#Terpaksa_Menikah_dengan_Tetangga
#Part47[Kepergian]
Afni memejam sambil mengepalkan tangan dan erat. Mencoba mencari percikan rasa yang dulu selalu membuncah ketika bersama Riski. Sekarang, kenapa semua seolah hambar, meski pelukan cowok itu nyaman, tapi tak nyaman yang berbeda. Apa rasa itu perlahan terkikis karena kebersamaannya dengan Dafa.
Riski merenggangkan pelukannya, kedua tangannya bertengger di pundak Afni. Cowok itu tersenyum tipis sambil menunduk, menatap setiap inci wajah Afni yang sedang mendongak ke arahnya tanpa ekspresi. Merekam wajah sang pujaan hati, mungkin untuk yang terakhir kali.
Sebelum Riski melepaskan tangannya dari pundak Afni, terlebih dahulu ia mengusap kepala gadis itu, merasakan hatinya yang kembali hancur berkeping-keping. Cowok itu berbalik meninggalkan Afni, ia tak jadi mengambil air minum.
Sementara itu, Afni masih berdiri di tempat yang sama, perlahan tangannya bergerak memegang dadanya, mengerjap beberapa kali. Mengusap wajahnya dengan kasar, ia memutuskan untuk kembali ke kamar, sampai lupa mematikan lampu dapur, dirinya tak mau pikirannya semakin kacau karena memikirkan perasaannya sendiri.
"Dari mana." Suara datar itu membuat Afni yang awalnya menunduk menjadi mendongak, tersentak. Dafa sedang berdiri di depan ranjang, bersidekap dada, tatapannya tak lepas dari Afni.
Tanpa sadar Afni menggaruk kepalanya, mengedarkan pandangan agar tak terlihat gugup. Menghela napas akhirnya Afni menjawab sambil berjalan pelan menghampiri Dafa. "K-ke kamar mama."
Dafa memicingkan mata melihat gelagat Afni, pandangan cowok itu mengikuti gerakan Afni yang melewatinya sambil menunduk lalu merebahkan diri, menarik selimut sampai menutupi seluruh badan.
Dafa menghela napas sambil memejam beberapa saat, lalu kembali membukanya dan berjalan ke arah pintu dan menutupnya. Sebelum berbalik badan cowok itu kembali memejam dan menghela napas, tangannya yang memegang ganggang pintu mengerat, seolah akan mematahkan ganggang pintu itu sekarang juga.
Cowok itu kembali ke ranjang, berbaring miring di samping Afni yang memunggunginya. Tangan Dafa terulur memegang lengan bagian atas Afni, mendekatkan diri dan berkata pelan di belakang telinga istrinya. "Gue tau lo bohong."
Saat mengatakan kalimat penuh penekanan itu, tangannya yang memegang lengan atas Afni mengerat, tapi mencoba untuk tak terlalu menyakiti Afni meski sebenarnya ia ingin melampiaskan amarahnya. Namun, mengingat keadaan Afni yang lemas membuatnya mengurungkan niat.
Tadi saat Dafa terbangun dan tak menemukan Afni di sampingnya, ia buru-buru mencari di kamar mandi, memutuskan keluar ketika melihat pintu kamar terbuka setengah. Cowok itu melihat sendiri bagaimana Riski memeluk Afni di dapur, mereka sampai tak menyadari kedatangannya.
Entah kenapa Dafa memilih membiarkan Afni dipeluk oleh rivalnya, ia memutuskan kembali ke atas dan menunggu di kamar, tapi setelah mengingat kembali kejadian beberapa saat lalu, ia terbakar amarah dan merasa tolol karena tak memberi hadiah kepalan tangan pada Riski.
Sementara itu, Afni cepat-cepat membuka mata, badannya menegang. Jantungnya berpacu kuat, khawatir sekaligus takut. Tangannya yang dingin bergerak memegang tangan Dafa, mencoba menyingkirkannya. "A-afni, nggak bohong. Afni nggak ketemu sama Kak Ris ... Kak!"
Afni memekik kala tangan Dafa semakin mengerat ketika bertepatan ia menyebutkan nama Riski, cowok itu mulai membuat lengannya sakit. Afni tak berani menoleh ke arah Dafa, cowok itu jelas terlihat menahan amarah, napasnya yang memburu menyapu bagian belakang lehernya membuatnya bergidik, takut.
Jawaban Afni semakin memperkuat jika berbohong, pasalnya Dafa belum berbicara apa-apa tentang berpelukan dengan Riski, tapi gadis itu sudah menyinggung soal Riski. Tentu membuat Dafa semakin marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️
Fiksi RemajaIni tentang kehidupan pernikahan kejam antara Dafa dan Afni di umur mereka yang sama mudanya. Berawal dari mengantarkan jas, akhirnya Afni menjadi istri dari seorang Dafa. Bagaimana bisa? Padahal, Dafa esok hari harus menikah dengan kekasihnya. Se...