#Terpaksa_Menikah_Dengan-Tetangga
#Part40[Takkan Terlepas]
“Afni, sini turun. Makan!” teriak Asna sambil menata makanan yang sudah jadi ke meja makan, wanita itu sangat cekatan menuangkan sayur asem dari panci ke mangkuk. Asna mengusap wajahnya saat Afni tak menjawab ucapannya, suaminya juga belum pulang dari kantor desa, mengurus sesuatu. Tadi selepas dari rumah Dafa, pria itu langsung ke kantor desa, sampai sekarang belum pulang.
Asna menghela napas lalu berjalan menghampiri anaknya yang ada di lantai atas, sedari dirinya pulang dari rumah Dafa tadi Afni mengurung diri di kamar, menonton film seperti kebiasaanya dulu sewaktu masih sekolah. “Astaga, kok jam segini malah tidur!”
Wanita itu mengambil laptop menyala yang ada di ranjang membawanya ke meja, mengernyit kala melihat ponsel asing yang tergeletak di meja belajar Afni. Ibu-ibu paruh baya itu mengambil ponsel Afni, memerhatikannya, dahinya berkerut kala menyadari itu bukan ponsel anaknya. Lagipula, setahunya ponsel Afni sedang rusak, seperti yang Azrilinfokan kemarin.
Tak mau banyak berfikir akhirnya wanita itu meletakkan ponsel Afni ke tempat semula, lalumenghampiri anaknya, membangunkannya. Waktu sudah menjelang maghrib, tapi anak itu justru tertidur masih memakai gamis yang dipakainya ke rumah Dafa tadi. “Afni, bangun, Sayang. Terus mandi, nanti kalau malem-malem mandi masuk angin.”
“Afni masih ngantuk, Ma.” Afni mengerjap sambil menyebikkan bibirnya, merengek saat mamanya terus memaksa untuk bangun. Asna menarik tangannya hingga ia terduduk dengan paksa, rambutnya yang keluar dari ikatan menutupi sebagian mukanya, dahinya berkeringat.
Akhirnya mau tak mau Afni terbangun, meski gadis itu tak mau mandi, berjalan sempoyongan ke kamar mandi untuk mencuci muka dan turun menyusul mamanya. Afni menarik bangku meja makan sambil mengedarkan pandang, menatap punggung mamanya yang mencuci panci kotor. “Papa mana, Ma?”
“Papamu masih di kantor desa, nggak tau ngurus apa.” jawab Asna sambil meletakkan panci bersih ke cantolan di dinding, mengelap tangan. Kemudian berballik badan menghampiri Afni, mengambilkan nasi dan lauk pauknya lalu menyuapi gadis itu. “Kamu itu disuruh mandi dulu, kok. Terus salat maghrib sama mama malah cuma cucimuka.”
Afni meringis mendengar ucapan mamanya lalu gadis itu menerima suapan mamanya. Gadis itu memainkan ponsel yang diberikan oleh Dafa, membuat mamanya bertanya asal muasal ponsel itu sedangkan Afni menjawab jujur jika itu dari Dafa membuat rasa penasaran mamanya terjawab. Namun ada sesuatu yang mengganjal di benak Asna.
Wanita itu memerhatikan wajah anaknya yang mengunyah sambil terus menunduk, menghela napas lalu bertanya dengan hati-hati pada Afni. Mengelus puncak kepala Afni membuat gadis itu menoleh tak mengerti, apalagi melihat tatapan dalam mamanya yang tak biasa.
“Papamu bilang sama mama, katanya kamu mau pisah sama Dafa? Apapun keputusan kamu mama tetep dukung, karena kamu yang jalanin. Tapi mama kasih tahu sesuatu. Allah benci perceraian, lagipula jadi janda itu nggak mudah. Apalagi kalau kamu hamil, kamu udah pernah berhubungan sama Dafa, ‘kan? Meski ada orang lain yang mau tanggung jawab, tapi jangan mudah percaya sama orang baru. Sifat orang bisa berubah.”
Afni menelan makanannya dengan susah payah karena mendengar ucapan mamanya. Tangannya yang memegang ponsel mengerat, tenggorokannya tiba-tiba terasa kering susah untuk menjawab pertanyaan mamanya rasanya susah. Gadis itu memutuskan untuk meraih gelas berisi air putih dan meminumnya.
Pikiran Afni bercabang, ia ingin berpisah dengan Dafa karena tak ingin terus-terusan direndahkan oleh orang-orang, terutama Ratu. Namun, jika ia akan menjanda di waktu yang secepat ini, pasti orang-orang akan semakin menggosipkannya lebih parah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️
Novela JuvenilIni tentang kehidupan pernikahan kejam antara Dafa dan Afni di umur mereka yang sama mudanya. Berawal dari mengantarkan jas, akhirnya Afni menjadi istri dari seorang Dafa. Bagaimana bisa? Padahal, Dafa esok hari harus menikah dengan kekasihnya. Se...