Bab 12

14.5K 125 0
                                    

" Baru di tinggal semalam saja perasaan ku sudah rindu, oh Tuhan " Ucap Monolog Lisa mendapati diri sedang merindukan Dikta.

Yang semalam dari jam 10 pagi tak terlihat batang hidung nya. Iya sangat cemas seakan khawatir akan terjadi apa apa. Dikta tak bisa di hubungi karena tak mempunyai handphone.

Inisiatif seakan muncul dari pikiran Lisa pagi ini, membeli kan sebuah handphone yang akan ia berikan untuk Dikta. Suadara nya.

Ia pun berdiri di atas ranjang nya dan bergegas untuk merapihkan anggota badan nya, yang akan ia gunakan untuk membeli handphone di mall. Lagi lagi ia akan ke mall.

Setelah selesai, ia pun keluar dari rumah nya menunggu taksi di pinggir jalan dan tak lama berselang taksi pun datang.

Sambil menggigit lidah dan bermain handphone, Lisa menumpangi taksi untuk mengantar kan ke mall.

15 menit berselang, Lisa sudah sampai di depan mall dan mencoba mencari cari Handphone di counter di dalam Mall tersebut.

Lalu 15 menit berselang Lisa menemukan Handphone yang menurut nya cocok di gunakan oleh Dikta.

Iya tak membeli apapun lagi hanya Handphone saja dan ia langsung pulang untuk cepat cepat memberikan Handphone ini sebagai hadiah.

Perasaan nya dag dig dug ser apa kah Dikta akan menerima atau justru malah menolak nya.

****

Lisa pergi, Dikta pun datang. Dengan wajah yang sangat tak karuan berjalan ke arah kamar nya.

Melihat Nesya yang masih sama kebiasaan nya membaca majalah di soffa samping tangga pun.

Dikta menyapa dengan senyuman, Nesya pun berbalas dengan senyuman lagi.

Nesya sedikit agak menaruh curiga, kepada Dikta yang sampai menginap. Alasan nya kan hujan lebat namun, kenapa masih curiga.

Ya karena Dikta datang dengan busana yang acak acak kan ngantuk ia dapatkan. Mungkin itu, curiga namun tak keterluan curiga yang Nesya pikir kan.

Ia pun melanjut kan membaca majalah terbaru nya. Tak lama berselang Lisa datang membewa sebuah bingkisan di tangan.

" Abis dari mana kamu sayang "

" Hmm, ini mi habis ke mall. Beli handphone "

" Untuk siapa? Handphone kamu kan bisa baru "

Nesya sedikit kaget ketika mendengar pengakuan Lisa yang baru saja membeli Handphone.

" Buat Dikta, dia gak handphone "

" Oo Dikta, oke gpp "

Lisa pun tersenyum ketika Nesya tak marah atau apa.

****

Seperti bisa, Nesya ada urusan bilang nya kepada Lisa. Ia mengirim pesan kepada Nadeo, untuk bertemu dengan nya pagi ini di tempat yang sama seperti diri nya bertemu. Sebelum nya.

" Mami mau pergi ya, sayang "

" Iya mi hati hati ya "

" Iya sayang makasih, Dikta di kamar udah dia "

Lisa merespons dengan memberi dua jempol nya dan senyuman nya.

Nesya pun pergi dengan mencium pipi lisa terlebih dahulu, Lisa tak menaruh curiga sedikit pun akan ibu nya berbuat macam macam dengan Om nya sendiri.

Lisa tampa tegang ketika dirinya akan memberikan sebuah hadiah, karena ia memiliki truama memberikan hadiah kepads cwok. Bukan nya mendapatkan apreasi malah mendapat kan hinaan.

Lisa melangkah kearah tangga secara perlahan, " Kasih nggak kasih nggak " Itu yang di pikiran nya. Bingung, namun ia harus memberikan nya agar dirinya tak kehilangan kabar Dikta.

Mengentuk pintu sampai sepuluh kali Dikta tak merespons, Lisa tak tahan dan akhirnya menarik gagang pintu yang tidak di kunci.

Mendapati Dikta yang sedsng tertidur di atas ranjang, Lisa pun langsung duduk di samping kepala Dikta. Menjahili nya, Dikta merasa dan Berperlahan membuka Mata nya.

" Ada apa kak " Ucap nya setengah sadar.

" Hmm, aku mau ngasih hadiah, ini buat kamu "

" Ini apa kak "

Dikta pun langsung membuka sebuah kotak yang sudah terbungkus seperti layak nya kado.

" Handphone, buat aku " Dikta bertanya tanya.

" Iya buat kamu, sebentar lagi kan aku dan kamu sekolah udah mulai sekolah. Jadi aku biar enak menghubungi kamu. Inget kata papi kita saling jaga "

" Tapi aku gak bisa, mainin nya "

" Aku ajarin "

Dikta yang tak mengerti akan mekanisme handphone pun sedikit agak kebingungan, Dikta sangat gamtek ia kehidupan nya di Malang. Sangat susah, mau beli handphone. Boro boro mau makan aja cari uang dulu.

Dengan kesabaran nya Lisa mengajari Dikta tentang Handphone yang ia berikan. Dikta memperhatikan nya dengan serius, sampai waktu berputar cukup cepat. Lalu mereka tertidur bersama an. Handphone di biarkan terletak.

Tangan Lisa memeluk dada Dikta begitu sebalik nya, dua bibir mereka saling berdekatan namun tak menyentuh.

Hingga sore tiba, Dikta yang terlentang dan Lisa yang masih menghadap tubuh Dikta dengan tangan yang masih berada atas perut Dikta. Lisa terbangun ia masih terbawa suasana ngantuk.

Ia bahagia, bisa sedekat ini dengan seorang pria. Tidur bareng atau apa sampai nyenyak seperti ini. Nyaman rasa nya, namun Dikta hanya saudara yang tidak bisa menyatuh pada dirinya.

Lisa pun duduk dan merapihkan Handphone yang sekarang menjadi Handphone Dikta, mengucek Ngucek mata nya mengikat rambut nya lalu ia pergi untuk pindah ke kamar nya.

Next

DIKTA ( Sang Pengisi Sepi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang