Taehyung tak mengerti apa maksud dari kedatangan Seokjin, tapi untung saja Hyerin sedang tak ada di mansion jadi kemungkinan untuk mereka bertemu sangatlah kecil.
Entahlah, rasanya Taehyung tak ingin Hyerin tau apa yang sebenarnya terjadi dan apa alasan dari Taehyung menahan gadis itu di mansionnya ini. Karena sebenarnya hubungannya dengan Hyerin sudah cukup lebih baik dibanding saat pertama kali gadis itu menginjakkan kakinya di sini. Taehyung benar-benar tidak ingin kembali menghancurkannya.
"Apa sebenarnya tujuanmu datang ke sini, Seokjin-ssi?" Taehyung duduk di hadapan Seokjin sambil sesekali menyesap batangan nikotin yang di apit di antara dua jarinya. Kedua netra elang milik Taehyung menatap nyalang ke arah Seokjin.
"Aku hanya ingin memastikan bahwa kau benar-benar menepati janjimu Taehyung-ssi," ucap Seokjin dengan tatapan penuh intimidasi. Taehyung menautkan kedua alisnya. "Kau berjanji padaku untuk tidak menyakiti Adikku sedikitpun," tambah Seokjin lagi.
Ya inilah yang terjadi, tanpa Hyerin ketahui. Seokjin lah yang saat itu membekapnya, membuatnya tak sadarkan diri, dan menyerahkan diri Hyerin yang tak tau tentang apapun pada pria asing bernama Ryu Taehyung.
Sebenarnya Seokjin benar-benar sangat menyesali perbuatannya, yang menyerahkan Adiknya sendiri pada seseorang yang bahkan tidak Hyerin kenal sebelumnya. Tapi itulah pilihan yang harus diambil Seokjin, mengingat pilihan lainnya yang diberikan Taehyung yaitu mengancam untuk menghilangkan nyawa Hyerin jika ia tidak memberikan Hyerin pada pria itu.
Seokjin tau Ryu Taehyung tidak pernah main-main dengan segala perkataannya, dan Seokjin tak ingin mengambil resiko akan hal yang sangat membahayakan Adiknya itu. Jadi dengan sangat terpaksa, Seokjin harus kembali mengorbankan Hyerin. Tentu demi keselamatan Hyerin sendiri.
Mendengar ucapan Seokjin, Taehyung tersenyum smirk sambil menghembuskan asap batangan nikotin yang sengaja ia arahkan pada Seokjin. Orang yang ada di hadapannya itu benar-benar lucu baginya. "Hhh.. Apakah kau masih pantas menjadi Kakak untuknya dan menyebutnya sebagai Adikmu? Setelah kau sendiri yang menyerahkan gadis yang tak tau apa-apa itu padaku. Kau ini lucu sekali," ucap Taehyung kemudian tertawa, padahal sama sekali tak ada hal yang lucu saat ini.
Beginilah Taehyung dan Seokjin jika mereka bertemu di luar melakukan misi di Black Hunter. Saling menatap tajam seperti ingin saling membunuh satu sama lain, beradu argument yang tidak akan pernah ada habisnya, hingga terkadang kedapatan saling memukul satu sama lain.
Sangat berbeda jika dalam menjalankan misi. Mereka selalu mengenyampingkan ego masing-masing. Bahkan Seokjin sangat menghormati setiap keputusan Taehyung dalam tim, mengingat pria itu merupakan pemimpin tertinggi di Black Hunter. Mereka sama-sama cukup professional jika menyangkut soal pekerjaan.
"Ku harap kau selalu bisa menepati janjimu Taehyung-ssi." Seokjin beranjak, bersiap untuk segera meninggalkan mansion besar milik Taehyung. Karena Seokjin memang hanya berniat untuk sekedar memastikan bahwa Taehyung benar-benar menepati janjinya. Seokjin benar-benar tidak ingin Hyerin melihat kehadirannya di sini, dan akhirnya mengetahui apa yang telah ia perbuat pada Adiknya itu.
"Oppa!!"
Seokjin sangat terkejut saat mendengar suara yang begitu ceria menyapa rungunya. Dilihatnya Hyerin yang berdiri tepat di ambang pintu utama mansion, tengah menatapnya dengan binar manik yang penuh kebahagiaan. Begitu juga dengan Taehyung yang tak kalah terkejut dari Seokjin saat melihat kehadiran Hyerin saat ini.
Melihat siapa yang kini ada di ruang tengah mansion, Hyerin menatap nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bukankah hari ini benar-benar hari keberuntungannya? Pertama, ia dizinkan Taehyung untuk keluar mansion. Kedua, bertemu Jungkook di Supermarket. Dan sekarang melihat presensi Seokjin di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEILER
FanfictionSebaik dan sekeras apapun usaha untuk menutup sebuah luka, pasti akan terlihat juga. Aksara dari labium mengalun bahwa semuanya baik-baik saja, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Tak ada yang tau seberapa dalam luka yang telah bersemayam dan tak a...