Part 48. Pasar

89.8K 4.6K 140
                                    

#Terpaksa_Menikah_Dengan_Tetangga
#Part48

[Pasar]

"Abang! Telinga Nassa panas. Pokoknya Nassa nggak mau pakai batok kelapa." Nassa menarik baju belakang Dafa sambi terus merengek, hidung dan matanya memerah hendak menangis.

Pada dasarnya Nassa memang tak pernah mau jika memakai helm padahal dulu bocah itu yang merengek minta dibelikan helm bermotif kartun Upin Ipin seperti punya temannya, tapi ketika tahu jika memakai helm itu membuat sumpek alhasil bocah itu tak lagi mau memakainya. Helm itu punbaru dua kali dipakai terhitung dengan saat ini.

Dafa melepaskan pelukannya pada Afni lalu membalik badan menghela napas lalu berjongkok menyamakan tingginya dengan Nassa. Kemudian ia melepaskan kunci helm dan kembali berdiri melangkah membawa helm Nassa ke garasi, mengembalikannya. Cowok itu berjalan ke arah helm-nya sendiri yang ada di teras dan turut membawanya ke garasi.

Sementara itu, Afni yang baru saja keluar dari pelukan Dafa seketika menepuk kedua pipinya yang panas lalu menghela napas, masih menunduk, tapi kini sambil memainkan jarinya tak tahu harus berbuat apa.

Cowok itu mengeluarkan motornya dari garasi dengan sedikit buru-buru, takut jika mamanya tahu jika ia berkendara tanpa mengenakan helm. Saat sampai di samping Nassa, cowok itu baru menaiki motornya, menoleh meminta Nassa untuk cepat naik. "Sa, cepet naik, nanti mama keburu tau."

Suara Dafa membuat Nassa cepat-cepat naik motor duduk di belakang, memeluk erat pinggang abangnya, takut jika nanti abangnya sewaktu-waktu melajukan motor bisa terjatuh. Sementara itu, Afni cepat-cepat mengangkat kepala, bergerak menahan Dafa yang hendak menyalakan motornya membuat Dafa mengalihkan pandangan.

"Afni ikut!" teriak Afni sambil melangkah menuju depan Dafa, merentangkan tangan, entah bertujuan apa tiba-tiba matanya melotot.

Dafa berdecak lalu menunduk dan benar-benar menyalakan motor, memencet bel beberapa kalitanda menyuruh Afni untuk menyingkir. "Nggak usah ikut. Pulang sana."

"Kak Dafa, Afni juga mau jajan." Afni merengek, masih merentangkan tangan, mencebik mecoba mencari simpati Dafa. Namun, cowok itu tak memberikan reaksi yang menunjukkan jika simpati dan luluh mau mengajak Afni jajan justru cowok itu menajamkan pandangan sambil terus memencet bel.

Cowok itu sedikit tersentak kala tiba-tiba Nassa bergerak, sambil merengek meminta untuk cepat melaju, ia menoleh meminta Nassa untuk berhenti bergerak, takut jika adiknya terjatuh. Kemudian cowok itu kembali menghadap depan melihat Afni yang masih bersikukuh merentangkan tangan.

"Minggir! Gue bilang minggir, atau gue tabrak?!"

"Tabrak aj ... aaa!" Mulanya Afni besikukuh merentangkan tangan, menantang Dafa untuk menabraknya, tapi gadis itu berteriak dan menutup muka dengan telapak tangan dengan erat kala Dafa benar-benar melajukan motor, jantungnya berdebar kuat, kakinya bergetar ketakutan.

Afni menghempaskan tangannya, memejam sambil mengehela napas lega karena Dafa menghentikan motornya sebelum kuda besi itu menghantam tubuhnya, lagipula Dafa tak mungkin menabrak Afni, nanti ia akan dipidana karena kasus pembunuhan. Dafa mana tega melenyapkan dua nyawa sekaligus dalam satu waktu, apalagi mereka adalah bagian dari hidupnya.

Dafa menghela napas, menyerah dan mau mengajak Afni turut membeli jajanan pasar, mungkin sajaitu bagian dari nyidam. Meski sebenarnya Dafa benar-benar tak mau mengajak Afni berkendara dengan motor di pagi hari seperti ini, sebab udaranya akan dingin sedangkan Afni seperti biasa, hanya memakai kaos dan celana pendek sebatas lutut.

Mau tak mau Dafa menyuruh Afni untuk ke rumah mengambil jaket membuat Afni mengepalkan tangan ingin bersorak, tapi tak jadi karena Dafa menyuruhnya untuk cepat akhirnya ia langsung berbalik badan dan berjalan diikuti Dafa yang mengendarai motornya, sengaja memencet bel agar Afni sedikit bergegas.

Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang