Part 18. Perdebatan

64.9K 5.6K 244
                                    

#Terpaksa_Menikah_Dengan_Tetangga
#Part18

"Nggak mau!" Afni membalikkan badan, hendak membuka pintu. Namun, Dafa terlebih dulu mencekal lengannya, membalikkan badan Afni dengan paksa.

Dafa menekan pegangan tangannya, menatap lekat wajah Afni di depannya, beberapa saat hanya memerhatikan Afni yang meringis, berusaha melepaskan tangannya lalu cowok itu berucap, "Gue cuma mau diobatin. Apa susahnya! Gue nggak minta lo bikin anak. Nggak usah lebay, seakan lo mau gue perkosa!"

Afni berhenti meronta, menunduk memerhatikan tangan dingin Dafa yang mencengkeramnya, kupingnya panas mendengar perkataan frontal dari Dafa. Gadis itu mendongak saat cengkeraman Dafa mengendur. Cowok di depannya masih setia menatap lurus padanya, seketika Afni mengalihkan pandangan.

"Awas!" Dafa melepaskan tangan Afni, menyuruh gadis itu untuk minggir dari pintu lalu cowok itu masuk sambil menggeret koper, ia tetap tenang meski sekujur tubuhnya seperti ditabrak truk.

Afni membalikkan badan, melebarkan mata saat Dafa mulai menaiki tangga, tak merasa kesusahan meski menggeret koper besar seketika dirinya langsung mengejar Dafa, menghalangi langkah cowok itu. "Kak Dafa mau ke mana?! Jangan ke atas, abang ada di kamar."

"Ck, nggak nanya. Gue udah bilang, kalau dia gebukin gue lagi, gue nggak peduli!" ketus Dafa sambil mengentakkam tangan Afni yang menahannya. Cowok itu tetap berjalan dengan percaya diri. Saat sudah sampai di lantai atas dirinya menoleh pada kamar Azril, tersenyum sinis lalu menuju ke kamar Afni.

Afni yang dari tadi mengikuti langkah Dafa menjadi waswas sendiri, dirinya takut kehadiran Dafa diketahui oleh abangnya. Berkali-kali ia melihat belakang, takut tiba-tiba abangnya datang, dirinya takut akan ada perkelahian lagi, ia takut ada orang yang terluka. "K--kak Dafa mau ngapain?"

Dafa tak menyahuti pertanyaan Afni, cowok itu justru merebahkan diri di ranjang. Menyamankan diri seolah berada di rumah sendiri. Cowok itu memejamkan mata, menghirup wangi ruangan yang berbeda dengan di kamarnya. "Lo ngapain masih di situ? Cepet obatin luka gue!"

Cowok itu tetap memejamkan mata, berteriak keras tak takut jika Azril datang menghajarnya. Luka yang ia terima karena Afni. Jadi, yang mengobati harus Afni. Rasanya sudah lama sekali ia tak merebahkan diri di ranjang ini. Terakhir kali mungkin sewaktu SD.

Sementara itu, Afni menurut mengambilkan baskom air hangat dan alat P3K seperti yang abangnya beri tahu tadi. Gadis itu sungguh berhati-hati menyiapkan segalanya, takut menimbulkan bunyi yang mampu membuat Azril terusik dan mengetahui keberadaan Dafa.

Gadis itu kembali ke atas, saat melewati pintu kamar abangnya ia menempelkan telinga ke pintu, mencoba memeriksa keberadaan abangnya, tapi tak terdengar apapun. Mungkin abangnya benar-benar tertidur.

Akhirnya gadis itu bernapas lega, ia mulai memasuki kamar. Dafa masih telentang di atas ranjangnya. "Tutup pintunya."

Afni berhenti melangkah, gadis itu menengok sebentar ke arah pintu lalu kembali menghadap depan, memerhatikan Dafa yang masih belum berubah dari posisinya. "Eng, enggak usah, Kak. Nanti---"

"Gue bilang tutup pintunya!" perintah Dafa. Kali ini cowok itu mendudukkan diri, memberikan tatapan tak mau dibantah pada Afni, lalu bersandar pada kepala ranjang sambil bersila, menyuruh Afni untuk menuju ke arahnya melalui tatapan mata.

Afni menangguk, menurut menutup pintunya dengan pelan. Kemudian membalikkan badan, ragu-ragu menghampiri Dafa yang terus menatapnya dengan tajam sampai-sampai dirinya merasa diperhatikan robot.

Saat sudah di samping Dafa, mulanya Afni ingin menarik kursi dan mengobati dari kursi, tapi buru-buru Dafa merebut baskom dan kotak P3K-nya. "Sini."

Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang