"Nggak mau, Kak. Afni takut itu sakit." Afni menggelengkan kepala, dari tadi terus menghindar dari Dafa. Gadis itu terus menyembunyikan tangannya, tak mau diolesi salep yang diberikan oleh dokter kemarin. Gadis itu bersembunyi di dalam kamar mandi. Membuat Dafa frustasi, Afni memang kelewat manja.
Dafa menendang pintu kamar mandi dengan kesal, menimbulkan bunyi bising. Cowok itu mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha memikirkan bagaimana membujuk Afni. "Cepetan buka pintunya! Gue juga mau mandi. Jangan manja!"
Afni yang berada di balik pintu terkejut, termundur tetap menggeleng meski Dafa tak melihat gelengannya, bersikeras menolak diobati oleh Dafa. Sewaktu SD karena penasaran dengan nyala api kompor, alhasil tangannya terluka. Mamanya mengobati dengan salep dan rasanya sakit. Hal itu yang membuat Afni trauma sampai sekarang.
"Kalau lo nggak mau keluar, ya udah. Tapi, jangan salahin gue kalau luka lo korengan kaya tato." Dafa memutuskan untuk bersender di samping pintu tanpa memberikan gerakan yang membuat suara bising agar Afni mengira dirinya sudah pergi.
Benar saja, lima menit kemudian Afni membuka pintu mengintip lalu menyibakkannya lebih lebar. Belum juga gadis itu beranjak dari pintu, Dafa sudah menarik pinggang kecilnya, memeluknya dengan satu tangan. Dafa tak mungkin menarik tangan Afni, takutnya salah menarik tangan yang luka, alhasil cowok itu menarik pinggang Afni.
Jangan harap ada adegan tatap-tatapan, sebab Afni sudah meronta-ronta, berusaha melepaskan tangan Dafa, selain karena tak mau diobati. Namun, pelukan Dafa membuatnya kesusahan bernapas. Gadis itu menggerak-gerakkan kakinya, berusaha menendang Dafa.
"Lo bisa diem nggak! Timbang diolesi salep aja apa sakitnya! Nggak usah manja. Kalau lo tetep kaya gini, lo itu nyusahin gue. Gue juga mau kuliah. Jangan karena dibaikin sehari aja udah ngelunjak!" ketus Dafa sambil terus mengeratkan tangannya, kali ini tangan kirinya yang terluka turut mengunci pergerakan Afni.
Mendengar bentakan Dafa, Afni berhenti meronta, menggigit bibir sambil menunduk. Melihat Afni yang sudah sadar diri, Dafa melonggarkan pelukannya sedangkan Afni melepaskan diri. Kembali menunduk, merasa bersalah karena telah bersikap kekanakan. Akhirnya gadis itu mengikuti langkah Dafa ke ruang tamu.
Jantung Afni berdebar kencang kala Dafa menarik tangannya yang terluka, mulai memehatikan lukanya. Gadis itu memalingkan kepala, memejam, benar-benar takut jika akibat salepnya, bisa membuat lukanya perih.
Namun, gadis itu kembali membuka mata kala sensasi dingin yang dirasakan di tangannya, bukan perih seperti dulu. Gadis itu menoleh kembali ke tangannya, memerhatikan Dafa yang mengoleskan salep dengan telaten.
Rambut depan Dafa yang menjuntai, ditambah kaca mata, membuat Dafa terkesan urakan, tapi manis dalam satu waktu, tanpa sadar Afni melamun membayangkan jika sifat Dafa yang lembut bertahan lama, mungkin ia akan betah, gadis tersenyum sendiri sambil memerhatikan Dafa.
"Ngapain senyum-senyum sendiri kaya orang tolol?!" Dafa menekan jari telunjuknya di kening Afni. Membuat gadis itu mengerjap, gelagapan malu sendiri.
Dafa merapikan obat-obatan Afni, menaruhnya di kotak transparan yang dibawakan mamanya dulu. Ia harus segera mandi, mata kuliah di jam pertama tak bisa ia lewatkan, cukup sekali saja ia melewatkan kuliah, ia tak mau melewatkannya lagi. Dafa sudah rapi dalam lima belas menit kemudian.
Sementara itu, Afni masih terduduk di ruang tamu, kali ini sambil memainkan ponsel, kening gadis itu berkerut sesekali menggerutu karena salah memencet layar karena memakai tangan kiri.
Dafa meletakkan beberapa lembar uang di meja depan Afni duduk, meminta gadis itu untuk menerima loundry dan membayarnya. Setelah Afni menerima uangnya, Dafa langsung pergi. Mengemudikan mobil dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️
Teen FictionIni tentang kehidupan pernikahan kejam antara Dafa dan Afni di umur mereka yang sama mudanya. Berawal dari mengantarkan jas, akhirnya Afni menjadi istri dari seorang Dafa. Bagaimana bisa? Padahal, Dafa esok hari harus menikah dengan kekasihnya. Se...