#Terpaksa_Menikah_Dengan_Tetangga
#Part36[Mancing Emosi]
"Gue tau lo di depan pintu. Buka pintunya!" Dafa berdecak di depan pintu. Cowok itu sudah menduga jika yang membuka pintu adalah Afni. Tadi saat mobil Azril tiba di rumah, kebetulan sekali ia sedang di halaman. Suara melengking Afni yang memanggil nama mamanya tentu terdengar sampai telinganya.
Sebenarnya Dafa tak tahu jika Afni akan dibawa ke sini, yang ada di pikirannya Afni akan dibawa ke kos Azril. Kemarin setelah pulang kuliah ia memilih pulang karena tak mau di kos sendirian, kebetulan Nassa juga akan ulang tahun. Lusa baru ia akan kembali ke kos, karena akan ujian akhir semester. Ternyata ujian akhir antara universitas Dafa dan Azril hanya selang sehari.
Namun, siapa yang menyangka semesta akan mempertemukannya lagi dengan istrinya, membuatnya terjebak di perasaan yang abstrak. Keputusannya untuk merelakan menjadi goyah, bimbang.
"Abang kok bentak Tante Asna, sih. Nanti kalau dia marah gimana?" Pertanyaan Nassa membuat Dafa menunduk, tersenyum sekilas. Cowok itu hanya mengusap sekilas kepala Nassa lalu kembali menegakkan badan, menunggu Afni membuka pintu.
Perlahan pintu terbuka menampakkan Afni yang menunduk sambil menyingkir dari pintu. Sejenak Dafa memerhatikan Afni yang menunduk, rambut gadis itu menutupi wajah, membuat tangannya gatal ingin menyingkirkan rambut itu yang membuatnya tak leluasa memerhatikan muka Afni.
Dafa melangkah, menoleh saat di depan Afni lalu kembali melangkah ke dalam, diikuti oleh Nassa yang hanya diam sambil memeluk tab-nya. Bocah itu turut duduk di sofa kala abangnya duduk di sofa tamu meski belum disuruh oleh Afni.
Afni menutup pintu, tangannya bergetar jantungnya pun masih berdebar tak normal. Entah apa masalahnya, padahal Dafa hanya duduk dalam diam, bahkan tak menanyainya apa-apa. Gadis itu meneguk ludah sambil berbalik badan, berjalan cepat, menunduk menyembunyikan wajahnya dari Dafa.
Gadis itu melewati Dafa tanpa sepatah kata, tetap menunduk sambil berjalan, sampai menabrak mamanya karena fokus menatap lantai, alhasil keningnya sedikit nyeri.
"Kamu ini jalan nunduk kaya mau cari duit jatuh aja. Mau ke mana? Tadi siapa yang dateng?" tanya Asna sambil menepuk pelan pundak Afni, mengernyit kala melihat gelagat Afni yang tak biasa.
Afni mengusap keningnya, lalu menggaruk kepalanya dengan gemetar. "Heng, itu Kak Dafa. A–afni mau ke kamar dulu."
Suara Afni bergetar ketika menjawab pertanyaan mamanya, gadis itu langsung berlari menaiki tangga. Tak menunggu ucapan mamanya selanjutnya. Sementara itu, Asna menoleh memerhatikan langkah Afni, lalu kembali berjalan. Menggeleng kala melihat tv masih menyala.
Wanita itu mematikan tv lalu ke ruang tamu, tersenyum ke arah Dafa dan Nassa. "Eh, kok duduk di sini? Itu tadi Afni-nya udah ke atas, nggak ikut?"
Dafa berdiri lalu berdeham. "Dafa cuma disuruh mama buat pinjam blender sama loyang kue, Tante."
Afni dan Dafa memang tak terbiasa memanggil mertuanya dengan sebutan mama. Mereka tetap memanggil dengan sebutan seperti biasanya. Asna dan Ratu tak mempermasalahkan urusan itu. Para orang tua sadar, hubungan Afni dan Dafa baru berumur jagung, apalagi mereka menikah dadakan.
"Eh, iya. Biar tante cari dulu. Nanti kamu bantu bawa, ya." Asna menggaruk kepalanya, canggung. Berbalik badan lalu berjalan ke arah dapur diikuti oleh Dafa sedangkan Nassa masih sibuk bermain game. Asna merasa ada yang aneh tentang hubungan Afni dan Dafa. Namun, ia tak mah ikut campur urusan anak muda.
Wanita itu mulai membuka lemari, mengeluarkan beberapa loyang kue dan blender, dibantu oleh Dafa. "Di rumah emangnya nggak ada blender apa gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️
Teen FictionIni tentang kehidupan pernikahan kejam antara Dafa dan Afni di umur mereka yang sama mudanya. Berawal dari mengantarkan jas, akhirnya Afni menjadi istri dari seorang Dafa. Bagaimana bisa? Padahal, Dafa esok hari harus menikah dengan kekasihnya. Se...