Ical

1.9K 118 0
                                    

📩 "Abang tunggu kamu di cafe biasa.. Ada yang mau abang omongin"

📤 "Aku gak bisa bang. Gak usah hubungin aku lagi"

Tak berapa lama ponsel Zi berbunyi sangat nyaring, itu pertanda sebuah telpon masuk.

Sudah beberapa kali ponsel itu bernyanyi namun tak juga ada niatan Zi untuk mengangkatnya. Setelah bunyi nada dering itu membuat Zi kesal akhirnya ia menarik paksa ponsel itu dan berbicara dengan seseorang diseberang sana.

"Halo Fa abang seneng kamu mau dengerin abang ngomong"

"Abang udah ya Zi udah bilang... Jangan macem-macem sama rumah tangga aku, aku udah cinta banget sama keluarga aku abang gak usah berusaha memisahkan kita deh"

"Tap..."

"Fafa kan udah bilang bang, abang cuma Fafa anggap abang seperti bang Fadi gak lebih. Jadi abang gak usah berlebihan deh"

"Kita ketemu dulu aja Fa ........"

"Gak aku gak mau ketemu abang lagi.. Nanti kaya minggu lalu, aku gak mau"

#Flashback

"Akhirnya kamu dateng juga Fa"

"Abang udah dari tadi? Maaf ya bang tadi aku nganter anak dulu ke sekolah"

"Duduk dulu Fa gak baik ibu hamil kelamaan berdiri"

Mereka pun mengobrol ringan pengalaman mereka setelah mereka berpisah dahulu.

"Fa kamu bahagia sama pernikahan kamu?"

"Maksud abang?"

"Jujur aja Fa, nikah sama duda pasti berat buat apalagi harus nerima anaknya juga"

"Aku bahagia kok bang"

"Jujur sama abang Fa.. Apalagi kamu lagi hamil besar kaya gini harus ngurusin anak orang setiap harinya"

"Bang aku tegesin ya.. Dia itu sekarang anak aku bukan anak orang lain" ucap Zi dengan suara meninggi

"Abang cinta sama kamu Fa"

"Ma...maksud a..abang?"

"Ayok Fa abang mau kok bawa kamu kabur dan nikahin kamu. Dan abang janji bakal terima anak kamu seperti anak abang sendiri,"

Plaaaaak..

Satu tamparan melesat di pipi Faisal.

"Asal abang tau, di pernikahanku ini aku sangat-sangat bahagia dan bahkan aku lebih cinta sama Al dulu ketimbang dengan mas Adi. Jadi aku bukan cinta sama bapaknya dan terpaksa nerima anaknya. Tapi aku cinta keduanya, mereka udah jadi bagian hidup aku dan abang gak berhak memisahkan kami"

"Tapi abang cinta sama kamu Fa.. Abang gak mau kamu menderita, kaya gak ada orang lain mangkanya kamu nikah sama duda"

"Stop bang stop... Aku gak mau lagi dengar abang lagi, aku gak mau ketemu abang lagi. Ini pertemuan kita yang terakhir"

Zi pergi meninggalkan cafe itu dan berjalan mencari taksi untuk menghindari kejaran dari Faisal.

Bukannya mengejar, Faisal hanya terdiam dan memikirkan perkataan yang tadi diucapkan oleh wanita yang ia idam-idamkan sejak dulu.

Seorang wanita yang sangat ia cintai sejak ia duduk dibangku kuliah dan dia di bangku SMA. Seorang adik dari sahabatnya sendiri yang ternyata perasaan sayangnya itu bukan rasa sayang terhadap adik. Melainkan sayang untuk dijadikan kekasih.

Perasaan itu lambat laun makin tumbuh, seperti pertumbuhan gadis itu yang menjadi dewasa yang sangat cantik dan ia ingin segera menghalalkannya untuk dijadikan seorang istri.

Namun sayang seribu sayang, nasi sudah terlanjur menjadi bubur dan tidak dapat ia kembalikan ke asalnya. Ketika ia kembali ke tanah airnya, ia mendapat undangan aqiqah anak sahabatnya itu yang tak lain dan tak bukan adalah Fadi. Ia sangat semangat mendapat undangan itu dan berharap bisa bertemu dengan pujaan hatinya dan akan melamarnya pada saat itu juga.

Ia datang dengan gagahnya menuju rumah besar yang dulunya ia sangat sering berkunjung kerumah itu. Orang tua Fadi sudah menggapnya seperti putranya sendiri, jadi tak heran jika dia memanggilnya dengan sebutan 'mama, papa'.

Namun naas ketika ia melihat gadis kesayangannya berjalan sambil menggandeng anak laki-laki tampan yang berbaju seperti yang digunakan wanita itu. Ada yang aneh dari penampilan si wanita. Ya perutnya terlihat lebih membuncit dan sepertinya ia sedang mengandung anaknya.

Hati Faisal hancur berkeping-keping, semangatnya hilang, senyumannya luntur, harapannya musnah hilang bagaikan ditelan bumi. Cita-citanya yang akan melamar sang pujaan hati musnah ketika melihat perut buncitnya itu. Kakinya mendadak lemas tak mampu menopang beban hidupnya untuk mengalami sakitnya patah hati.

Hatinya menghangat ketika melihat gadisnya berjalan kearahnya dan memeluknya dengan erat. Ia menangis tersedu-sedu dan sangat merindukan dirinya, sama saja ia pun merindukan gadis kecilnya yang ternyata sudah diperistri lelaki lain.

Hatinya semakin remuk ketika sang gadi memperkenalkan suaminya padanya.

"Eh emh.. Mas Adi kenalin ini bang Ical sahabat dan juga abang Zi, bang Ical kenalin ini mas Adi suamiku" ucapnya

Dengan terpaksa ia alurkan tangannya dan menjabat tangan suami gadisnya itu

"Salam kenak gue Faisal, Fafa biasa manggil gue dengan sebutan Ical"

"Gue Adi" jawabnya singkat

Hatinya semakin sakit ketika mendapat informasi bahwa suami Fafa adalah seorang duda anak satu, dan ia berpikir pasti gadisnya tidak benar-benar bahagia.

Namun nyatanya ia salah gadisnya benar-benar mencintai lelaki itu dan menolak ajakan gilanya.

Dan akhirnya ia menyerah, kini ia benar-benar ingin meminta maaf atas apa yang telah katakan padanya.

Ia akan merelakan pujaan hatinya pada orang yang tepat.

Cinta memang tak harus memiliki, karena kalau kau benar-benar cinta pada seseorang apa yang membuatnya bahagia itu juga kebahagiaan bagimu. Walaupun berakhir menyakitkan.

Walaupun tak bisa menjadi seseorang yang dicinta, setidaknya ia masih menjadi seseorang yang Zi sayang selayaknya seorang adik sayang terhadap abangnya.
.
.
.
.
.
(Bersambung)
***************************************

Lembuuuur hehe !!! 😂😂

Udah up 2 dong😅

Alhamdulillah😍

Yuk baca lagi yuk😘😘

Jangan lupa di vote ya cerita ini😊😊

Terimakasih semua😉😉😊

Love You 😍😍😍❤💙❤💙

Cinta Kasih Ibu TiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang