#Terpaksa_Menikah_Dengan_Tetangga
#Part44[Ceroboh]
Asna sedari tadi mondar-mandir di depan pintu kamar mandi sambil menggigit kukunya. Dahinya berkerut, cemas, sedangkan Dafa masih di tempat yang sama dan posisi yang sama pula. Herman memilih duduk di tepi ranjang anaknya, meski tak memperlihatkan ekspresi yang signifikan, tapi pria itu tetap was-was dengan hasil tes Afni.
"Afni kok belum keluar, ya," gumam Asna sambil mendekat pada pintu kamar mandi, menempelkan telinganya di pintu. Dahinya berkerut, mencoba mencari suara di dalam. "Afni, Sayang. Kamu udah selesai apa belum? Afni, mama buka, ya."
Asna mengetuk pintu, raut mukanya mulai terlihat khawatir karena tak mendengar jawaban dari anaknya. Tangan wanita itu bergerak cepat membuka knop pintu. Asna berhenti bernapas untuk sesaat, matanya melabar.
"Astaghfirullah, Afni!" Asna berlari menghampiri Afni yang tergeletak di lantai kamar mandi, tak sadarkan diri. Wanta itu berjongkok meletakkan kepala anaknya di pangkuan, menepuk pipi pucat gadis itu dengan pelan.
Jantungnya berdebar kuat apalagi ketika pandangannya tertuju pada testpack yang tergeletak di dekatnya, menunjukkan dua garis biru. Wanita itu mencium kening anaknya sembari bercucuran air mata, terisak pelan merasa iba.
Mendengar teriakan Asna yang melengking tentu membuat Dafa dan Herman berlari menuju kamar mandi, penasaran sekaligus khawatir. Ekspresi mereka sama ketika melihat Afni yang pingsan. Dafa berjongkok lalu menunduk, tangannya yang bergetar terulur mengambil testpack itu.
Cowok itu semakin pucat, debaran jantungnya semakin tak terkendali. Cowok itu sampai memejam beberapa saat untuk mengendalikan pikirannya yang mulai berkelana memikirkan hal buruk yang mungkin akan terjadi di kemudian hari.
"Udah, nggak usah nangis. Afni cuma pingsan, kamu nyingkir dulu, biar saya angkat Afni." Herman mengelus kepala istrinya, menenangkannya. Meski Afni hanya pingsan, tapi sebagai ibu, Asna tentu merasa terpukul dan khawatir apalagi gadis itu selalu dimanjakannya. Berbeda dengan Azril yang setelah masuk SMP tak mau lagi dimanja.
Dafa membuka mata lalu mendongak melihat Herman lalu cowok itu menghela napas. "Biar Dafa aja yang ngangkat, Om."
Setelah mengatakan kalimat itu, Dafa mencondongkan badan, menyelipkan tangannya di kaki dan punggung Afni lalu mengangkat tubuh gadis itu dengan sedikit kesusahan, karena Afni lemas jadi badannya terasa lebih berat. Namun, cowok itu tetap mampu membawa istrinya keluar kamar mandi.
Herman tak bisa berbuat banyak selain membiarkan Dafa yang mengangkat Afni, lagipula cowok itu memang sepatutnya mengurusi anaknya. Bapak dari dua orang anak itu memilih menenangkan istrinya, merangkul pundak pacar dunia akhiratnya itu lalu menuntunnya keluar kamar mandi.
Sementara itu, Dafa merebahkan badan Afni dengan hati-hati, meluruskan kaki gadis itu lalu ia duduk di tepi ranjang. Cowok itu kembali menghela napas, tatapannya tak lepas dari wajah Afni. Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya, tapi di setiap helaan napasnya terasa berat dan penuh
beban.Asna yang baru saja datang langsung menaiki ranjang, duduk bersila di samping Afni. Tangannya terulur mengelus lembut surai hitam anaknya, wanita itu memerhatikan anaknya sambil terus menangis. "Sayang, dulu mama dosa apa sampai kamu harus nerima derita seberat ini. Kamu kenapa harus hamil semuda ini, sampai kamu harus nikah semuda ini, m-mama ...."
Wanita itu tak mampu melanjutkan kata-katanya, dadanya semakin sesak, tenggorokannya seperti disumbat ribuan batu, yang bisa dilakukannya hanya menangis membungkukkan badan mengecup kening anaknya berkali-kali. Berdoa dalam hati, semoga anakaya cepat terbangun dan hilang semuabebannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️
Teen FictionIni tentang kehidupan pernikahan kejam antara Dafa dan Afni di umur mereka yang sama mudanya. Berawal dari mengantarkan jas, akhirnya Afni menjadi istri dari seorang Dafa. Bagaimana bisa? Padahal, Dafa esok hari harus menikah dengan kekasihnya. Se...