"Ma! Dafa nggak bisa bawa dia ke luar kota! Pasti bakalan nyusahin." Dafa meletakkan garpu dan sendoknya dengan kasar, lalu berdiri pertanda menentang perintah mamanya, seketika ia menjadi pusat perhatian di ruang makan.
Saat ini Daffa dan keluarganya sedang makan malam, tadi sehabis ijab qobul, keluarga Daffa langsung pulang, tapi makan malam kali ini berbeda, suasananya dingin, ditambah ada satu orang tambahan yang semakin membuat suasana menjadi tak enak.
Ratu mengangkat kepala, menajamkan pandangan kepada anaknya, lalu memerintah sang anak untuk duduk. Daffa menghela napas, mengetatkan rahang, wajahnya semakin mengeruh. Namun, ia harus tetap menuruti perintah mamanya.
"Mama nggak mau tahu! Pokoknya kamu harus bawa Afni ke kosanmu!" Ratu menjeda sebentar ucapannya, menoleh ke arah bangku paling ujung ruang makan dengan sinis, tersenyum miring, lalu melanjutkan, "Lagian, di sini dia nggak ada gunanya. Masak aja nggak bisa, orang tuanya juga nggak bakalan mau nerima dia lagi."
Afni meremas bajunya dengan kuat, menunduk dalam, selera makannya seketika menghilang. Ratu yang dulu selalu ramah kepadanya sekarang mendadak jadi sinis, dulu tutur katanya menenangkan, sekarang mematikan.
Dafa berdecak, lalu meninggalkan ruang makan tanpa sepatah kata, menuju kamar, bukan untuk tidur. Melainkan, untuk ganti baju dan ingin pergi dari rumah, menuju rumah Liana, memohon agar gadis itu mau bersamanya lagi, meski kemarin-kemarin ia sudah dicaci maki oleh keluarga Liana.
Sementara itu, di ruang makan Afni masih setia menundukkan kepala, tak tahu harus berbuat apa-apa, ruangan itu terasa sunyi. Nasa yang biasanya jika bertemu dengannya akan mengajak baku hantam, kini bocah kecil itu turut diam, memusuhinya.
"Ngapain masih duduk di situ! Bawa piring kotor ini, cuci sana!" perintah Ratu dengan tegas, papa Dafa yang mendengar perintah Ratu tak terlalu ambil pusing, tak ada niatan membantu mantunya, justru pria itu langsung membawa Nasa pergi dari dapur.
Afni berdiri, mengangguk kaku lalu cepat-cepat menumpuk piring yang kotor, tangannya gemetaran saking groginya, hingga tak disangka piring yang dipegangnya terjatuh menimpa piring lainnya, meski tak sampai pecah. Namun, mampu membuat suara yang bising.
Ratu tentu langsung kebakaran jenggot, wanita itu langsung berlari menuju tempat Afni berdiri. "Haduuh! Kamu ini ngangkat piring aja nggak becus. Untung nggak pecah, kamu tau nggak? Ini itu piring kesayangan saya, mahal, kuat kamu gantiin kalau pecah, ha?!"
"M--maaf, Tante. Afni nggak sengaja." Afni menunduk, tangannya yang dingin semakin gemetaran, kakinya pun juga ikutan bergetar. Afni sebenarnya tahu kalau piring itu bukan piring mahal, orang di rumahnya banyak yang seperti itu, kata mamanya hadiah dari beli micin, ada cap mobilnya, dengan kata lain Ratu hanya ingin memojokkannya.
Dafa yang baru saja turun dari kamar dan mendengar keributan langsung menghentikan langkahnya. Namun, cowok itu tak berniat membela Afni, yang dilakukannya hanya menatap dengan wajah datar. "Ma, Daffa mau keluar."
Ratu mengalihkan pandangan pada anaknya, begitu juga dengan Afni. Daffa sudah rapi dengan celana jeans hitam dan hoodie berwarna senada. "Mau ke mana lagi kamu?! Jangan keluar dulu, nggak malu apa digosipin tetangga!"
Meski mamanya terus mengomel, Daffa tetap melanjutkan jalannya. Tak peduli dengan perkataan tetangga, toh selama ini ia tak diberi makan tetangga, kenapa mereka yang ngatur, seakan mereka orang yang berharga di hidupnya.
Afni kembali melanjutkan membereskan meja makan, tapi kali lebih hati-hati. Sementara itu Ratu masih mengawasi di ruang makan, mencari kesalahan Afni yang bisa ia jadikan bahan cacian.
Butuh waktu yang lumayan lama untuk membersihkan dapur, karena Afni belum terbiasa dengan pekerjaan rumah. Biasanya ia dimanja oleh mama dan papanya. Sekarang, semua terasa baru jika urusan berumah tangga. Lagipula ia masih terlalu dini untuk memikirkan urusan rumah tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️
Ficção AdolescenteIni tentang kehidupan pernikahan kejam antara Dafa dan Afni di umur mereka yang sama mudanya. Berawal dari mengantarkan jas, akhirnya Afni menjadi istri dari seorang Dafa. Bagaimana bisa? Padahal, Dafa esok hari harus menikah dengan kekasihnya. Se...