Part 12. Takut Terbawa Cinta

66.1K 5.8K 87
                                    

"K--kak, Liana!" Afni termundur, jantungnya berdetak kencang, kakinya bergetar. Tak tahu harus mengatakan apa lagi, ketakutan melandanya.

Liana berdiri dengan angkuh, menatap Afni dengan remeh. Gadis itu memang sudah kenal dengan Afni, pasalnya dulu sewaktu dirinya masih SMA, Afni merupakan adik kelasnya. Dulu, mereka lumayan akrab, sekarang gadis itu tak menyangka. Afni, gadis polos yang selama ini ia kenal justru menggagalkan rencana pernikahannya.

Gadis berambut bergelombang itu maju selangkah mendekati Afni, tatapan matanya tajam dan angkuh. Kecantikannya tak diragukan lagi. Jika berhadapan dengan Afni, seperti langit dan bumi. "Kenapa? Kok lo gemetaran. Ngerasa punya salah sama gue?"

Nada bicara Liana memang tenang, tapi menusuk dan mampu membuat Afni semakin bergetar. Afni tahu, masa seperti ini akan datang, ia akan didatangi Liana karena sudah menghancurkan pernikahannya, tapi tak menyangka jika akan secepat ini, di keadaan yang sesepi ini.

"Eng--enggak. Afni punya penjelasan buat Kakak." Afni menggeleng pelan, susah payah mengeluarkan suara.

Liana tertawa dengan keras, terdengar menyeramkan di telinga Afni. Dalam sekejap wajah Liana berubah, tangan gadis itu terulur menjambak rambut Afni hingga sang empu mendongak, meringis, tapi Liana tak peduli gadis itu tetap menatap Afni dengan tajam.

"Enggak, kata lo?! Lo udah rebut Dafa dari gue!" Liana menggoyangkan tangannya, membuat rasa sakit di kepala Afni semakin bertambah. "Lo nggak ada rasa bersalah sedikitpun buat gue, ha?!"

Afni meringis, menangis sambil memegangi kepalanya, berusaha melepaskan tangan Liana dari kepalanya, tapi usahanya tak membuahkan hasil. Cengkeraman itu terlalu kuat, Liana sudah dikuasai amarah. "K--kak, Afni nggak sepenuhnya salah. Afni juga korban ...."

Liana kembali tertawa menyeramkan, alisnya menukik, kini air matanya juga mulai menetes, tapi gadis itu tetap memasang wajah datar penuh amarah. "Mana ada orang salah yang ngaku! Lo emang sengaja ngajak Dafa selingkuh!"

Afni menutup matanya saat Liana berteriak di depan mukanya, semakin kuat mencengkeram rambutnya, rasanya kepalanya juga pegal karena mendongak, dirinya kehabisan napas.

"Denger, ya. Dafa tetep milik gue! Dan lo ... cuma jalang, murahan, pelacur. Mending lo pergi dari kos ini. Mati aja sana!" Liana berujar pelan di depan kepala Afni, lalu menghempaskan tubuh kecil Afni dengan mudahnya.

Afni memekik, masih memegangi kepalanya yang berdenyut, rambutnya rasanya sudah ada yang rontok. Gadis itu berteriak memanggil Liana supaya gadis itu mau mendengarkan penjelasannya, mau memaafkannya. Namun, Liana hanya tersenyum miring, membalikan badan sambil mengusapkan tangannya ke jaket yang dipakainya, berjalan enteng, sudah puas telah membuat Afni menderita.

Menangis, hanya itu yang bisa dilakukan oleh Afni, meski sudah bersikeras untuk tak menangis lagi, tapi apa boleh buat. Orang-orang yang dulu dikenalnya kini menjadi musuh. Sebenarnya ia juga tak peduli jika Dafa akan direbut kembali oleh Liana, sebab ia tak memiliki perasaan apapun untuk cowok itu, tapi memikirkan jika dirinya nanti hamil tanpa suami membuatnya ketakutan.

Liana marah memang biasa, karena perempuan mana yang akan baik-baik saja dihianati sang kekasih. Namun, bukankah tak perlu memakai kekerasan seperti ini, ingin rasanya ia berteriak kepada orang-orang yang telah mencacinya dan melawan, tapi apa daya dirinya hanyalah gadis lemah yang hanya bisa menangis ketika ditindas, sanksi sosial yang diterimanya terlalu menyakitkan.

Afni berdiri, melangkah gontai menuju kamar mandi. Menyalakan kran, lalu menangis seorang diri. Setelah lima belas menit akhirnya Afni keluar kamar mandi, waktunya sebagian besar hanya dihabiskan untuk menangis, matanya sampai memerah. Melangkah pelan menaiki tangga, berjalan sambil melamun, semangatnya seakan menghilang.

Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang