#Terpaksa_Menikah_Dengan_Tetangga
#Part46[Kepulangan]
"Kak Dafa, jangan nempelin Afni terus!" Afni mendorong badan Dafa yang sedang memeluk lengannya dengan kesal. Semalaman ia tumben sekali tak muntah, tapi pagi-pagi langsung kaget kala tangannya berat, tak bisa digerakkan. Afni pikir dirinya stroke dadakan, tapi ternyata Dafa menempel pada lengannya, meringkuk tak mau lepas.
Dafa mengerjap, sedikit mengangkat kepala untuk melihat jam. Seketika cowok itu terbangun dengan cepat, lagi-lagi ia melewatkan waktu salat padahal kemarin sudah absen. Jika kemarin karena kelelahan menemani Afni ke kamar mandi, sekarang karena ia tidurterlalu nyenyak.
Cowok itu meraup muka, dengan kasar lalu menoleh melihat punggung Afni yang berjalan menuju kamar mandi. Cowok itu turut bangkit berjalan menuju kamar mandi, sedikit menempelkan badan dan mengetuk pintu lalu bertanya pada Afni dengan suara sedikit tinggi. "Lo muntah nggak?!"
Afni dari dalam menjawab jika tak muntah, suaranya samar-samar karena sedang menggosok gigi. Mendengar jawaban Afni membuat Dafa menghela napas lega. Kemudian cowok itu memutuskan untuk membuka jendela dan pintu balkon. Terduduk di kursi kayu yang ada di balkon, menyender sambil memejam.
Sementara itu, Afni yang sudah keluar kamar mandi langsung mengikat rambut tanpa menyisirnya. Biasanya ia akan menyisir rambut ketika keramas. Wajahnya sudah tak terlalu pucat, tapi tetap saja tak seceria biasanya, kantung mata pun masih terlihat jelas.
Suara berisik dari lantai bawah membuat Afni mengernyit, lalu memutuskan untuk turun. Gadis itu menumpukan kedua tangannya pada pagar lantai atas, matanya melebar kala melihat abangnya berdiri sedang berbincang dengan mamanya yang cerewet.
Tak mau menyia-nyiakan waktu, Afni langsung berlari menuruni tangga. Suara langkah terburu-buru Afni membuat Asna dan Azril mengalihkan atensinya. "Astaga! Jangan lari-lari, ini anak!"
Asna berlari menghampiri Afni, was-was jika anaknya yang ceroboh terjatuh, apalagi dalam keadaan hamil muda yang masih rawan. Saat Afni sampai di lantai bawah, Asna langsung menangkap pergelangan tangan anaknya. Menasihatinya agar tak berlarian.
Tak mendengarkan ucapan mamanya, Afni melepaskan tangannya lalu berlari menubruk badan abangnya. Melingkarkan kedua tangan di pinggang Azril. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya, gadis itu justru memejam pundaknya berguncang lalu perlahan air mata mengalir membasahi kemeja abangnya.
Azril yang merasakan adiknya menangis di pelukannya tanpa sepatah kata seketika mengernyit, berpandangan dengan Asna yang sama bingungnya. Di dalam pikiranya ketika dirinya pulang, Afni akan berteriak antusias sambil memeluknya. Pasalnya mamanya berkali-kali menghubungi dan berkata bahwa Afni rindu dengannya. Sekarang, Afni memang memeluknya dengan erat, tapi bungkam.
Tangan cowok itu memegang kedua pundak Afni, menegakkan badan adiknya sedangkan dirinya sedikit merendahkan diri. "Kok nangis? Kenapa? Kangen sama abang? Ini abang udah pulang, kemarin-kemarin pas mama telpon, abang belum bisa pulang."
"Assala ... mualaikum." Suara salam itu melemah saat di akhir kata. Riski, yang baru saja datang bertepatan dengan Dafa yang menuruni tangga, seketika senyum ramahnya memudar. Cowok itu menatap Dafa dengan sengit, tangannya yang memegang paper bag berisi oleh-oleh untuk keluarga Afni mengerat.
Begitu juga dengan Dafa, cowok itu menuruni tangga sambil menatap tajam sang lawan. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya, hanya berperang mata seolah tatapan tajam kedua cowok itu bisa saling melukai.
Riski terlebih dahulu memalingkan muka, mengatur ekspresi agar tak membuat tuan rumah merasa tak enak hati. Cowok itu kembali tersenyum, berjalan menghampiri Asna menyalami wanita itu sambil memperkenalkan diri dengan ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️
Подростковая литератураIni tentang kehidupan pernikahan kejam antara Dafa dan Afni di umur mereka yang sama mudanya. Berawal dari mengantarkan jas, akhirnya Afni menjadi istri dari seorang Dafa. Bagaimana bisa? Padahal, Dafa esok hari harus menikah dengan kekasihnya. Se...