30

43.6K 1.4K 45
                                    


●●●

Setelah seminggu lamanya di rumah sakit, luna akhirnya di perbolehkan pulang.

"Untuk sementara kau tidurlah dikamar milik bram. Saat kau sudah lebih baik. Kau boleh tidur dikamarmu sendiri" perintah maminya karena kamar luna berada di lantai 2.

"Baiklah" jawab luna karena bram juga sudah punya rumah sendiri tentunya dengan keluarganya sendiri.

Luna melihat sekelilingnya. Semuanya masih sama seperti setahun yang lalu. Dan kenangan2nya juga masih teringat dengan jelas. Walau sudah setahun yang lalu tapi bagi luna erasa baru kemarin.

Sangat sulit untuk luna bersikap tak terjadi apa2.

"Apa kau lapar? Mau mami buatkan sesuatu" tanya anita pada putrinya.

"Tidak, tapi ada yang mau luna omongin sama mami"

Anita duduk di samping luna

Entah kenapa anita sekarang merasa was2 jika luna mengajaknya bicara.

"Aku akan kuliah di universitas xx"

"Baiklah, jika itu maumu" jawab anita sambil tersenyum.

"Tapi, aku akan mulai hidup sendiri" tambahnya lagi.

Senyum di wajah anita memudar.

"Apa maksutmu? Kenapa kau ingin hidup sendiri? Apa kau sangat tak suka tinggal dengan mami?" Tanya anita.

"Bukan begitu, luna sudah besar. Dan aku harus belajar hidup mandiri"

"Tidak!! mami tidak mengizinkannya"
Anita tak mau jika putrinya jauh darinya.

Anita berdiri dan akan berjalan pergi tapi langkahnya terhenti dengan ucapan luna.

"Apa mami lupa, aku bukan putri kandung mami" celetuk luna tiba2.

Anita berbalik menatap luna.

"Memang kenapa kalau bukan putri kandungku, aku sudah menganggapmu seperti putri kandungku sendiri. Apa kau yang tak mau punya mami seperti ku?" Tanya anita dengan tajamnya.

Luna menunduk menahan tangisnya.

"Bukan begitu, mami sangat baik padaku, justru itu yang membebaniku. Aku menganggap mami seperti ibu kandungku sendiri tapi aku tak bisa mengabaikan kenyataan kalau aku bukan putri kandung mami" ungkap luna dengan hati2. Ia tak mau menyakiti maminya.

"Apa kau seperti ini karena ucapan mami dulu? Apa mami sangat membuatmu sakit hati karena ucapan mami dahulu?" Tanya anita teringat dulu saat ia meminta luna menjauhi bram.

Memang benar luna masih merasa sakit hati, tapi jika melihat usaha maminya saat membesarkanya dan saat ia terbaring di rumah sakit. Ia tak bisa membenci maminya.

Krek..

Sebuah pintu terbuka.

Papi luna dan bram datang sambil membawa beberapa makanan di tangan kanan kiri mereka berdua.

Tapi saat melihat luna dan anita yang terdiam membuat suasana sangat canggung.

"Ada apa ini?" Tanya papi luna

Anita tak mau menjawab dan pergi meninggalkan mereka masuk kekamarnya.

Adi meletakkan makanannya di meja dan mengikuti istrinya kekamar. Sedangkan bram yang bingung hanya melihat kakak iparnya masuk kekamarnya.

Bram meletakkan makanannya di meja dapur. Sambil mengeluarkan isinya.

"Kenapa dengan mamimu?" Tany bram

"Aku bilang kalau aku akan mulai hidup sendiri" jawab luna dengan tenang.

Bram terhenti dengan kegiatannya sambil melirik luna dengan tajam.

"Apa maksutmu? Kenapa tiba2?" Tanya bram lagi.

"Aku sudah berusia 20 tahun. Aku harus mulai belajar hidup sendiri, aku harus memikirkan masa depanku juga" jawab luna

"Tidak, aku tidak mengizinkanmu tinggal sendiri. Jaman sekarang banyak orang2 jahat di luar sana. Aku tak mengizinkannya"

Luna menatap bram dengan tajam.

"Aku tak peduli paman akan mengizinkan atau tidak. Yang jelas aku akan tetap keluar dari rumah ini dan mulai hidup sendiri. Dan lagi pamankan sudah menikah dan punya keluarga sendiri, kenapa masih mencampuri urusanku" tanya luna yang membuat bram tak bisa bicara lagi.

Kenapa luna jadi pintar bicara seperti itu. Apa karena bangun dari koma, sikap dan prilaku terpendamnya bangun juga.

****

Dikamar adi mendengarkan keluh istrinya, anita.

"Luna sudah mulai dewasa, dia sekarang di masa harus berpikir tentang masa depannya. Kita tidak boleh terlalu mengatur dan mengengkangnya"

"Aku tidak mengaturnya, aku hanya tidak mengizinkanya" jawab anita tak mau kalah.

Adi menghembuskan nafasnya kasar.

"Biarkan dia memilih jalan hidupnya sendiri, kita sebagai orang tua harus mendukung setiap keputusannya. Kau kan dulu juga sama sepertinya" ucap adi, karena anita dulu juga kabur dari rumah saat orang tuanya tak mengizinkannya hidup sendiri.

Anita memikirkan perkataan suaminya yang ada benarnya juga.

Ia tak bisa terus2an mengengkang putrinya. Bagaimana pun seorang anak bebas memilih jalan hidup mereka sendiri. Dan sebagai orang tua tugasnya hanya mendukung setiap keputusan yang diambil putrinya.







I LOVE YOU UNCLE- [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang