22

44K 1.4K 37
                                    

"Aku akan pergi" ucap luna pada maminya penuh arti.

"Minggu besok, aku akan langsung memberikanya padamu" jawab pesan teks luna pada ayah kandungnya.i

Luna terduduk di kamarnya. Sibuk dengan berbagai pikiran yang melayang di pikirannya.

Hari H pun datang.

Hari yang luna tak ingin lewati. Hari yang harusnya menjadi sesuatu yangbia harap2 kan sebelumnya. Bersanding dengan bram, tapi sekarang bram dengan wanita lain.

Alexa tampak cantik dengan gaun putih panjangnya, gaun itu adalah gaun yang luna damba2kan selama ini. Tapi apa daya, mungkin dia bukan jodoh bram.

Bram juga tampak tampan, berkali2 lebih tampan dari biasanya.

Mereka berdua berjalan di altar, dengan sekuat tenaga luna menahan tangisnya. Sebisa mungkin luna tersenyum walaupun sangat sulit untuk dilakukan.

Dari jauh anita melihat tatapan luna pada bram.

"Maafkan aku, kali ini saja. Maafkan aku" batin anita sambil terus menatap luna dengan sedihnya.

Acarapun selesai.

Bram mendekati luna

"Kau akan berangkat ke london nanti?"

"Iya" jawab luna lemas.

"Apa kau sakit?" Tanya bram sambil melihat luna yang terlihat lesu dan muka sembab.

"Paman, kali ini. Hanya sekali ini, bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kali?" Tanya luna pelan2.

Tanpa menunggu aba2, bram memeluk tubuh luna dengan erat.

"Hangat" satu kata yang terlintas di pelukan bram.

Luna sangat suka aroma dan hangatnya pelukan bram. Sangat nyaman,.


Luna melepaskan pelukan bram.

"Aku akan pergi sekarang" ucap luna dan pergi meninggalkan bram. Luna pergi sambil memegangi dadanya yang terasa perih.

Luna berada di sebuah gudang kosong, tempatnya bertemu dengan ayahnya. Disana banyak botol2 minuman keras berserakan.

"Menyedihkan" batin luna. Sambil tersenyum kaku

"Dimana uangnya?" Tanya ayah luna langsung.

"Aku tidak membawanya" jawab luna santai.

"Apa kau kira aku bercanda? Baiklah, mana dulu yang aku harus singkirkan. Papimu? Atau mami mu? Aku mulai dari mamimu dulu saja" ancam ayahnya dengan nada menyeramkan .

Luna sama sekali tak takut dengan itu.

"Baiklah, kita lihat siapa yang lebih dulu mati" jawab luna.

Plakkk...

Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus luna, sangat kuat hingga sudut bibirnya berdarah.

Luna menampar dirinya sendiri.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya ayahnya tak mengerti dengan ulah anaknya.

Berkali2, luna melemparkan badanya ke tembok hingga ia babak belur.

"Hentikan? Apa kau gila?" Tanya ayahnya menghentikan aksi gila luna.

Kenapa juga luna memukuli dirinya sendiri.

Luna mengambil sebuah botol pecah dan mengarahkannya ke lehernya.

"Jika aku mati sekarang, tak akan ada yang bisa memberimu uang. Dan kau akan mati kelaparan" 

Luna sudah bersiap tapi aksinya di cegah oleh ayahnya.

Dorr...!!!

Sebuah tembakan membuat ayah luna panik.

"Apa kau menelpon polisi?"

Luna tertawa dengan senang,

"Ku pastikan kau akan busuk di penjara" ucap luna sambil tertawa lebar.

Ayahnya bersiap kabur. Tapi tangan luna menahan ayahnya agar tidak kabur.

Dengan sigap, luna mengarahkan tangan ayahnya yang memegang botol minuman mengarah ke leher putihnya.

Jleb...

Sebuah

Botol pecah itu tidak menusuk leher luna, tapi menancap di dada kanan luna.

Luna tersenyum melihat ayahnya yang ketakutan.

Dor... sebuah tembakan mengenai kaki ayahnya.

Luna terjatuh dan terkapar di lantai.

Luna melihat ayahnya yang di borgol, ia tersenyum lepas.

"Walaupun harus mati sekarang tak apa, asal kau juga ikut bersamaku" batin luna dalam hati sambil meneteskan air mata.




I LOVE YOU UNCLE- [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang