Part 41. Perasaan yang Meledak

75.4K 5.1K 146
                                    


#Terpaksa_Menikah_Dengan_Tetangga
#Part41

[Perasaan yang Meledak]

Dafa merebahkan diri di samping Afni, napasnya tersengal-sengal, keringat membasahi sekujur tubuhnya. Cowok itu menarik selimut menutupi tubuhnya lalu memiringkan badan menghadap Afni. Malam ini Dafa benar-benar mendapatkan Afni, meminta haknya untuk kedua kalinya. Cowok itu menghela napas, lalu kembali membuka mata.

Tangan Dafa terulur menyibakkan rambut Afni, ibu jarinya mengusap lembut air mata gadis itu. Afni masih saja terisak meski Dafa tak memperlakukannya dengan kasar, jauh lebih lembut dan penuh perasaan. Dafa memerhatikan wajah Afni dengan seksama, tak bosan meski gadis di depannya itu hanya menangis tak mau memandangnya.

Cowok itu bergerak mendekat pada Afni mengecup bibir Afni untuk ke sekian kalinya di malam ini, menikmati rasa 'manisnya'. Memundurkan wajah beberapa saat lalu kembali memajukannya, menempelkan bibirnya menekannya, tangannya bergerak menelusuri kulit polos istrinya, cowok itu mulai tak terkendali membuat Afni mendorong cowok itu menjauh.

"K-kak! Afni capek!" ketus Afni dengan suara serak akibat menangis. Gadis itu bergerak memunggungi Dafa, memejam kala sekujur tubuhnya terasa nyeri. Gadis itu menggigit bibir menahan tangis. Malam ini Dafa kembali mengoles noda yang membuat rasa benci pada cowok itu semakin besar.

Sementara itu, Dafa menghela napas berat lalu mengusap wajahnya dengan kasar, medudukkan diri memutuskan untuk kembali berpakaian dan mandi keramas meski masih tengah malam. Cowok itu berharap rasa dingin air membuat perasaan meledak-ledak yang menginginkan Afni bisa menghilang.

Setelah beberapa saat cowok itu kaluar dari kamar mandi, pandangannya tertuju pada Afni yang memejam. Dafa berjalan mendekati istrinya, menarik selimut Afni yang melorot. Tangannya bergerak menyibakkan rambut gadis itu, kening Afni berkeringat. Menghela napas akhirnya cowok itu menegakkan badan, memutuskan untuk kembali ke rumah.

Sebelum pulang, terlebih dahulu cowok itu mengecek ponsel Afni, melihat riwayat pesannya, cowok itu bernapas lega kala Afni belum menyimpan nomor siapa-siapa di ponselnya. Namun, ia tahu cepat atau lapat ponse ini akan terisi nomor Riski, tapi untuk sementara ia tak mempermasalahkannya.

Biar, biarkan Afni bertingkah semaunya selama ia pergi. Sebab, selain untuk ujian nanti, ia juga harus mengurus Liana. Membujuk gadis itu untuk mau berobat ke Singapore. Dirinya tak bisa terus berada di samping Liana, meski hanya dirinya yang bisa membuat gadis itu luluh dan tenang.

Akhirnya Dafa benar-benar pergi, sampai di rumah pun ia memilih untuk tak tidur. Yang dilakukan cowok itu mengecek ponselnya, menghela napas kala panggilan dari nomor Liana memberondong ponselnya. Entah itu dari Liana sendiri atau dari art di rumah gadis itu, cowok itu memutuskan untuk mengabaikan panggilan itu karena sudah tengah malam, gadis itu pasti sudah tertidur.

Setengah delapan Dafa berangkat dari rumah, sebab ia harus kuliah di jam setengah sebelas nanti.Cowok itu mengacak rambut Nassa kala Adiknya itu mencebik, tak mau ditinggalkan abangnya. "Abang jangan pergi dulu, nanti Nassa kasih robot satu biji!"

Dafa tersenyum tipis lalu berjongkok, berbisik pada Nassa. "Kalau Nassa bisa jagain Kak Afni selamaabang pergi. Abang janji, perginya nggak akan lama. Kalau Nassa nggak jagain Kak Afni, nanti abangpulangnya lama."

"Apaan kamu ini Dap? Jangan ajarin adekmu yang aneh-aneh. Nassa, kamu dibisikin apa samaabangmu?" Ratu mengusap kepala Nassa membuat bocah itu mendongak lalu kembali menatap abangnya yang sedang membuat gerakan seperti mengunci mulut membuat Nassa mengangguk antusias.

Tersenyum puas, cowok itu langsung berpamitan pada mamanya, mencium punggung tangan wanita itu dengan hormat sedangkan Ratu menepuk punggung anaknya dengan pelan, merasa kesal karena cowok itu main rahasia.

Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang