#Terpaksa_Menikah_Dengan_Tetangga
#Part19"Besok, Azril akan bawa Afni ke luar kota, Ma. Nggak peduli meski papa nggak ngizinin," putus Azril sambil meninggalkan ruang makan. Cowok itu tak mau kecolongan lagi, tak mau teledor menjaga Afni.
Asna mendongak, melatakkan piringnya di meja. Mengejar langkah lebar Azril yang menuju tangga. Wanita itu tak kuasa menahan tangis, baru saja melepas rindu dengan anak gadisnya, besok harus kehilangan lagi. "Zril, jangan gitu, Nak. Mama masih kangen sama Afni. Biarin dia di rumah aja, mama yang akan jaga dia dari Dafa. Mama nggak akan biarin Dafa nyakitin Afni lagi."
"Nggak, Ma. Kemarin aja mama biarin Afni dibawa sama Dafa. Maaf, Ma. Keputusan Azril udah bulat. Tanpa sadar mama juga yang udah masukin Afni ke penderitaan," ucap Azril dengan mantap. Cowok itu berjalan menaiki tangga. Berdoa dalam hati, semoga ia tak berdosa telah membuat mamanya menangis. Bukannya apa, tapi hati kecil Azril masih tak percaya dengan siapa pun.
Afni yang menjadi biang keributan hanya menunduk, mengepalkan tangan, sesekali mengusap ujung matanya. Selera makannya menghilang, padahal terakhir kali makan kemarin pagi. Gadis itu membalikan badan kala mendengar mamanya menangis.
Cepat-cepat Afni menghampiri mamanya, menangkan wanita yang telah melahirkannya. Gadis itu menuntun Asna menuju sofa ruang televisi. Mamanya langsung memeluk dengan erat, tak mau kehilangan anaknya lagi.
"Afni baik-baik aja kok, Ma. Kalau nanti Afni sama bang Azril, Afni bakalan sering telpon Mama," ucap Afni menenangkan. Gadis itu menepuk punggung mamanya, menyalurkan kekuatan.
Setelah beberapa lama akhirnya Asna tenang, wanita itu mencoba menenangkan hatinya. Mencoba menerima, memang wajar Azril tak percaya padanya lagi. Dirinya pernah berbuat jahat pada Afni. Azril hanya terlalu menyayangi adiknya.
Asna menyuruh Afni untuk istirahat di lantai atas, sedangkan dirinya mengurus pekerjaan rumah tangga. Dirinya tak mengerti, kenapa hati suaminya begitu keras, tak mau memaafkan Afni.
***
Riski berdecak, mengumpat entah untuk keberapa kalinya, cowok itu hidup seperti orang gangguan jiwa. Setelah ditinggal oleh Afni, cowok itu bagai raga tanpa nyawa. Kemarin pulang kuliah membawa bingkisan makanan, berniat memberikannya untuk Afni. Namun, dirinya dilanda kepanikan saat kos kosong.
Riski tak henti-hentinya menghubungi Afni, tapi tak ada jawaban, selalu di luar jangkauan. Baru dari tadi pagi terhubung sekali, tapi langsung tak bisa lagi. Pikirannya semakin berkecamuk, gadis itu benar-benar sudah membuatnya ketergantungan.
Sia-sia, semua makanan yang dibawa Riski untuk Afni kemarin hanya berakhir di perut teman-temannya. Rindu, itu yang dirasakannya sekarang.
"Sialan, apa gue sewa preman aja ya, buat bunuh si Dafa," gumam Riski sambil mengembuskan napas, memperbaiki letak kepalanya, mengerjap menatap langit-langit ruang televisi.
Jonathan menoleh, menepuk tangan di depan muka Riski, menggeleng-geleng tak percaya. "Sadar, Nyet! Sadar. Lo kesurupan apa gimana, dah. Ck, ck, lo mau dipenjara karena bunuh anak orang."
"Ya si bangsat itu bawa Afni pergi!" ketus Riski sambil mengepalkan tangan. Ingin melampiaskan amarah kepada siapa saja. Tadi anak-anak kos sampai menjadi tempat pelampiasan amarahnya, menyetel radio saja diamuk oleh Riski.
Mendengar jawaban dari temannya membuat Jonathan menggeleng-gelengkan kepala untuk ke sekian kalinya. Rasanya kepalanya seperti copot. Tak habis pikir dengan pola pikir Riski. Dirinya baru melihat tingkah Riski yang seperti ini, dulu ketika Riski putus cinta dengan pacarnya, bukannya galau justru mentraktir dirinya dan Dafa. "Ya, itu udah resiko, Bro. Lo 'kan cinta sama istri orang, dia bukan hak lo. Makannya jangan terlalu bucin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️
Teen FictionIni tentang kehidupan pernikahan kejam antara Dafa dan Afni di umur mereka yang sama mudanya. Berawal dari mengantarkan jas, akhirnya Afni menjadi istri dari seorang Dafa. Bagaimana bisa? Padahal, Dafa esok hari harus menikah dengan kekasihnya. Se...