#Terpaksa_Menikah_Dengan_Tetangga
#Part 50[Ekstra Part]
"Kak, kok nggak pulang? Nanti Kanjeng Ratu marah lagi kaya kemarin." Bocah perempuan berumur tiga tahun itu mendongak menatap bocah laki-laki yang tiga tahun lebih tua darinya. Gadis kecil itu mengerlingkan mata, tangannya memegang es krim rasa vanila yang mulai meleleh, perlahan melumuri tangannya mengalirkan rasa sejuk.
Nassa menunduk mengalihkan pandangan dari eskrimnya sendiri, menatap gadis berkuncir dua itu
sambil memanyunkan bibir. "Kok Nia manggil mama pakai panggilan itu lagi, sih. Mama kan bukan ratu keraton."Nia menggerakkan badan membuat ayunan bergoyang menimbulkan suara yang sedikit bising, gadis kecil itu panik sampai tanpa sadar melemparkan es krimnya ke sembarang. Nassa pun tak luput dari euforia kepanikan, bocah iti memegang erat es krimnya dan berusaha turun dari ayunan.
Nassa berhasil menuruni ayunan, tangan kecilnya terulur ke depan Nia yang sedang memegang erat
bajunya sendiri sambil memejamkan mata ketakutan, menggumam memanggil nama papanya. "Ayo, Nassa tolong. Nggak usah takut, kalau cuma nolong bocil kaya kamu itu kecil. Kan Nassa udah gede."Gadis yang dipanggil bocil itu membuka mata, menatap uluran tangan Nassa lalu mendongak melihat paman kecilnya yang sampai sekarang tak mau dipanggil paman, katanya ketuaan. Nassa terlihat percaya diri membuat Nia kembali melihat uluran tangan itu, beberapa saat ia hanya diam lalu perlahan tangannya terulur bergenggaman dengan Nassa. "Aaa!"
Nia memekik kala badannya terhuyung hampir terjatuh karena tak bisa menyeimbangkan diri
setelah menuruni ayunan yang lumayan tinggi sedangkan dirinya pendek. Beruntung Nassa berhasil membantunya, menggenggam dengan erat meski sedikit kesusahan karena tangan satunya sedang memegang es krim."Kak Nassa kok sering manggil Nia, bocil. Nia nggak suka!" ketus gadis itu sambil menyentakkan tangan Nasa membuat genggaman mereka terlepas. Kemudian gadis itu bersidekap dada sambil memalingkan muka, merasa kesal karena Nassa selalu memanggilnya bocil.
Sementara itu Nassa melangkah sambil menjilati es krimnya yang mulai meleleh, ia menyeletuk di sela-sela kegiatan menikmati es krim. "Dulu, Kak Afni sering manggil Nassa, bocil."
Mendengar ucapan Nassa membuat Nia berlari mensejajarkan langkah dengan Nassa. Gadis itu mendongak sesekali melirik jalanan sambil bertanya pada Nassa dengan antusias. "Kak Nassa. Muka mamanya Nia kaya apa? Cantik, nggak? Kaya Nia nggak? Kok Kak Nassa udah lihat mamanya Nia, kok aku belum lihat?"
Nassa berhenti melangkah, melemparkan stik es krimnya ke sembarang arah lalu mengerjap. Mengingat kenangan bersama kakak iparnya yang mulai samar-samar. "Tukang maling kucing nakal! Suka berantem sama Nassa, terus, terus ...."
Bocah itu tak melanjutkan ucapannya, sudut matanya sudah berair. Bibirnya mencebik sambil beberapa kali menghela napas menarik ingus, sesekali mengusap matanya dengan lengan. Setiap mengingat Afni, bocah itu selalu menangis bahkan dulu ketika hari pemakaman ia tak berhenti menangis, merengek ingin turut ke makam, tapi Nassa yang sedang tak sehat tentunya membuat Ratu melarang.
Tingkah Nassa membuat Nia yang tak tahu apa-apa turut menangis, ia melangkah memeluk kaki Nassa dengan erat, mengeraskan suara kala Nassa juga mengeraskan suara tangis membuat Asna yang semula sedang membersihkan rumah langsung lari tergopoh-gopoh menghampiri Nia dan Nassa.
Wanita itu merendahkan badan, menumpukan lututnya di paving, mengelus kepala Nassa dan cucunya menarik mereka mendekat dan menangkapnya dalam pelukan. "Kok kalian nangis? Jangan berantem, ya. Masa sama saudara sendiri berantem."
Asna bergantian mengecup kepala Nassa dan Nia, mereka memang sering bertengkar dan menangis, tapi Asna selalu memaklumi sebab mereka masih anak-anak. Wanita itu mengernyit kala Nassa mengurai pelukan menegakkan badan sambil mengusap mata dan hidungnya yang memerah, pundaknya bergerak naik turun karena masih terisak. "N-nassa, kangen Kak Afni, Tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️
Novela JuvenilIni tentang kehidupan pernikahan kejam antara Dafa dan Afni di umur mereka yang sama mudanya. Berawal dari mengantarkan jas, akhirnya Afni menjadi istri dari seorang Dafa. Bagaimana bisa? Padahal, Dafa esok hari harus menikah dengan kekasihnya. Se...