Bab 46

7K 106 0
                                    

Malam yang sudah selesai penuh dengan kenikmatan, mereka merasakan puas begitu sangat mendalam. Tidur bersebelahan tampa sebenang kain pun yang menempal pada anggota tubuh mereka. Malam yang dingin membuat Nesya terbangun dan menyelimuti tubuh nya dan tubuh kekasih nya, Dikta.

Pagi pun menyapa mereka tak kunjung bangun, masih dalam tidur nyenyak kedua nya. Seperti selayak nya suami istri saja yang mereka lakukan sekarang. Bebas mau bermesraan maupun tidur bareng tak ada yang mengganggu.

Sedangkan Mbak sari yang melihat pakian dalam serta bra dan celana bokser milik Dikta dan Nesya berjatuhan di area sofa langsung saja memungut nya. Sebagai seorang pembantu selayak nya, Sari membereskan semua kelakukan majikan nya tersebut. Mengepel serta membersihkan sisa sisa sperma yang berceceran dan menimbulkan noda, Sari bersihkan dengan rapih. Hingga tak ada lagi yang tersisa.

Sari pun berfikiran apa yang dilakukan oleh Majikan Nesya sangat lah wajar, karena Nesya seorang wanita yang sangat kesepian. Apalagi di tambah jika Lisa yang sibuk dengan pekerjaan sekolah nya membuat semua nya membuat Nesya sangat kesepian. Tirta yang hampir larut dalam pekerjaan, dia pun tidak memikirkan gimana nasib istri nya.

" Aaaaaum " Dengus suara terdengar dari Nesya yang terbangun, melihat jam di layar handphone nya. Mata nya yang sulit terbuka, akhirnya terbuka dengan lebar. Melihat jam sudah benerang siang. Ia menengok ke arah Dikta yang sedang sangat terlarut dalam tidur nya. Badan nya yang sangat lengket, membuat nya tak betah dan beranjak ke arah kamar mandi. Menyibahkan selimut yang menutupi tubuh nya. Dan berjalan ke arah kamar mandi, membersihkan kerak yang menempal pada tubuhnya.

" Dia begitu luar bisa, terima kasih tuhan kau telah mengutus dia untuk ku " Ucap Monolog Nesya, dengan guyuran air di atas kepala nya.

Selesai membersihkan tubuh nya ia pun, menggunakan handuk dan berjalan keluar dari kamar mandi. Melihat Dikta yang masih terlelap tidur. Mencari Lingerie nya di Lemari pakain, ia hanya menggunakan Lingerie yang membuat tubuh nya sangat seksi.

Dikta pun terbangun, membuka mata yang masih sipit itu. Melihat ke arah depan Nesya yang sedang memakai pakaian.

" Kamu udah bangun syangg? " Tanya Dikta, membuat Nesya membalikan badan, lalu tersenyum ke arah kekasih nya itu.

" Kamu mandi gih, biar seger. Aku akan menyiapkan makanan buat kamu " Tinta Nesya, Dikta pun langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Mandi.

" Aku tunggu di bawah ya!!! " Sambil tersenyum, Nesya membuka pintu dan beranjak ke bawah untuk menyiapkan makanan untuk Dikta.

" Iya " Saut singkat Dikta yang sangat lesu, ia masih mengantuk dan terlihat sangat lelah.

Nesya berjalan ke arah dapur, terlihat di sekitar sofa yang sudah rapih dan bersih. Memang pembantu nya sangat lah cekatan membereskan itu semua nya.

Ia melanjutkan langkahan menuju dapur, melihat Sari yang sudah menyiapkan makanan untuk nya.

" Nyonya udah bangun " Sapa Sari tersenyum.

" Ia, kamu udah nyiapin makanan untuk saya sari "

" Iya nyonya, silahkan di nikmati ya. Den Dikta mana? "

" Masih di kamar lagi, mandi "

Sari membawa makanan satu persatu menuju meja makan, Nesya membantu nya dan membuat kan minuman.

" Sar, kamu ngapain tadi malam ngintip ya? " Tanya Nesya, ketika ia melihat Sari mengintip di depan kamar nya, Sari terteguk lalu terdiam.

" Udah gpp, jujur aja. Saya gak akan marah kok "

" Iya nyonya, maaf " Sari menunduk.

" Alasan apa kamu mengintip, itu kan gak sopan "

" Ya soal nya, saya kan udah lama sendiri. Saya juga butuh pendamping kayak nyonya. Walaupun selingan, den Dikta terlihat sungguh² mempraktekan apa yang di inginkan oleh nyonya "

" Iya kamu cari pasangan dong? "

" Siapa yang mau nyonya, janda beranak 2 seperti saya "

" Agus " Cetus Nesya membuat Sari tersipu malu karena agus adalah seseorang satpam di rumah ini.

Dikta datang dengan wajah yang penasaran perbincangan apa yang di lakukan oleh kedua orang ini.

" Cie ngomongin aku ya "

" Ih Gr "

" Yaudah nyonya saya permisi ke dapur " Sari pamit dan beralasan ingin menuju ke dapur.

" Sar saya bisa bantu kamu kok " Teriak Nesya. Sari hanya terdiam dan melanjutkan langkahan nya.

Dikta yang penasaran hanya berdiri di anak tangga terakhir. Menaikan alis nya.

" Gak usah kepo deh, yaudah sini makan malah berdiri aja disitu "

" Oo iya "

Dikta berjalan ke arah meja makanan, kecupan bibir di berikan. " Much "

Dikta duduk, dan Nesya mengambil  kan makanan untuk nya teringat pada saat itu ketika Nesya mengambil makanan buat Tirta suami nya. Dikta memandangi Nesya dengan pandangan yang akhir nya harapan nya terhujut bisa merasakan apa yang di rasakan oleh Tirta. Mendapatkan pelayanan bak seorang suami sesungguhnya.

Nesya yang sadar dengan pandangan Dikta, memandangi dirinya. Dengan tersenyum senyum, Nesya mereka salah tingkah dan tersipu malu.

" Penampilan ku ada yang salah ya? Kamu segitu banget mandangin aku nya " Nesya mengecek anggota tubuh nya dan pakaian nya. Terlihat tak ada yang salah, kenapa Dikta memperhatikan segitu nya.

" Nggak kok, aku lagi gak mimpi kan. ( mencubit pipi nya) ia ini nyata "

" Kamu kenapa sih sayang? " Berjalan ke arah samping Dikta.

Dikta memegang tangan Nesya dan terus memandangi nya, Nesya sangat lah gugup jantung nya seakan bergetar. Dia bisa di kata kan sudah jatuh cinta pada keponakan nya sendiri.

" Kamu tau nggak? ( nesya menggelengkan kepala nya dan terus saling memandang) aku pertama kali, dateng kesini terus ngeliat kamu nyiapain makanan buat suami kamu. Aku berharap bisa mendapatkan perlakuan yang sama. Dan sekarang aku dapetin hal itu "

Nesya tersenyum. Lalu Dikta memeluk erat tubuh Nesya dengan sangat erat.

" Ntah rasa apa yang aku alami rasa yang begitu aneh, ketika aku dekat dengan mu " Dikta mencurahkan perasaan nya kepada Nesya di dalam pelukan.

Lalu Nesya melepaskan pelukan nya dan menatap mata Dikta dengan penuh Cinta.

" Aku juga merasakan hal yang sama dengan apa yang kamu rasakan " Saut Nesya. Dengan tatapan penuh Cinta.

Bagaimana bisa kedua nya bisa saling jatuh cinta, meraka beda generasi tapi ini lah yang di namakan cinta tak memandang usia.

" Tapi, cinta kita terlarang. Tidak akan pernah menjadi satu " Ucap Dikta, dengan guratan sedih nya.

Nesya menutup mulut Dikta dengan jari jempol. Lalu menggelengkan kepala nya.

" Ia cinta kita terlarang, tapi cinta tak harus memiliki "

" Udah ah laper. Nanti jadi baper "

" Emang udah baper geh "

Mereka berdua melepaskan pandangan nya dan lanjut memakan hidangan makanan yang sedari tadi menjadi saksi bisu. Saling menyuapi satu sama lain, saling tersenyum, tertawa. Pasangan yang bahagia. Andai saja, tak ada hubungan diantara kedua nya pasti Cinta beda generasi ini akan menyatuh.

Selesai menyantap makanan, Dikta mengambil Tissue dan mengalap sisa makanan yang tertempel disebelah samping bibir Nesya. Nesya memandangi nya dengan gugup, ia menyangka Dikta akan melumat bibir nya namun ternyata tidak  Dikta hanya membersihkan sisa makanan saja.

Nesya mengode dengan penuh nafsu.

" Ah aku capek sayang? "

" Yaudah nanti malam ya, kita siapain tenaga siang ini "

" Siap nanti malam kita akan? "

Next

Plis di vote untuk meninggalkan jejak membaca kalian, dan di komen untuk menjadi bahan koreksi buat saya. Saya akan tidak melanjutkan cerita ini jika kalian hanya membaca namun tidak memenuhi syarat yang saya berikan. Saya tidak minta untuk di follow. Terima kasih semoga kalian mengerti!!

DIKTA ( Sang Pengisi Sepi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang