53

22.1K 725 76
                                    


•••••

Luna duduk di depan supermarket depan rumahnya. Ia mengingat saat bima takut padanya bahkan menyuruhnya pergi.

Sedih dan kesal itulah yang luna rasakan sekarang.

Luna sedih karena bima menjauhinya dan kesal karena ia tak tau apa salahnya hingga bima membencinya.

Sebuah mobil hitam berhenti tepat didepan luna.

Luna melirik siapa didalam mobil itu.

"PAPII!!"teriak luna kaget. Tidak biasanya papinya mengunjunginya tiba2.

Mereka duduk berdua dengan didampingi 2 gelas kaleng soda dan beberapa snack kesukaan luna.

"Kenapa papi tiba2 datang? mami bagaimana?" Tanya luna pelan2.

"Kenapa? Kau kan putriku. Apa aku tak boleh melihatmu?" Tanya papinya sambil cemberut.

Luna tersenyum dengan sikap imut papinya.

Luna menggeserkan bangkunya mendekati bangku papinya dan dengan tiba2 luna merangkul dan bersandar di lengan kanan papinya.

"Luna suka bau papi, sangat nyaman" jawab luna membuat papinya tersenyum malu.

"Aku memang tempat ternyaman untuk bersandar" batin adi dengan percaya diri.

"Kenapa kau tak pulang kerumah, sekali2 tengoklah mamimu dirumah. Semarah apapun mamimu, dia tetap merindukanmu"

Luna mengeratkan pelukannya.

"Luna takut dengan mami, luna nggak mau mami marah dan meinggalkan luna pi. Tapi luna juga sulit untuk melepaskan paman. Sekeras apapun luna mencoba melepas paman, luna makin menyukainya. Apa yang harus luna lakukan pi?" Tanya luna

"Kalau begitu kejarlah apa yang kamu suka, jangan hanya karena kami kau kehilangan cintamu. Kau juga berhak untuk bahagia" saran papinya dengan bijak.

Luna menatap papinya sambil berkaca2.

"Kau menangis? Ya ampun. Putriku masih seperti anak kecil" ucap adi pada putrinya yang dihadiahi cubitan oleh luna.

"Awww... iya2. Papi mengalah" jawab papinya kesakitan.


Luna sampai di rumahnya dengan 2 kantong berisi makanan ke sukaan luna.

Luna melihat ponselnya banyak sekali pesan dari bram.

"Kau sudah sampai?"
"Apa kau masih dijalan?"
"Apa terjadi sesuatu dijalan?"
"Batraimu habis? Perlu ku belikan ponsel keluaran terbaru?"
"Kau dimana? Aku akan kesana?"
"Maafkan aku!"

Itulah beberapa pesan yang dikirim oleh bram.

"Kalau begini, bagaimana aku bisa untuk tidak menyukai paman" batin luna sambil membaca pesan dari bram


***

Bram mendekati bima yang terduduk sendiri di kamarnya.

"Bima? Kenapa bima memyuruh kak luna pergi? Apa bima marah dengan kak luna?" Tanya bram

Bima menatap papanya tapi tak ada kata yang meluar dari mulutnya.

"Ya sudah, kalau bima tidak mau cerita. Tapi jika marah tidak boleh sampai lebih dari 3 hari. Oke!!"

" Mama pergi karena wanita itu. Dia yang sudah membuat mama jadi sakit. Kakak itu orang jahat" jawab bima sambil menangis dengan keras.

Bram segera memeluk bima. Ia paling tak bisa melihat orang menangis. Apalagi itu putranya.

"Iya2.. maafkan papa. Papa tidak akan membicarakan ini lagi. Jadi jangan menangis" ucap bram tapi bukannya berhenti justru tangisannya makin keras.

"Ada apa ini?" Tanya shasha yang tiba2 masuk dan menggendong bima seperti putranya sendiri.

Dan anehnya bima mulai bisa berhenti menangis saat ada shasha di sampingnya.

Bram merasa ada yang aneh dengan ini.

Perlahan bram mendekati shasha.

"Setelah ini, keluarlah. Aku ingin bicara?" Perintah bran dengan tegas.

10 menit kemudian

Shasha keluar kamar bima dan melihat bram yang duduk di sofa dengan sangat tampannya.

"Wah.. tampannya priaku" batin shasha dan mulai mendekati bram

"Kenapa kau memanggilku?"tanya shasha

"Bukankah beberapa hari yang lalu kau mengancamku untuk menikah denganmu? Dan tiba2 kau dekat dengan keluarga ini. Bahkan bima juga sangat menyukaimu. Bukankah ini tak bisa dianggap sebagai kebetulan biasa?" Sindir bram dengan tegas.

"Benar juga? Apa jangan2 kita jodoh?" Jawab shasha dengan tenang.

"Apa maksutmu?"

"Aku sudah tinggal di tempat ini selama 3 tahun, dan keluarga ini baru datang beberapa bulan yang lalu. Lalu  kira2 siapa yang mengikuti siapa. Dan juga untuk putramu, aku juga tak tau kenapa dia bisa menyukaiku? Tanyakan saja langsung padanya" jawab shasha lagi masih dengan sikap tenangnya.

Bram tampak berpikir karena ada benarnya juga ucapan wanita di depannya ini.

"Apa ini hanya perasaanku saja?" Batin bram

Drtt..

Ponsel bram berdering dari kantor. Ia pun mengangkatnya dengan sedikit menjauh dari shasha sekarang.

Shasha menatap punggung bram yang tampak sangat sexy di matanya.

"Aku harus segera mendapatkannya" gumam shasha pelan.













I LOVE YOU UNCLE- [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang