Love You More © Kelompok 1
Chapter 34
Written by pena_samudra
Siang berganti malam. Seperti biasa, Rena menunggu Adhi yang padahal belum pasti akan pulang atau tidak. Namun, tidak kepastian itu tak membuat semangat Rena surut.
Entah kenapa, firasatnya mengatakan jika malam ini papanya akan pulang ke rumah.
Dan benar saja, sebuah klakson mobil terdengar dari luar rumah. Tanpa berpikir panjang, Rena langsung bergegas keluar rumah untuk membukakan gerbang rumahnya. Dengan wajah sumringahnya, Rena menyambut kehadiran papanya.
Setelah mobil papanya masuk ke pekarangan rumah, Rena segera menutup pintu gerbangnya dan pergi menghampiri pria paruh baya itu.
"Pa—"
Plak!
Tubuh Rena tersentak seketika setelah mendapatkan tamparan keras itu. Dengan mata berkaca-kaca, Rena menatap Adhi penuh tanya.
"Papa nampar Rena? Kenapa?" Rena sungguh tidak mengerti, apa yang menjadi penyebab pria itu sampai menampar dirinya, sesaat setelah turun dari mobil.
"Kamu benar-benar memalukan! Saya tidak pernah mengajarkan kamu untuk mencuri seperti itu!"
"Mencuri?" Agaknya otak Rena belum sampai pada arah pembahasan Adhi.
"Nggak usah pura-pura! Buat apa kamu mencuri lembar soal ujian? Apakah otakmu terlampau bodoh, sampai kamu menggunakan cara yang menjijikkan seperti itu?" sarkas Adhi.
"Papa percaya sama mereka?" Air mata Rena tumpah karena perkataan papanya yang sukses menyayat hatinya.
"Semua bukti mengarah ke kamu. Saya juga tidak pernah melihat nilai kamu bagus. Jadi?"
"Pa, Rena nggak nyuri. Rena difitnah sama mereka. Rena tau kok, kalau Rena itu emang bodoh. Nilainya juga nggak pernah bagus. Tapi Rena nggak pernah sedikit pun kepikiran untuk berbuat curang kayak gitu, Pa. Lebih baik Rena dapet nilai jelek daripada gunain cara rendahan itu."
"Tapi buktinya kamu tetap melakukannya, kan?"
Rena memejamkan matanya, tidak tahan atas tuduhan yang dilemparkan Adhi. "Rena nggak ngelakuin itu, Pa! Kalaupun Rena mau nilai yang bagus, Rena bisa dapetin itu dengan cara belajar. Papa inget, kan? Sebelum kejadian itu ... nilai sekolah Rena selalu bagus. Jadi harusnya Papa juga tau, kenapa sekarang Rena kayak gini."
Adhi diam tak menjawab.
"Pa, sampai kapan Papa bersikap kayak gini ke Rena? Sampai kapan, Pa? Rena kangen dipeluk sama Papa. Kangen main bareng sama Papa. Semuanya, Pa! Kapan Papa bisa ngertiin Rena? Rena itu masih anak Papa, kalo Papa lupa," teriak Rena dengan suara tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
01:Love You More✔
Teen Fiction#LavenderWritersSeason4 #TemaMemperjuangkan #Kelompok1 ••• Bukankah bahagia jika kita bisa bersama dengan orang yang kita sayangi? Hal yang paling membahagiakan adalah saat kita berhasil membuatnya tertawa. Apalagi kalau kita bisa jadi bagian pentin...