Alaya terlihat jauh lebih dewasa semenjak beberapa tahun lalu, tinggi badannya hanya bertambah beberapa senti, membuatnya masih terlihat mungil jika disandingkan dengan Alden yang jangkung.
Kakinya melangkah keluar rumah, menunggu dengan perasaan bahagia pada kedatangan ketiga orang tersayangnya.
Putrinya, Alya baru saja masuk kelas satu sekolah dasar di tahun ajaran sekarang. Sedangkan Haidar berada dikelas empat. Perbedaan umur yang hanya terpaut tiga tahun menjadikan keduanya kian terlihat seperti sepasang Kakak-beradik.
Tinn.....
Senyum Alaya kian merekah ketika bunyi klakson dari mobil Alden terdengar nyaring, diikuti kedua anak kecil berseragam merah putih keluar dari sana dengan langkah lebar menuju ke arahnya juga laki-laki berpakaian santai yang kian tampan seiring bertambahnya umur.
"Assalamualaikum Yaya!"
"Assalamualaikum Mommy!"
"Walaikumsalam," jawab Alaya lembut, mengelus dahi keduanya yang terlihat berkeringat.
"Ko tumben pulangnya telat, ke mana dulu nih?""Tadi Papa jemput nya lama Mah, mangkanya Lyly sama Abang main bola dulu. Jadinya keringetan deh," jelas Alya bawel.
Alaya mengangguk mengerti, menggandeng pergelangan kecil keduanya lalu melenggang masuk ke dalam, membuat Alden yang baru saja sampai di teras rumah langsung mencibir kelakuan sang Istri.
"Sekarang Haidar sama Lyly, masuk ke kamar masing-masing. Ga usah mandi, kalian masih keringetan nanti beruntusan. Jadi ganti baju aja, terus ke sini lagi, kita makan siang."
Keduanya mengangguk, lalu berjalan pergi untuk mengikuti perintah perempuan cantik itu.
Alden yang melihat anak dan ponakannya sudah masuk ke kamar masing-masing langsung melingkarkan tangannya ke perut rata kesayangannya, menghirup aroma lembut dari leher Alaya. "Ayang lupa, belum cium tangan suaminya. Padahal suaminya baru pulang kerja lho."
"Oh iya, aku lupa... Maaf ya Kak," sesal Alaya mengambil telapak tangan kanan Alden yang berada di depan perutnya, mengecup punggung tangan itu.
"Ah Mama, paling bisa deh buat aku ga marah lagi," gerutu Alden, namun bibirnya malah tertarik membentuk senyum manis.
Dengan sengaja Alaya malah memiringkan wajahnya, mengecup rahang tegas Alden cepat. "Sebagai tanda permintaan maaf aku."
"Huaa... Baper Mah!" pekik Alden, memegang tepat di bekas ciuman Istrinya.
"Tapi sayang cuma di sini, andai di bibir. Aku pasti langsung terbang.""Ngawur, nanti diliat anak-anak gimana?" goda Alaya semakin jahil. Membalikkan badan, lalu mengalungkan lengan kecilnya ke leher Alden, dengan kaki berjinjit.
Mata Alden melirik pintu kamar kedua anak kecil itu yang masih tertutup rapat, seringainya terbit dengan mesum, "Kayaknya Haidar sama Lyly masih lama, gimana kalo kamu ngasih aku tambahan vitamin C dulu aja."
"Vitamin C?"
"Iya, vitamin C... Ciuman."
Bola mata Alaya melotot. "Ngomongnya jangan keras-keras kalo sampe didenger sama anak-anak, aku ngambek sama kamu, Kak."
"Jangan dong Ayang... Kalo kamu ngambek aku ga boleh ndusel-ndusel, entar aku kedinginan."
"Mesum..." kesal Alaya melepas rangkulan di leher Alden, langsung berjalan menuju ke ruang makan. Bisa gila ia kalau terus meladeni sikap minus Alden.
Alden mengerucut sebal, Istrinya sendiri yang pertama menggodanya tapi dengan seenak odading mang oleh yang rasanya anjing perempuan itu pula yang mengakhirinya dengan ia yang masih kepalang tanggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...