Bab 21

9.4K 100 0
                                    

Dikta yang pulang sendiri karena Lisa sudah mempunyai janji dengan teman temanya, Dikta kita menunggu sebuah taksi di pinggir jalan.

Taksi pun melintas Dikta melambaikan tangan untuk menghadang taksi untuk berhenti, Dikta naik.

Di tengah, perjalanan menuju rumah Dikta melihat dua orang pria yang akan mencelakakan seorang wanita di sebuah jalan yang sepi.

Dikta pun menyuruh sopir taksi untuk berhenti, dan Dikta turun untuk menolong seorang Wanita, yang sangat ketakutan disana.

Ternyata wanita itu adalah Nesya, yang kini sedang di goda oleh kedua pria brengsek disana.

Dikta yang emosi serta khawatir, melihat kedua laki laki brengsek itu berusaha ingin menarik tangan Nesya untuk ikut bersama nya.

Di sebuah mobil berwarna hitam di pinggir jalan, Nesya meronta dan berteriak. Ia begitu sangat ketakutan.

Dikta pelan pelan berjalan kesana, membuat kedua laki laki tak sadar akan kehadiran nya.

Dan " Bamm " Hantaman pun Dikta lontarkan. Membuat cengkraman tangan Nesya terlepas dan Nesya berlari ke arah Dikta untuk merangkul ketakutan.

" Tante, jangan khawatir ada Dikta " Ucap Dikta menenagkan. Nesya yang erat memeluk Dikta harus terlepas ketika salah satu dari dua preman itu mendekati dirinya.

Maju dua langkah, perkelahian pun langsung terjadi. Dikta berhasil mengusir kedua laki laki brengsek itu secara tungga langgang.

Kembali lagi kepada Nesya, yang sangat ketakutan membawa Nesya untuk ikut bersama nya naik taksi menuju rumah.

Kedua laki laki itu tidak salah, ia memang tergoda ketika melihat Nesya yang sedang jogging. Hanya menggunakan rok mini, switter terbuka dengan tank top warna putih yang bercampur dengan keringat.

Berlari kecil, mengakibatkan bokong pantat nya tergiyar giyur. Bokong bulat serta besar kenyal itu. Dengan perbaduan warna putih nan kenyal. Pria mana pun akan tergoda.

" Makasih ya Dikta, kamu udah nolong tante. Pada waktu yang tepat. Tante sangat takut ketika laki laki brengsek itu menggoda tante dan ingin berbuat jahat sama tante " Jelas nya, menatap Dikta dengan menggigit bibir bawah nya.

" Tante sih, jogging di tempat yang sepi. Lumayan jauh loh dari rumah "

" Ya tante kan, dalam tahan nurunin badan "

Pikir Dikta badan yang sangat indah ini ingin di turunkan, sayang sekali. Dikta tak memberi tanggapan apa apa, jika ia berada di posisi kedua preman itu pasti ia akan melakukan hal yang sama.

Beberapa menit tujuan pun sampai, taksi pun telah tetap mengantar kan Dikta di depan rumah.

Ketika ingin keluar Nesya mengerang kesakitan, kaki nya sakit. Terjatuh karena kaget tadi.

Dikta yang keluar terlebih dahulu membungkuk kan badan nya, manaruh tas nya di depan gendongan, memberikan ruang punggung nya, untuk Nesya tumpangi.

" Pelan pelan Tante "

Nesya pun turun dengan pelan pelan, tangan nya yang langsung melingkar keleher Dikta.

" Berat ya " Cetus Nesya.

Mendengar erangan Dikta yang seperti kejatuhan sekarung beras.

" Nggak tan "

Dikta merasakan benturan kenyal di punggung nya, payudara kencang nan besar ini menempel erat di punggung nya dengan guncangan langkah kaki membuat punggung Dikta serasa berdenyut.

Sayang, Dikta hanya memegang Kaki Nesya bukan Bokong nya untuk menumpang gendongan.

Lisa yang datang kaget melihat Mami nya di gendong Dikta dengan erang kesakitan.

" Mami, kenapa ? " Tanya Lisa panik.

" Mami jatuh tadi saat Jogging, untung ada Dikta "

" Udah ya, nanti dulu kakak Lisa nanyak nya mending bukain pintu nya deh " Cetus Dikta, malah menghentikan langkah nya.

Dikta bukan merasakan keberatan, namun merasa terlalu nyaman dengan payudara yang menempel di punggung nya. Nesya bukan nya menjauhkan Payudara nya malah justru meeratkan rangkulan tangan nya di leher Dikta. Otomatis Payudara menempel dengan erat.

" Iya ya maaf " Lisa pun membuka kan pintu nya.

Dikta pun menaruh Nesya di soffa. Nesya yang mengerang kesakitan, membuat Dikta mencoba memijat kaki Nesya.

" Tan aku pijet ya " Cetus Dikta meminta izin.

" Silahkan kalo kamu bisa " Nesya memberikan izin nya.

Dikta membungkukan badan nya kembali, meraih kaki Nesya yang sakit. Bola mata dikta terlihat sangat tak fokus ketika Nesya membuka selangkangan nya, yang ia tak sadar ia hanya memakai seutus rok mini.

" Maaf tan " Ucap Dikta menyentuh Kaki Nesya.

Nesya mengangguk kesakitan, ketika piritan piritan Dikta lakukan dan di akhiri dengan tarikan.

" Auuuuu " Teriak Nesya.

" Mami gak apa apa, Dikta " Lisa yang membawakan Teh hangat pun panik dengan teriakan kesakitan Nesya.

" Coba tante gerakin kaki tante "

Nesya pun menggerakan kaki nya dan kaki nya bisa pulih kembali berjalan seperti normal.

" Makasih loh Dikta, kamu hebat dalam mijat memijat boleh lah kalo tante lagi pegel pegel di pijet "

Dikta menelan ludah dan menganggukan kepala serta menghela nafas panjang.

" Aku juga ya adik ku " Cetus Lisa manja.

" He' eh , Dikta ke kamar dulu ya tan kak "

Dengan kejadian tadi membuat Dikta terangsang ia begitu sangat nafsu, ia putuskan untuk mencoba mendatangi rumah Mesya.

Nesya pun mulai menaruh rasa kagum pada Dikta keponakan nya, apakah akan timbul rasa nyaman. Namun masih simpang siur gak tau kejelasan nya.

" Jangan bilang aku jatuh cinta, kepada keponakan ku sendiri. Benar kata Mesya, Dikta membawa warna baru bagi kehidupan nya dan membawa warna baru di kehidupan keluarga ku, uh apa yang sedang ku pikirkan  " Ucap Nesya menolok ketika ia memandang kamar Dikta

Lalu ia tersadar, dan langsung masuk ke dalam kamar nya.

Next

DIKTA ( Sang Pengisi Sepi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang