Love You More © Kelompok 1
Chapter 45
Written by ismimd_
"Kamu harus lebih berhati-hati dalam memilah makanan. Hal itu harus kamu hindari agar tidak beresiko atas penyakit kamu saat ini. Makan makanan sehat seperti sayur dan hindari memakan makanan pedas."
"Iya, Dok. Paham." Rena mengangguk pelan setelah beberapa jam yang lalu menjalankan kemoterapi, lalu ditambah dia beristirahat setengah jam sebelum berbicara dengan Dokter yang merawatnya. Tentu, Megan selalu ada di sisinya.
"Obatnya jangan lupa diminum dengan teratur. Kamu harus sembuh." Dokter Lukman memberikan senyuman hangat pada pasiennya sebelum pamit ke luar dari ruangan dengan perawat yang kembali memaparkan jadwalnya.
"Hari ini lo lancar. Nanti, lo pasti akan baik-baik aja kalau melakukan kemoterapi sama makan teratur. Lo pasti sembuh, Rena." Megan mengulas senyum lembut menatap Rena yang duduk di sisi brangkar dan memandang kakinya yang tak menyentuh lantai.
"Megan," panggil Rena tanpa melirik cowok yang langsung berdehem dan semakin memusatkan atensinya pada Rena. "Gue bisa ketemu Liana sekarang, kan?" Rena memandang Megan untuk kali ini. Meminta persetujuan dan keyakinan. Ah, saat ini Rena sedang tak percaya diri untuk menemui Liana.
Megan paham dan bertanya, "lo masih mau minta maaf sama dia, Ren?"
Rena mengangguk kecil.
"Gue nggak sengaja, bukan disengaja, Megan. Lo tau, gue nggak akan melakukan itu sama pacar sahabat gue sendiri, kan?" Rena kembali memandang kakinya yang mengayun dengan sendu. Mengingat sahabat dekatnya membuat dada Rena terasa sesak dan nyilu. Cowok yang bersahabat dengannya belasan tahun selalu memutari kepalanya, ucapan dan perbuatan sahabatnya selalu membuat tangan Rena gemetaran dan berakhir dia remas dengan kuat. Menekan dirinya sendiri. Ia harus terlihat baik-baik saja, bukan?
"Ya, gue tau lo. Lo nggak mungkin melakukan itu." Megan hanya memberikan perhatian lebih untuk Rena. Gadis berambut pendek ini hanya perlu dorongan dari orang-orang terdekatnya. Megan sangat paham.
"Kalau lo mau nemuin dia, cukup minta maaf aja. Habis itu pamit pulang. Nanti gue tunggu di depan rumah sakit, ya?"
"Oke, gue ke Liana dulu, ya." Rena berdiri dari duduknya dan ke luar dari ruangan.
Mereka berdua berpisah dan Rena berdiri di hadapan pintu memegang knopnya. Dia menghembuskan napasnya pelan sebelum mengetuk dan membukannya perlahan begitu diizinkan masuk.
Liana ada di sana, tanpa Alvin yang menemani. Rena lega, tetapi mendapatkan tatapan yang sulit diartikan dari Liana membuat Rena berprasangka buruk. Namun, gadis belia itu segera mengenyahkan dan mencoba berbicara dengan baik-baik pada Liana.
KAMU SEDANG MEMBACA
01:Love You More✔
Teen Fiction#LavenderWritersSeason4 #TemaMemperjuangkan #Kelompok1 ••• Bukankah bahagia jika kita bisa bersama dengan orang yang kita sayangi? Hal yang paling membahagiakan adalah saat kita berhasil membuatnya tertawa. Apalagi kalau kita bisa jadi bagian pentin...