Bab 38

7.6K 82 1
                                    

Masih dengan kejadian yang sama, berada di satu meja sebuah meja makan. Nesya yang sekarang sedang bersedih. Mendapatkan kabar adik nya pergi meninggalkan nya, membuka handphone nya membaca isi pesan yang di kirim oleh adik nya Mesya. Nadeo akan membawa adik nya pergi bagaimana pun  Nadeo dan dirinya sudah menjalin sebuah hubungan. Meskipun gelap percikan rasa masih mendera.

Ucapan selamat tinggal serta pamit yang tertera, Tirta turun dari tangga. Melihat istri nya sedang menangis disana. Menatap sebuah layar Handphone.

" Kamu kenapa sayang, tadi malam Dikta yang seperti ini? " Tanya Tirta cemas.

" Mesya mas, dia akan meninggalkan kita. Dia bilang dia mau pergi ke bandung. Alasan nya? Nadeo ada pekerjaan disana mereka akan menetap disana. Aku menyangkan kenapa mereka harus berdomisili disana, keluarga terdekat ku. Harus pergi meninggalkan ku Mas " Cetus Nesya sedih.

" Kamu harus kuat, kita kan bisa bertemu mereka lagi. Kita bisa berkunjung kekediam mereka. Jangan sedih menangis dong " Tirta memberi penyemangat.

Lisa yang kaget melihat Mami nya bersedih, dan Dikta yang turun tangga tak penuh gairah, Ia masih dalam keadaan duka.

" Mami, benar di katakan Papi kita bisa kok ketemu lagi dengan tante " Cetus penyemangat di lontarkan Lisa juga.

Tirta yang akan mulai bekerja hari ini berat meninggal kan istrinya dalam kondisi yang seperti ini. Namun, ke profesional nya harus meninggalkan nya.

" Mi, Papi jadi berat ninggalin Mami kalo Mami sedih seperti ini "

" Gak kok Pi, mungkin Mami terbawa suasana kaget aja. Dengan keputusan mereka. Papi jangan khawatir Mami baik baik aja kok "

" Yaudah Papi pergi kerja dulu ya Mi, Dikta Lisa jagain Mami ya " Ucap Tirta, menghelus pundak Istrinya dan pergi meninggalkan nya.

" Siap Pi, Papi juga jaga diri baik baik ya selama Papi bekerja " Ucap Lisa.

Sedangkan Dikta, tak memperdulikan semua nya yang terjadi pagi ini. Tentang Mesya yang akan pergi, ia sudah tau semua nya. Yang membuat rasa nya menyesal sekarang ia tak bisa melihat sahabat nya untuk terakhir kali nya.

Sesampai nya di sekolah dan di kelas, ia sangat kehilangan sahabat kecil nya. Tidak bisa bercanda bareng, melihat ocehan kelucuan nya serta tingkah sombong nya. Bukan Dikta, seiisi kelas pun merasakan hal yang sama dengan kepergian Justin yang sangat mendadak.

Setelah pulang sekolah, Dikta memutuskan untuk menengok ke kuburan Dikta yang masih basah. Menaburkan bunga. Menghelus Nisan nya.

" Semoga kamu tenang disana ya, aku sebagai sahabat kamu hanya mendoakan kamu. Selamat tinggal sahabat kecil ku "

Next

DIKTA ( Sang Pengisi Sepi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang