Part 29. Pilih Dia Pergi, Atau Aku Yang Mati?!

71.8K 5.1K 642
                                    

"Ya, ampun. Ini anak, kalau tidur kaya kuda beranak aja," gumam Ratu sambil menggelengkan kepala, lalu mengikat rambut. Dafa dan Afni dalam keadaan yang acak-acakan. Kepala cowok itu sekarang di depan kaki Afni, selimut berada di tepi kasur. Jika Afni menggerakkan kaki, hidung Dafa akan terkena tendangan Afni.

Ratu menoleh, saat Nassa di sebelahnya bergerak, merengek kecil lalu mulai membuka mata, mengedarkan pandangan. Kemudian menggulingkan badan, memeluk mamanya. "Ma, ayo pulang! Ma, abang mana?"

"Nanti dulu. Ini masih malem, itu abangmu di bawah, bangunin sana. Suruh salat." Ratu mengelus puncak kepala anaknya, lalu melepaskan tangan kecil Nassa. Turun ranjang, memutuskan ke kamar mandi, sekarang menjelang subuh, tapi Dafa tumben sekali belum bangun.

Nassa merangkak menuju tepi ranjang, melihat abangnya yang masih terlihat pulas. Bocah itu berdiri, melompat langsung mengenai punggung abangnya.

"Argh! Turun, Sa! Abang mati!" pekik Dafa sambil menarik tangan Nassa dengan susah payah, memaksa adiknya turun dari badannya. Cowok itu terduduk, menarik napas dalam-dalam, mengembuskan dengan cepat. Meregangkan tubuhnya yang seakan tertimpa gajah.

Sementara itu, Nassa tertawa tanpa dosa. Merebahkan diri di samping Afni yang tak terganggu dengan keributan. Gadis itu hanya melenguh, menggerakkan badannya lalu kembali tertidur. Maklum saja, semalam ia tak bisa tidur karena Dafa terus memeluk tangannya.

Dafa mengusap wajahnya dengan kasar, menoleh ke arah jam. Kemudian berdiri dengan cepat, keluar menuju kamar mandi. Berpapasan dengan mamanya yang sudah basah air wudhu. Wanita itu mengernyit kala melihat Afni tak keluar kamar. "Afni mana?"

"Tidur," jawab Dafa dengan singkat, lalu masuk kamar mandi tak lama kemudian suara gemericik air terdengar. Sementara itu, Ratu mengernyit, cepat-cepat ke kamar menemukan Afni yang masih tertidur nyaman, sedangkan Nassa bermain game di ponsel abangnya.

Ratu berdecak, berjongkok menarik kaki Afni. "Heh! Bangun, salat! Kamu nggak halangan, kan?! Astaghfirullah! Anak ini!"

Putus asa membangunkan Afni, akhirnya wanita itu memukul kaki Afni dengan keras mengeluarkan bunyi yang nyaring, membuat sang empu memekik, reflek terduduk. Mengerjap beberapa kali, kepalanya sedikit pening karena terbangun dengan tiba-tiba.

"Kamu itu anak gadis! Nggak ada sopan-sopanya. Mertua udah bangun, malah enak-enakan tidur! Pergi ke kamar mandi sana. Ambil wudhu!" Ratu menajamkan pandangan, meski Afni tak berani memandangnya. Gadis itu mengangguk pelan lalu mulai berjalan sempoyongan menuju kamar mandi. Duduk di depan kamar mandi sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangan, menutupi suara tangisnya.

Dafa membuka pintu kamar mandi, terkejut kala menemukan Afni yang berjongkok. Sejenak cowok itu hanya memerhatikan Afni, kemudian menyuruh Afni mengambilkan baju bersih dan sarung. Afni mengusap wajah dengan cepat, mata dan hidungnya tetap memerah, kentara sekali jika habis menangis.

Gadis itu mendongak, menatap Dafa dengan tatapan yang menyedihkan, membuat Dafa memalingkan muka. "Ck, cepetan ambilin baju gue!"

Afni berdiri, mengangguk lalu ke kamar, mengambil baju bersih dan sarung Dafa. Menunggu cowok itu ganti baju di kamar mandi. Tak menunggu lama, Dafa keluar kamar mandi, berulah Afni ke kamar mandi, bukan hanya berwudhu saja, tapi menumpahkan tangisnya.

Ketika Dafa melewati pintu kamar hendak ke mushala, Ratu mengernyit, melambai sambil memanggil Dafa. "Heh! Mau ke mana kamu! Salat di sini aja, kamu yang ngimamin."

Dafa menghela napas, memilih duduk di meja belajar, sedangkan mamanya menggelar karpet sambil menunggu Afni selesai wudhu. Afni belum selesai juga, padahal iqomah sudah berkumandang. "Ma, Dafa ke mushala aja, ya. Dia lama banget."

Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang