Part 38. Lagi-lagi Dilecehkan

69.3K 4.8K 325
                                    

#Terpaksa_Menikah_Dengan_Tetangga
#Part38

[Lagi-Lagi Dilecehkan]

“Eng.” Afni melenguh, menggerakkan badannya meregangkan otot tangannya. Beberapa saat gadis itu hanya mengerjap sambil menghela napas berat beberapa kali, menatap langit-langit dalam diam. Gadis itu langsung mendudukkan diri kala mengingat semalam Dafa tidur di ranjangnya, ia mengedarkan pandangan. Menyibakkan selimut, tapi Dafa tak ada di kamarnya.

Afni mengernyit sambil menggaruk kepala, berfikir. Apakah semalam Afni hanya bermimpi Dafa datang ke kamarnya, tapi rasanya kehadiran cowok itu begitu nyata. Pandangan Afni jatuh pada pintu balkon yang sedikit terbuka. Gadis itu langsung berlari menuju pintu kayu itu, membukanya lebar-lebar, melongokkan kepala ke luar.

“Afni! Kok pintunya masih dikunci aja. Udah bangun apa belum? Cepetan turun, mama mau ke rumahnya Tante Ratu.” Teriakan Asna membuat Afni menoleh ke belakang.

Afni berlari mejauhi pintu balkon sambil berteriak pada mamanya jika ia sudah bangun dan ia akan mencuci muka terlebih dahulu. Gadis itu langsung mengambil handuk di lemari dan bergegas ke kamar mandi. Pertama-tama ia membasuh muka di wastafel, mengambil sikat gigi baru di lemari kecil yang tertempel di dinding kamar mandi, membuang plastik pembungkus sikat ke tempat sampah di bawahnya lalu mulai menggosok gigi sambil berkaca.

Gerakan tangannya yang menggosok gigi berhenti, gadis itu mengernyit memicingkan mata. Afni menaruh sikat giginya di wastafel, tangannya bergerak menyibakkan rambut yang menutupi sebagian lehernya.

Gadis itu membeku, darahnya berdesir matanya memanas, semalam ia tak bermimpi. Dafa benar-benar datang ke kamarnya, cowok itu meninggalkan jejak. Jika Dafa berbuat seperti ini, Afni merasa direndahkan sebagai seorang perempuan, lagi-lagi dilecehkan.

“Afni!” Teriakan mamanya membuat Afni mengerjap, menoleh ke arah pintu kamar mandi lalu cepat-cepat berkumur, mengusap linangan air mata di sudut mata dan menjawab teriakan mamanya dengan suara sumbang, mengusap muka dengan handuk lalu bergegas keluar kamar mandi.

Kemudian menuju lemari, mengobrak-abrik isinya mengambil jaket dan mengenakannya. Menyisir rambut, membiarkannya tergerai menutupi jejak yang ditinggalkan Dafa di lehernya.

“Loh, kamu sakit? Tumben pakai jaket, matamu juga merah, kenapa?” Asna menangkup pipi Afni, mendongakkannya menghadap ke arahnya. Wanita itu sedikit menunduk memerhatikan mata Afniyang merah. Namun, putrinya itu langsung melepaskan tangannya, termundur beberapa langkah.

Afni mengedarkan pandangan, tak mau bersitatap langsung dengan mamanya, mencari alasan yang tepat untuk berbohong. “A—afni, cuma pengen pakai jaket. Eng, mata Afni tadi kena sabun muka.Abang mana, Ma?”

“Abangmu udah ke kos tadi jam tiga pagi. Kamu, sih, mau dipamiti nggak biasa-biasanya ngunci kamar. Udah tahu kalau dibangunin susah, lain kali nggak usah kunci kamar, tadi nggak salat subuh,‘kan?" Asna berbalik badan dan berjalan menuruni tangga diikuti oleh Afni, wanita itu terus mengomeli Afni yang tak saat subuh. Wanita paruh baya itu baru berhenti mengomel ketika sampai di dapur. Afni tak keberatan meski mamanya mengomel, justru ia sudah rindu diomeli seperti ini.

Herman sudah duduk di kursi meja makan, membaca koran sambil sesekali menyeruput kopi buatan istrinya. “Kamu mau makan sama apa? Mama suapin aja, ya. Biar cepet, nanti kita ke rumahnya Tante Ratu.”

Afni yang sedang mengedarkan pandangan ke arah menu makan langsung mengalihkan atensinyake arah Asna. “Afni nggak mau ke rumah Tante Ratu!”

Asna meletakkan piring yang baru saja diambilnya dengan kasar, menghela napas sambil menajamkan pandangan pada Afni. “Nggak usah teriak, mama nggak suka! Cepet ambil makan, terus kita berangkat!”

Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang