Bab 35

8.9K 93 0
                                    

Dikta yang sudah pulang sekolah tak sabar ingin bertemu dengan Nesya, menunggu taksi yang seakan lama. Ia berdiri di depan gerbang sekolah. Akhirnya taksi yang di tunggu tiba juga.

Dikta meminta kepada sopir taksi untuk mempercepat kemudi nya, ia sunggu tak sabar berjumpa dengan Nesya kekasih baru nya. Dikta sudah melupakan Mesya sekarang, ia benar benar lupa.

Dikta yang pulang pada jam olahraga masih berlangsung, ia pulang lebih cepat. Ia sudah memberi alasan kepada Justin, agar justin tidak mengadukan jika dia sudah pulang duluan.

Mengabari Lisa lewat chat.

" Kak aku pulang duluan ya "

Lisa membalas dengan emot icon sedih.

******

"

Terima kasih ya pak " Ucap Dikta, memberikan uang lebih kepada sopir taksi tersebut.

" Udah kembalian nya buat bapak aja ya "

Sang sopir taksi tersenyum mendapatkan rezeki, dari Dikta yang sedang terburu.

Memencet bell agar di bukaan pintu, yang ternyata yang membuka adalah mbak Sari.

" Mbak mana tante Nesya? " Tanya Dikta, tak sabar.

Mbak Sari sedikit agak berfikir, " Di dapur den "

Langsung saja Dikta, menuju ke dapur ternyata benar sang pujaan hati nya berada di dapur sedang bermain di wastafel. Pelan pelan Dikta melangkah kan kaki nya.

Nesya yang hanya memakai baju selutut tak sampai tidak menggunakan celana panjang mau pun celana pendek. Hanya menggunakan dalaman saja.

Contoh penampilan Nesya seperti cover di atas.

Membuat Dikta semakin terangsang, kehadiran nya masih tak disadari. Dikta langsung mengeluarkan senjata nya di dalam celana dasar sekolah nya. Mengocok ngocok nya. Lalu dirinya memeluk Nesya dari belakang.

Nesya yang merasakan benda tumpul yang bergerak gerak di sekitar bokong nya pun kaget.

" Kamu udah pulang sayang sttttt aaah auuu "

Dikta langsung menjilati sekitar area leher. Meremas kedua payudara Nesya yang lumayan sangat besar. Nesya tidak memakai bra. Ia membebaskan payudara besar nya menghirup udara segar.

Benda tumpul milik Dikta mengoles ngoles di area bokong Nesya, membuat Nesya mendesah ketiga bagaian sensitif nya sedang di permainkan oleh keponakan nya yang sekarang telah menjadi kekasih gelap nya.

Dikta menyibahkan baju Nesya ke atas dan menurutkan celana dalam Nesya yang berwarna pink sampai lutut. Menarik tubuh Nesya supaya membungkuk, menungging agar memudah kan sodokan nya ke area vagina agar tapat sasaran.

Kedua tangan Dikta megang pinggul Nesya seperti orang yang sedang mengemudikan motor nya.

Memaju mundur kan pinggul nya secara perlahan hingga beberapa menit, Nesya tak berhenti henti nya mendesah. Sampai desahan nya berubah menjadi desahan teriakan. Ketika sondokan yang di lancarkan oleh Dikta semakin kuat semakin deras semakin membabi buta.

" Aaaaah auuu sttts aah ah ah ah ah ah sayang " Nesya menggigit bibir nya bawah nya, seakan tubuh nya bergetar dengan dirinya memegangi ujung wastafeel.

" Cepak cepok ceapk cepok " Bunyi benturan dua jenis alat kelamain.

Nesya terus mendesah ketika dirinya di sodok dari belakang oleh Dikta dengan cepat. Merasa kan dirinya yang akan segara keluar.

" Aku mau keluar sayang " Teriak Neysa, terbata bata dengan tubuh nya terus di goyang.

" Bentar lagi sayang au " Cetus Dikta dengan nafas yang tak lagi beraturan.

Lisa yang datang, mendengar suara aneh di sudut ruangan. Ia mencari cari suara itu sampai hingga ia mendengar suara itu kian terdengar jelas ketika dirinya mendekat ke arah dapur.

" Srrr aaaauuuuu " Mendalam kan sodokan nya sangat dalam. Sampai jeruu menyembur kan di dalam rahim Nesya. Dikta memejam kan mata ia sangat merasakan Nikmat. Begitu juga dengan Nesya. Ia merasa orgasme membuat tubuh nya bergetar.

Ketika ingin memulai lagi, dengan wajah mereka saling berhadapan. Posisi mereka berganti. Nesya yang akan melumat bibir bawah Dikta. Dikta kaget, mendengar suara langkahan kaki dengan spontan ia menghindar. Merapihkan celana nya.

" Hai kak, udah pulang " Dikta menyapa Lisa. Ia hanya mengalihkan pandangan Lisa . Dikta memberi kode kepada Nesya untuk segera memakai celana dalam yang masih menyangkut di atas lutut nya. Malah Nesya hanya berdiri bersandar di area wastafeel. Nesya yang mengerti akhirnya langsung saja menaikan celana dalam nya.

" Udah, kamu ini ninggalin " Cetus galak.

" Hehehe kan udah bilang sama kakak nya "

" Hmm iya ya "

Datang lah Nesya menghampiri Lisa yang sedikit lagi melihat perbuatan mereka. Lisa masih penasaran dengan bunyi yang di dengar nya.

" Kak, kenapa "

" Nggak, nggak papa " Lisa mengklaim mungkin diri nya slaah mendengar.

Lisa tak sengaja melihat kearah bawah kaki Nesya, terdapat cairan yang mengaliri paha hingga lutut nya. Cairan sperma yang dari tadi ia keluarkan. Menatap tajam ke arah itu.

" Mami ngompol ya? "

Dikta tadi nya tak mengerti, akhirnya mengerti melihat paha Nesya yang sedang di aliri sebuah cairan putih pekat.

" Mampus, masa baru menikmati ini semua harus ketahuan " Ucap dalam hati Dikta.

Nesya melihat ke bawah, ia tak menyadari. Jika sedari tadi sperma nya meluber keluar. Karena tidak di lap Sperma nya di tambah sperma Dikta. Nesya yang mengendalikan nafas dan muka nya yang memerah. Dikta juga melakukan hal yang sama sedang mengendalikan nafas nya.

" Ini air tadi Mami cuci tangan kecipratan "

" Oalah kirain Mami ngompol hehe "

" Kamu ini ngejek huu "

Lisa hanya tersenyum tipis, dengan alasan nya di berikan oleh Nesya membuat Dikta bernafas lega.

" Kalian abis ngapain sih, kayak ngos ngosan gitu "

" Ngejer kucing, maling ikan asin "

" Mana ada kucing "

Untung saja seekor kucing melintas.

" Nah nah itu dia tante, ayok kejar "

" Gak ah kamu aja tante capek " Cetus Neysa meninggalkan mereka.

" Kak, kakak jaga sana aku jaga sini ya " Tinta Dikta.

Mereka berdua saling menghadang seekor kucing yang tak berdosa. Sebagai landasan korban Fitnah. Namun si kucing melolos kan diri Dikta dan Lisa membentur kan kepala nya.

Mereka saling kesakitan mengusap kepala nya, " Awwww "

" Yah kak pergi aduh "

" Sakit tau " Lisa kesakitan kepala Dikta menghampiri Lisa dan mengusap kepala nya.

Lisa merasakan hal ini dengan sangat indah, ia merasakan jantung nya berdetak lebih kencang ketika tangan Dikta. Menghelus helus kepala nya, Dikta yang sangat mengawatirkan dirinya.

Next

DIKTA ( Sang Pengisi Sepi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang