Chapter 30

675 75 567
                                    

Jimin terus menatap Hyerin dengan wajah kelewat serius, rasanya Jimin ingin tertawa di detik ini juga saat melihat semburat merah itu muncul di wajah Hyerin karena ulahnya. Di mata Jimin, Hyerin selalu terlihat begitu menggemaskan.

"A-apa yang mau kau lakukan?" Jangan salahkan Hyerin, jika gadis itu mulai berpikir sesuatu yang tidak-tidak. Salahkan saja Ryu Taehyung, yang telah mengajarkan Hyerin banyak hal yang menjurus ke arah sana dan berhasil membuat otak Hyerin menjadi tidak polos lagi.

"Diam, dan tidurlah!!"

Jimin memang sama sekali tak berniat untuk keluar dari kamarnya yang selama ini di tempati Hyerin, melainkan kembali ke arah ranjang dan merebahkan diri di sisi kosong sebelah Hyerin, lantas langsung memejamkan kedua netranya setelah memposisikan diri senyaman mungkin di atas kasur yang cukup di rindukannya.

"Jim— "

"Tidurlah Hyerin!! Atau aku akan memelukmu sekarang juga!" ujar Jimin lagi, di sela pejaman netranya dan berhasil membuat Hyerin langsung terdiam.

Setelahnya Jimin menyunggingkan senyum saat merasakan tumpukan bantal yang hadir di antara mereka. Jimin tak habis pikir, gadis itu selalu saja berhasil membuatnya gemas karena tingkahnya.

Lagi pula Jimin tak berniat macam-macam pada Hyerin, sungguh! Ia hanya ingin segera menuju alam mimpinya dan menghentikan kekonyolan Hyerin yang bersikeras untuk menggantikan dirinya untuk tidur di atas sofa. Karena sampai kapanpun Jimin tak akan membiarkan hal itu terjadi. Daripada harus selalu berdebat sebelum tidur untuk menentukan siapa yang tidur di kamar ini, bukankah lebih baik jika mereka tidur di satu tempat yang sama seperti ini.

Sudah berkali-kali Hyerin merubah posisinya, tapi tetap saja ia belum berhasil memejamkan mata. Sesekali ia melirik Jimin yang berada di belakangnya karena saat ini posisi Hyerin tengah memunggungi pria bermarga Choi itu. "Jimin-ah, apa kau sudah tidur?" tanya Hyerin, mungkin dengan mengobrol lebih banyak bersama Jimin ia bisa menghilangkan perasaan aneh yang terus saja menghantui.

Sungguh saat ini Hyerin benar-benar tak bisa tidur karena memikirkan Taehyung juga perempuan yang bersama pria itu tadi. Hyerin tidak mengerti, tapi perasaannya benar-benar kacau saat mengingat hal itu. Sekeras apapun Hyerin mencoba melupakan, tapi tetap saja bayang-bayang perempuan yang memeluk tubuh Taehyung tadi selalu muncul dalam ingatan.

Merasa tak ada jawaban dari Jimin, Hyerin pun membalikkan tubuhnya untuk menghadap pria yang selama ini sudah banyak membantunya. Hyerin dengan jelas melihat, bagaimana kedua netra itu terkatup rapat.

Wajah Jimin semakin terlihat menenangkan jika dilihat saat pria itu terpejam seperti ini. Dan lebam juga beberapa luka yang tercetak jelas di wajahnya, membuat rasa bersalah di dalam hati Hyerin kembali membuncah. Andai saja, ia tak melibatkan Jimin dalam masalah yang terjadi antara dirinya dengan Taehyung. Mungkin Jimin tak akan pernah terluka seperti ini. Juga hubungan persahabatan keduanya akan tetap baik-baik saja.

Hyerin tersentak saat tiba-tiba Jimin merubah posisi menghadapnya dan tangan pria itu beralih memeluk erat pinggangnya, meski masih ada tumpukan bantal yang berada di antara mereka tapi posisi keduanya saat ini bisa dikatakan cukup intim karena mereka tidur di satu ranjang yang ukurannya tak terlalu besar.

"Hyerin-ah, tidurlah. Jangan terus menatap wajahku seperti itu. Kita membicarakan Taehyung nya besok saja yaa, aku sangat mengantuk."

Hyerin kembali terkejut saat mendengar perkataan Jimin, bagaimana bisa Jimin mengetahui apa yang tengah dilakukan dan yang sedari tadi memenuhi pikirannya. Padahal kedua netra pria itu tetap terpejam begitu erat.

Mungkinkah Jimin ini cenayang atau mungkin seseorang yang mempunyai keahlian khusus seperti membaca pikiran? Jika benar, bukankah Tuhan benar-benar menciptakan seorang Choi Jimin dengan segala kesempurnaan. Hingga tak ada sedikit pun keburukan yang ada pada pria itu.

HEILERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang