"Dafa, kok kamu diem aja. Usir dia, dong. Kamu nggak takut kalau dia nyakitin aku lagi?" Liana mendongak, menatap Dafa yang hanya berdiri dengan wajah datar. Tangan Liana benar-benar memeluk erat lengan Dafa. Dahinya berkeringat, sesekali menatap takut pada Afni. Sandiwaranya benar-benar tak tercelah.
Dafa melepas tangan Liana yang menggelayut di lengannya. Beralih menggenggam tangan Liana, mengusap dahi Liana yang berkeringat. "Nggak papa. Ayo masuk aja, ya."
Liana mengerjap, mengangguk ragu lalu mulai mengikuti langkah Dafa. Saat melewati Afni, gadis cantik itu semakin mengeratkan genggaman, mendekat pada Dafa. Menggumam, berkata bahwa ia takut. Menarik simpati Dafa.
Afni sedari tadi hanya menjadi penonton, seolah tak percaya melihat sandiwara Liana. Gadis itu menyimpan baik-baik kedoknya, menutupi wajahnya dengan topeng wajah memelas. Padahal, kenyataannya yang tersakiti itu Afni.
Terdengar perbincangan Liana dari dalam, memuji kos baru Dafa yang rapi. Afni membalik badan, mengerjap. Tak tahu harus melakukan apa, kehadirannya di sini seakan tak dianggap. Dafa dari tadi tak menoleh ke arahnya, lantas apa gunanya ia dibawa ke sini. Mau dipamerkan kemesraan Dafa dan Liana? Sayangnya, Afni tak peduli. Gadis itu tak keberatan jika Dafa selingkuh. Terserah tingkahnya seperti apa, yang penting dirinya tak disakiti lagi.
Dafa muncul dari dalam, membuat Afni sedikit tersentak. Cowok itu menatap datar ke arahnya, untuk beberapa saat hanya memerhatikan Afni dalam diam, lali berkata, "Buatin Liana minum."
"Afni nggak bis---"
"Nggak usah kebanyakan alasan! Buatin teh sana, cepet!" ketus Dafa sambil menarik tangan Afni, membawanya masuk. Mendorong bahu Afni membuat gadis itu hampir tersungkur.
Afni menegakkan badan, mengedarkan pandang mencari Liana, tak ada batang hidungnya. Terdengar gemericik air dari kamar mandi. Berarti gadis itu sedang di kamar mandi. Afni cepat-cepat menuju dapur, tercengang dengan keadaan dapur yang kotor akibat ulahnya sendiri.
Gadis itu cepat-cepat membersihkan kekacauannya sebelum diketahui oleh Dafa. Namun, sebelum itu ia menggodok air panas di ceret. Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat Afni menoleh, manatap datar Liana, merasa muak dengan sandiwara gadis itu.
Liana mengernyit, memandang remeh Afni yang sedang mencuci piring kotor. Kemudian gadis itu kembali menghadap depan, berjalan sambil celingukan mencari Dafa, menoleh ke arah kamar yang terbuka. Dafa ada di sana, membelakanginya, sibuk mengerjakan sesuatu.
Gadis itu tersenyum, berjalan pelan memasuki kamar, memeluk Dafa dari belakang, menyenderkan kepala di punggung Dafa. Memejamkan mata, menikmati degup kencang jantungnya. Meski sudah berpacaran dari SMA, tapi debaran jantungnya selalu berpacu dengan cepat jika bersama Dafa.
Dafa menunduk, melihat tangan Liana yang melingkar diperutnya. Memejamkan mata, menghela napas lalu melepaskan tangan Liana. Cowok itu berbalik badan, menatap mata Liana yang seolah bertanya kenapa pelukannya diurai.
"Bentar, ya. Mau rapihin buku dulu," ucap Dafa sambil tersenyum, menarik gemas hidung mancung Liana. Menyuruh Liana untuk duduk di kursi yang ada di samping ranjang, di depannya meja belajar.
Liana menuruti perintah Dafa, duduk di depan meja belajar lalu sibuk membaca buku yang ada di meja. Sementara itu, Dafa sibuk memilah buku yang ia bawa dari kos lama. Sebagian sudah ia pulangkan ke rumah. Meski sudah dipulangkan, tetapi ternyata masih ada tiga kardus buku dan sekarang cowok itu kebingungan harus menaruhnya di mana.
"Daf, kok ranjang kamu berantakan gitu. Aku rapihin, ya. Hitung-hitung belajar jadi istri kamu, hehe." Liana berdiri, menyibakkan selimut tebal di atas ranjang. Gadis itu mengernyit saat menemukan bercak darah di atas ranjang ada juga di selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️
Fiksi RemajaIni tentang kehidupan pernikahan kejam antara Dafa dan Afni di umur mereka yang sama mudanya. Berawal dari mengantarkan jas, akhirnya Afni menjadi istri dari seorang Dafa. Bagaimana bisa? Padahal, Dafa esok hari harus menikah dengan kekasihnya. Se...