Part 24. Cara Bercerai

83.8K 5.9K 360
                                    


Dafa berdecak, memejamkan mata untuk sesaat, lalu menghela napas, mencoba untuk bersabar. Memutuskan untuk mencuci kembali panci yang kotor, mengembalikannya ke dalam cantolan. Mulai merebus air di teko untuk membuat kopi. Membuka bungkus mie goreng, mengeluarkan bumbunya. Dirinya akan membuat mie ketika nasinya sudah matang.

Awalnya cowok itu hanya menyiapkan untuk datu porsi, tapi ia kepikiran akan Afni. Cowok itu, memutuskan kembali ke ruang tamu, melongokkan badan. Memerhatikan Afni yang belum bergeser dari tempatnya, meniupi tangannya. "Lo mau makan apa nggak?"

Afni menoleh, mengangkat kepala mengerjap memerhatikan Dafa. Satu lagi tingkah Dafa yang aneh hari ini, biasanya cowok itu tak pernah menawari makanan. Mungkin cowok itu benar-benar menyesal, merasa bersalah atas apa yang menimpa Afni hari ini. Ragu-ragu Afni menggelengkan kepala, sedikit kenyang sudah makan mie instan.

Melihat respon Afni. Dafa mengangguk dalam diam, lalu membalikkan badan, bersandar di dinding penyekat antara dapur dan ruang tamu. Menunggu air mendidih sambil memejam, kepalanya pening. Hampir saja ia melihat Liana membunuh Afni di depan mata, jika saja ia terlambat mencegah Liana, mungkin Afni sudah mati. Bila itu terjadi, dirinya juga akan dibunuh oleh Azril.

Ceklek!

Dafa membuka mata kala mendengar pintu kamar mandi di buka. Afni sedang sibuk menyampirkan handuk dan baju ganti, lalu berbalik badan menuju pintu.

"Jangan sampai tangan lo kena air." Ucapan tiba-tiba Dafa membuat Afni tersentak, menjatuhkan pembalut. Gadis mengangguk kaku, cepat-cepat mengambilnya dan menutup pintu, pipinya memanas karena malu.

Sementara itu, Dafa memutuskan untuk ke kamar, mengganti alas ranjang dan sarung bantal. Memasang alas dan sarung bantal dengan telaten, lalu membawa yang kotor termasuk selimutnya, meletakkannya ke keranjang kotor. Kembali ke dapur mematikan kompor lalu menuangkan air panas ke gelas, melirik magicom nasinya ternyata belum matang.

Cowok itu memutuskan membawa kopinya ke ruang tamu, meletakkan ke meja. Masuk kamar lalu kembali dengan laptop dan beberapa buku. Memakai kaca mata, menyalakan hospot, lalu mulai sibuk mengetik di laptop.

Afni keluar dari kamar mandi dalam diam, cepat-cepat ke dalam kamar. Kebingungan harus berbuat apa. Ponselnya masih disita oleh Dafa, entah kapan akan dikembalikan. Gadis itu memutuskan untuk keluar kamar, berdiri di depan pintu kamar memerhatikan Dafa.

Merasa diperhatikan, Dafa menegakkan kepala membenarkan kaca mata yang melorot. Sementara itu, Afni yang ketahuan memerhatikan Dafa langsung mengalihkan pandangan.

"Sini," ucap Dafa sambil menepuk sisi kosong di sebelahnya.

Afni mengerjap, menunjuk diri sendiri dengan kaku, merasa aneh Dafa menyuruhnya duduk di sebelahnya. Namun, tak ayal gadis itu tetap melangkahkan kaki, menuju tempat Dafa, duduk di sebelah cowok itu. Mengerutkan kening, menajamkan pandangan pada laptop, pandangannya mengabur karena tak memakai kaca mata.

"Ambil kaca mata lo dulu!" perintah Dafa tanpa mengalihkan pandangan, cowok itu sibuk menulis di kertas. Sementara itu, Afni menurut saja mengambil kaca mata di kamar.

Saat sudah sampai kembali di ruang tamu, Afni sedikit mengernyit saat melihat tulisan yang di laptop berisi materi Matematika seperti yang abangnya berikan kemarin. Gadis itu menoleh, memerhatikan soal-soal yang dibuat Dafa.

Kemudian beralih memerhatikan Dafa dari samping, meski bukan pertama kalinya Afni melihat Dafa memakai kaca mata. Namun, tetap saja Dafa masih terlihat menawan dengan kaca mata. Aura menyeramkan Dafa seperti hilang ketika memakai kaca mata, tergantikan dengan aura goodboy.

Dafa menoleh tiba-tiba, kembali membuat Afni tersentak, mengalihkan pandangan. Pipinya memanas, telinganya memerah karena malu. Sementara itu, Dafa hanya mengernyit, mengangkat bahu lalu berkata, "Kalau lo mau hp lo balik. Baca materi di laptop, kerjain soal yang gue buat. Kalau nggak ngerti tanyain ke gue."

Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang