Jimin menatap Hyerin yang beberapa saat yang lalu memohon dan memaksanya untuk membawa gadis itu untuk ikut bersamanya, hingga akhirnya tak ada pilihan lain yang bisa Jimin ambil selain membawa gadis itu untuk tinggal sementara di Apartementnya. Jimin tak setega itu meninggalkan Hyerin sendirian di jembatan tadi. Meski nanti ia harus berbohong pada Taehyung mengenai keberadaan Hyerin, tapi setidaknya Jimin tau bahwa Hyerin baik-baik saja karena berada dalam jangkauannya.
"Kenapa kau menatapku terus seperti itu?" tanya Hyerin di sela aktifitasnya yang tengah menikmati makan malam yang dibelikan Jimin saat perjalanan mereka menuju ke tempat ini.
Hyerin tidak ingin menyiksa dirinya dengan tidak memasok kebutuhan pangannya, karena ia sudah sangat tersiksa dengan segala hal yang terjadi di hidupnya dan tidak ingin menambahnya lagi dengan menyiksa dirinya sendiri.
"Kau makan banyak sekali, apa selama ini Taehyung tak memberikanmu makan? Kau benar-benar terlihat seperti orang kelaparan atau lebih seperti seorang yang tengah menuruti keinginan bayi yang ada di perutnya."
Seketika Hyerin tersedak saat mendengar ucapan Jimin dan langsung menghentikan acara makannya, wajar saja jika ia kelaparan karena selama seharian tadi ia terpaksa menahan rasa laparnya itu. "Tidak ada nyawa lain di dalam perutku!! Harus berapa kali ku bilang?!" ujar Hyerin.
Jimin tertawa melihat tingkah Hyerin yang tengah mengerucutkan bibirnya, lalu tangannya dengan reflek beranjak mengusak surai gadis yang berada di sampingnya. Saat ini Hyerin terlihat sangat menggemaskan bagi Jimin. "Cepat habiskan makananmu! setelah itu kau bisa beristirahat di kamarku," ucap Jimin kemudian bangkit untuk mengambil bantal juga selimut yang ada di kamarnya.
Di Apartement yang Jimin tinggali hanya ada satu kamar, jadi tidak mungkin jika ia harus tidur bersama Hyerin di kamarnya atau membiarkan Hyerin tidur di sofa ruang tengah yang sudah pasti sangat tidak nyaman. Jadi lebih baik jika ia yang mengalah dengan tidur di sofa malam ini atau mungkin entah sampai beberapa malam ke depan.
Hyerin telah menyelesaikan acara makannya dan langsung membereskannya sendiri, karena tidak mungkin jika ia harus menyuruh Jimin untuk membereskannya mengingat pria itu yang sudah sangat baik mau menerimanya di sini. "Biar aku saja yang tidur di sini, kau bisa tidur di kamarmu Jimin-ssi." Hyerin merasa sangat tidak enak saat melihat Jimin yang mulai merebahkan dirinya di atas sofa yang tidak terlalu luas itu.
"Tidurlah di kamarku, Hyerin!!"
"Tidak!! aku ingin tidur di sini."
Hyerin melihat Jimin yang kembali bangkit dan menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa. Pria itu terlihat sedang berpikir. Tangannya terlipat di depan dada sambil menatap ke arahnya dengan tatapan yang tak Hyerin mengerti, setelahnya Hyerin bisa melihat Jimin yang tiba-tiba tersenyum smirk padanya.
"Ahh!! Aku tau!! Kau ingin tidur bersamaku ya?! Kalau seperti itu, bisa-bisa kau memiliki bayi sungguhan nanti."
"YAK!! KAU!!!"
"Eum, kalau begitu aku akan memberimu dua pilihan. Kau tidur di kamarku atau kita bisa tidur bersama di sana lalu aku akan membuatmu benar-benar memiliki bayi. Bagaimana? ini tawaran terakhirku padamu Hyerin-ssi. Dengar! Aku tidak setega itu, membiarkanmu juga bayimu tidur di sini. Tidurlah di kamarku!" ujar Jimin.
"Ini peringatan terakhirku padamu Choi Jimin!! Atau—"
"Atau aku akan melaporkan keberadaanmu pada Taehyung saat ini juga, jika kau tidak menuruti apa kataku!! Han Hyerin!"
Hyerin langsung terdiam setelah Jimin berhasil memotong perkataannya, dengan sangat terpaksa akhirnya Hyerin masuk ke dalam kamar Jimin dan merebahkan dirinya di sana. Meski rasa tak enak pada Jimin masih terus menghantui, tapi tak ada pilihan lain selain pilihan konyol dari pria itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
HEILER
FanfictionSebaik dan sekeras apapun usaha untuk menutup sebuah luka, pasti akan terlihat juga. Aksara dari labium mengalun bahwa semuanya baik-baik saja, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Tak ada yang tau seberapa dalam luka yang telah bersemayam dan tak a...