Part 34. Serba Berbeda

56.3K 4.5K 131
                                    

#Terpaksa_Menikah_Dengan_Tetangga
#Part34

[Serba Berbeda]

"Ayo." Tepukan pelan di bahunya membuat Afni mengalihkan pandangan, mendongak menatap abangnya yang sedang tersenyum. Cowok itu beralih mengelus kepala Afni dengan lembut, lalu menyuruh Afni untuk masuk mobil.

Afni mengangguk ragu meski rasanya berat sekali untuk pergi, tapi ia harus tetap melangkah, mempertanggungjawabkan keputusannya beberapa saat lalu. Sebelum membuka mobil, ia menoleh ke belakang untuk terakhir kalinya, menggenggam erat pintu mobil, menguatkan diri sendiri, tempat ini menyimpan banyak cerita meski ia di sini hanya sesaat.

Dafa masih di tempat yang sama dan ekspresi yang sama. Tak mau larut dengan keraguan, akhirnya Afni benar-benar masuk mobil, menaikkan kaca mobil membuat Dafa tak bisa melihatnya lagi, semoga bukan untuk yang terakhir kalinya.

Gadis itu hanya diam ketika di mobil, menyenderkan kepala di kaca mobil, menatap kosong ke depan. Melihat jalanan yang mulai asing, gadis itu berharap ke mana pun abangnya membawa pergi, semoga tak ada lagi yang menaungi.

"Lo udah makan?" Azril menoleh sekilas ke arah Afni. Menghela napas ketika adiknya hanya menggeleng tanpa mengalihkan pandangan. Di kiranya, jika ia membawa Afni pergi, adiknya itu akan lebih ceria. Namun, reaksi gadis itu justru berkebalikan, seperti kehilangan arah.

Azril menghentikan mobilnya ketika di lampu merah, menoleh ke arah Afni, mengusap kepala gadis itu. "Hp kamu mana? Bilang sama Riski, kalau kita mampir di rumah makan dulu."

Afni menoleh ke arah abangnya, lalu kembali menghadap depan, menjawab pertanyaan Azril dengan lirih, suaranya pun serak. "Hp Afni rusak."

Mendengar jawaban Afni membuat gerakan tangan Azril terhenti, cowok itu mengernyit menghela napas berat. Pantas saja, akhir-akhir ini Afni tak bisa dihubungi, ia kira karena adiknya tak punya paket data. Azril melajukan kembali mobilnya, mengikuti mobil Riski di depannya.

"Kenapa bisa rusak? Jatuh apa gimana, seingat abang, hp-mu masih bagus," tanya Azril sambil merogoh kantung celananya, mengambil ponselnya. Sesaat cowok itu melihat layar ponsel mendial nomor Riski sambil terus menatap depan, fokus dengan perjalanan.

Saat sambungan sudah terjawab, Azril langsung berkata pada Riski bahwa mereka harus berhenti untuk sarapan. Setelah Riski mengiyakan, Azril langsung mematikan panggilan. Menoleh ke Afni yang hanya diam, tak menjawab pertanyaannya, terlihat tak nyaman dengan pertanyaannya.

Azril memutuskan untuk diam juga, ia memberi kesempatan Afni untuk tenang. Sikap adiknya yang hanya diam sebenarnya membuatnya tak tenang juga, ia takut keputusannya untuk membawa Afni itu salah.

Mobil Riski membelok ke arah restoran, Azril mengikuti mobil Riski, mencari tempat parkir. Cowok itu menoleh. "Ayo turun, kita makan dulu."

Afni mengedarkan pandangan lalu mengangguk pelan, turun dari mobil diikuti oleh Azril. Pandangannya memicing karena silau. Gadis itu meletakkan telapak tangannya di kening agar pandangannya tak silau.

Riski menghampiri Afni, senyumnya merekah. Hari ini cowok itu benar-benar bahagia, ia berhasil membawa Afni pergi, impiannya untuk membahagiakan Afni akan terlaksana. Ia sangat bahagia sampai rasanya ingin mentraktir siapa saja yang berlalu di hadapannya.

"Tangan lo kecil kaya gitu mana bisa nutupin sinar matahari, nih tangan gue yang gede." Riski menyingkirkan tangan Afni, menggantikannya dengan tangannya sambil menatap tepat di mata Afni. Cowok itu tak berhenti tersenyum meski Afni hanya bereaksi biasa-biasa saja. Tak mengapa, sebab sudah ada Afni di sisinya saja ia sudah bahagia.

Azril menepis tangan Riski dari kening Afni, cowok itu mengumpat dalam hati, merasa jika ia menjadi obat nyamuk antara adiknya dan Riski. Cowok itu mencibir Riski, setelah itu merangkul pundak Afni, membawa adiknya ke dalam restauran, diikuti oleh Riski.

Terpaksa Menikah Dengan Tetangga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang