Part 43. Hasil

68.7K 4.9K 161
                                    

#Terpaksa_Menikah_Dengan_Tetangga
#Part43

[Hasil]

"Terserah! Terserah lo." Dafa meraup wajahnya dengan kasar, berdecak lalu bangkit dari duduknya berjalan menuju meja belajar Afni. Cowok itu mengambil ponsel gadis itu, dahinya berkerut kala ponselnya sudah ada kuncinya.

Dafa menoleh pada Afni yang duduk menekuk kakinya di ranjang. Cowok itu berjalan mendekati gadis itu dengan muka tanpa ekspresi. Menyodorkan ponsel itu di depan pemiliknya. "Kasih tau, apa kuncinya."

Afni mendongak melihat wajah Dafa lalu kembali menunduk memerhatikan ponselnya. Gadis itu menggeleng tanda tak mau memberitahukan sandinya.

Reaksi gadis itu memicu kobaran api di kepala Dafa semakin besar. Cowok itu melemparkan ponsel itu ke ranjang dengan kasar, memantul terjatuh pada karpet di bawahnya. "Lo emang nggak bisa dihalusin, nggak tau diri! Terserah lo. Gue mau pulang."

Dafa menatap tajam Afni, kedua alisnya menukik tangannya ia kepalkan dengan kuat sampai urat-uratnya terlihat. Sebelum pulang Dafa terlebih dahulu menghampiri testpack yang tergeletak mengenaskan. Bukan untuk mengambilnya, justru cowok itu menendangnya dengan kasar.

Afni semakin erat memeluk kakinya, menumpukan kepalanya di lutut, punggungnya bergetar, lalu mulai terisak. Gadis itu merasa kesal, sekaligus merasa bersalah. Afni yakin, jika dirinya dan Dafa masih di kos pasti cowok itu akan membentaknya seperti biasa. Sekarang cowok itu berusaha mengendalikan diri, sedangkan Afni tak bisa merubah pola pikir.

Sementara itu, Dafa menghampiri Asna yang menggendong Nassa yang sudah tertidur wanita itu mondar-mandir menepuk pelan punggung Nassa, masih terlihat pantas untuk memiliki anak kecil lagi.

"Nassa biar Dafa bawa pulang aja. Kasian Tante pegel pundaknya." Ucapan Dafa membuat Asna membalikkan badan, menyerahkan Nassa pada gendongan abangnya dengan hati-hati. Beruntung bocah itu tak terbangun meski baru saja terlelap, hanya menggumam pelan lalu kembali tidur.

Asna menatap Dafa dengan pandangan yang penasaran, membuat Dafa mengerti apa yang akan ditanyakan ibu mertuanya itu meski tak diungkapkan. Sebelum menjawab, Dafa menghela napas berat. "Dafa nggak bisa bujuk Afni. Jangan bujuk dia lagi, Tan. Dafa saranin, sementara jangan dimanjain dulu dia. Biar dia sadar diri."

Setelah mengucapkan kalimat yang sedikit menyinggung mertuanya itu, Dafa pergi. Meninggalkan Asna yang bimbang, saran Dafa memang ada benarnya. Namun, apakah ia bisa tak memanjakan gadis itu sehari saja?

Sementara itu, Dafa sudah sampai di depan pintu rumah, sedikit kesusahan membuka pintu sambil menggendong Nassa karena para art sedang tak ada. Sebenarnya mereka hanya tetangga Dafa yang bekerja di setiap akhir pekan dan waktu-waktu tertentu.

Bukan art tetap, sebab Ratu sebenarnya lebih suka membersihkan rumah sendiri. Hanya karena Nassa sekarang semakin aktif, ia meminta bantuan tetangganya yang membutuhkan pekerjaan.

Dafa membaringkan Nassa di kamar orang tuanya sekaligus kamar adiknya juga. Cowok itu turut membaringkan badan di sebelah Nassa, menutup matanya dengan lengan, mencoba untuk tertidur. Tubuh dan pikirannya lelah, baru saja selesai ujian akhir sudah ada ujian baru yang lebih berat, ujian hidup.

Baru saja cowok itu terlelap sudah merasakan goyangan di tangannya, membuatnya mengerjap beberapa kali. Cowok itu terduduk sambil mengusap matanya. Kepalanya sedikit pening karena baru tidur sudah dibangunkan.

"Ke dapur sana, tadi mama beliin rujak cingur. Yang plastik merah kamu anterin ke rumahnya Afni dulu," ucap Ratu dengan suara pelan, tak mau membangunkan Nassa.

Dafa berdecak pelan, menghela napas lalu turun ranjang, berjalan keluar kamar dengan sempoyongan. Cowok itu tak selera makan, yang diinginkannya hanya istirahat. Jadi ia memutuskan untuk mengambil plastik merahnya saja, membawa ke rumah Afni.

Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang