Part 11. Sekali Murahan Tetap Murahan!

70.3K 5.9K 269
                                    

"Gimana rasanya suka sama istri orang, ha?!" Riski berbalik badan, langsung bertemu dengan tampang menyebalkan Dafa. Karena asik melamun Riski sampai tak sadar jika Afni sudah melewatinya, keluar kamar. Digantikan dengan Dafa yang sebenarnya dari tadi hanya pura-pura tertidur.

Dafa menatap Riski dengan sengit, kedua tangannya ia sedekapkan di depan dada. Berdiri dengan sombong, masih memakai sarung dan peci. Sementara itu, Riski juga menatap Dafa tak kalah sengit, tak merasa terintimidasi, justru cowok itu tersenyum miring. "Rasanya, ya? Rasanya, gue pengen cepet-cepet ambil Afni dari lo!"

Mendengar perkataan Riski, Dafa semakin menajamkan tatapannya, mengetatkan rahang tanda menahan emosi. Kedua sahabat itu semakin panas saja hanya gara-gara perempuan. Padahal, dulu ke mana-mana bertiga, sekarang Riski hanya bersama Jonathan sedangkan Dafa sendirian. 

Terkadang Jonathan masih memihak Dafa, dasarnya cowok itu yang plinplan, disuap pakai nasi padang saja langsung ke lain pihak. Bisa dikatakan, Jonathan itu pihak netral.

"Eh, eh, eh! Lo nggak boleh marah, Bro! Lo sendiri yang nyuruh gue buat ngambil si Afni. Jadi, tunggu aja waktunya tiba!" Riski melangkah ke depan, menepuk tiga kali bahu kanan Dafa sambil tersenyum sinis lalu berbalik badan turun dengan perasaan penuh kemenangan.

Dafa berdecih, mengusap bahunya lalu menutup pintu dengan keras. Sialan, temannya itu membalikkan perkataannya, sekarang bolehkah ia menyesal telah mengucapkan kalimat itu tempo hari ke Riski.

Sebenarnya Dafa tak begitu peduli jika Riski menyimpan perasaan untuk Afni, toh dirinya tak ada perasaan untuk gadis itu. Namun, gadis itu tak boleh lari dari pernikahan ini, Afni harus membayar apa yang telah diperbuatnya hingga ia tak jadi menikah dengan Liana—kekasih pujaannya.

Tentang Liana, gadis itu belum bisa dihubungi, meski dulu Dafa telah berusaha ke rumahnya, tapi rumah tertutup rapat, tak menerima tamu apalagi jika tamunya Dafa. Pasti gadis itu sakit hati, pernikahan yang diidam-idamkan hanya menjadi angan. Meski banyak orang yang iba dengannya karena sudah dihianati Dafa, tapi tak banyak juga yang nyinyir, mengatakan jika itu sebuah karma karena Liana agak sedikit ... sombong.

Liana juga belum masuk kuliah, mungkin masih di kampung halaman, belum siap menerima kenyataan buruk yang diterimanya. Mengingat Liana membuat hati Dafa teriris, cowok itu melepas pecinya, lalu mengusap rambut dengan kasar. Hari ini ia harus ke rumah paman Liana, siapa tau gadis itu sudah balik ke kota.

Di sisi lain, Afni terduduk di tangga sambil menopang dagu, menunggu gilirannya untuk mandi. Hanya tersisa tiga orang yang mengantre. Gadis itu menoleh saat Riski duduk di sampingnya, turut menopang dagu. "Kak Riski hari ini kuliah juga?"

Riski mengangguk tanpa mengalihkan pandangan, hanya lurus ke dapan. Sepertinya cowok itu sedang memikirkan sesuatu, pasalnya ia tak mungkin mengabaikan pertanyaan Afni.

"Kalau gitu Kak Riski mandi duluan aja, nanti telat kuliahnya. Kan Afni nggak ke mana-mana, jadi nggak papa kalau mandinya belakangan," tawar Afni dengan sopan.

Kini Riski menoleh, teringat sesuatu cowok itu memerhatikan Afni dengan saksama. "Lo belum makan, 'kan dari kemarin? Nggak usah bohong."

Perut Afni berbunyi di waktu yang pas, meski Afni tak menjawab, perutnya sudah mewakili. Gadis itu tertunduk, pipinya memanas. Merasa malu karena tadi di lantai atas ia sempat berbohong pada Riski.

"Ck, kalau lo laper itu bilang aja, lo bisa minta bantuan sama si Jontor, atau kalau nggak si Bambang buat beliin makanan. Dafa nggak mungkin mau beliin lo makanan! Lo punya duit, 'kan?" omel Riski sambil menyerongkan badan, menatap Afni sepenuhnya meski gadis itu tetap menunduk.

Afni menggeleng pelan, ia memang benar-benar tak mempunyai uang sepeser pun. Kepergiannya dari rumah mendadak, celengan babinya belum sempat dibongkar, ia harus minta uang ke siapa lagi, ke Dafa tidak mungkin.

Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang