"Eng." Afni melenguh, mengernyitkan dahi, dengan pelan mengerjapkan mata. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah terlelap Dafa yang kacau, rambutnya terlihat berantakan. Namun, tetap saja terlihat tampan.
Afni mengembuskan napas, kepalanya pening, ia berusaha mengingat kejadian semalam, tapi yang diingatnya hanya setelah Dafa mendekatkan wajah ke arahnya, setelah itu semua ingatannya seakan menghilang, lalu ia terbangun di lantai saat ini.
Segala pikiran buruk mulai terngiang di kepalanya, tapi Afni tak mampu berbuat apapun, dirinya masih tercengang, atensinya beralih pada baju kemejanya yang kancingnya terbuka setengah. Afni mendudukkan diri, meringkuk, menenggelamkan kepalanya di lipatan kaki, menangis dalam diam.
"Astaghfirullah, Dafa, Afni! Kalian ngapain di kamar berdua!" teriak Ratu, tangannya yang memegang knop pintu perlahan terhempas, melihat Afni yang meringkuk sambil menangis kepalanya susah dipenuhi berbagai prasangka buruk.
Afni mengangkat kepala, reflek berdiri merapihkan bajunya dengan gemetaran, begitu juga Dafa juga langsung terbangun, gelagapan. Menoleh ke arah Afni yang gemetaran.
"Lo ngapain di kamar gue?!" tanya Dafa, tatapannya menajam, tangannya mengepal kuat, membuat Afni kebingungan sekaligus gemetaran.
Afni kembali melepaskan isakan, kenapa seakan Dafa yang menjadi korban, padahal di sini yang menjadi korban itu Afni. Dafa yang menyeretnya ke dalam masalah, tapi Dafa seakan lupa ingatan. "Maksud lo apaan? Lo sendiri yang nyeret gue ke sini!"
"D--dafa, tolong mama, Nak." Atensi Dafa dan Afni beralih ke arah mamanya yang terjatuh sambil memegangi dadanya. Cowok itu langsung berlari ke arah mamanya yang kini telah jatuh pingsan, meletakkan kepala sang mama di pangkuannya.
Afni juga khawatir, dirinya ingin menyentuh tangan Ratu, tapi Dafa langsung menepis tangan Afni dengan kasar. "Jangan pegang tangan mama gue pakai tangan kotor lo itu!"
Dafa kembali menajamkan pandangannya ke Afni, wajah datarnya mengeruh, lalu cowok itu beralih kepada mamanya lagi, menepuk pelan pipi wanita yang telah berjasa melahirkannya di dunia, tapi wanita itu belum memberikan reaksi apa pun. Akhirnya Dafa berteriak memanggil anggota keluarga dan para art.
Setelah menunggu beberapa saat, papa Dafa akhirnya datang, beserta beberapa tukang kebun dan art. Tadi mereka sedang sibuk menyiapkan keperluan di halaman rumah. Jadi, tak mendengar keributan.
Mama Dafa langsung dipindahkan di ranjang Dafa, beberapa orang mengerumuni Mama Dafa. Melupakan Afni yang meringkuk, menangis dalam diam, bahkan gadis itu tak mampu beranjak dari posisinya, dirinya terlalu lemas, tak berdaya.
Sementara itu, perlahan mama Dafa mengerjapkan mata, untuk beberapa saat hanya terdiam, lalu tak lama kemudian langsung histeris membuat papa Dafa yang tak tahu apa-apa kebingungan.
"Pa ... gimana ini, Af-afni sama Dapa ...." Mama Dafa menjelaskan sambil terus menangis histeris, memeluk suaminya, tangannya meremas baju suaminya dengan erat. Air mata berkali-kali membuatnya tersedak.
Papa Dafa mendengarkan sambil mengetatkan rahangnya, berusaha mengendalikan diri, pria paruh baya itu harus menenangkan istrinya terlebih dahulu. Sementara itu, Dafa mematung di tempatnya berdiri, tak menyangka jika dirinya dan Afni semalam melakukan sebuah zina.
Akan tetapi, ia tak merasa melakukannya, ia berusaha mengingat, tapi hanya potongan-potongan kecil yang berhasil tertata di kepalanya.
"Plis, jangan sakiti gue."
Dafa memejamkan mata, menggelengkan kepala ketika bayangan Afni menangis gemetaran, ketika ia memegang bahu Afni dengan kuat, sampai sewaktu dirinya yang membuka kancing baju Afni dengan paksa terngiang di kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️
Teen FictionIni tentang kehidupan pernikahan kejam antara Dafa dan Afni di umur mereka yang sama mudanya. Berawal dari mengantarkan jas, akhirnya Afni menjadi istri dari seorang Dafa. Bagaimana bisa? Padahal, Dafa esok hari harus menikah dengan kekasihnya. Se...