Dalam tidurnya yang masih setengah sadar, samar-samar dia mendengar tangisan anak laki-laki yang sedang ditenangkan oleh ayahnya. Entah suara itu datangnya dari mana namun terdengar sangat dekat. Banyak juga suara ibu-ibu yang ikut menenangkan, tapi semuanya percuma bukannya diam si anak malah menjerit dan sedikit sesenggukan.
Zi pun merasa tidak tega melihat kondisi saat itu, dia kembali membuka mata dan ternyata yang menangis adalah anak dari lelaki yang baru saja duduk dihadapannya.
"Dimana ibunya tadi?" Batin Zi
Karena si wanita tadi sudah tidak ada, dapat disimpulkan bahwa anak tersebut hanya bersama dengan ayahnya saja. Tangisan si anak menyadarkan Zi dan dapat dilihat kalau dia masih terus menangis dan meminta turun pada ayahnya. Matanya sembab wajahnya memerah. Sudah berapa kali lelaki itu membujuknya, memberi susu, memberi game di ponselnya namun tak membuahkan hasil. Orang-orang yang duduk disekitarnya pun ikut andil untuk menenangkan si anak, namun tetap saja anak tersebut masih menangis sesenggukan.
Karena merasa tak tega Zi memberanikan diri untuk mencoba menenangkan si anak. Perlahan Zi mendekati si anak yang masih berada di gendongan ayahnya. Anak tersebut benar-benar membuat ayahnya lelah, dia tidak mau kembali ke kursinya walaupun hanya sekedar duduk. Zi pun berdiri dari duduknya dan menghampiri mereka lalu mengelus punggung si anak.
Anak tersebut terdiam ketika punggungnya terasa dielus lembut, kepalanya mendongak ke belakang melihat siapa yang baru saja menyentuh punggungnya dan diikuti oleh ayahnya ikut mendongakkan kepalanya menatap Zi dengan lekat.
"Anak ganteng kenapa masih nangis hemmm?" tanya Zi sambil terus mengelus punggung si anak
Tanpa menjawab pertanyaan Zi, anak tersebut hanya menggeleng.
"Anak ganteng siapa sih namanya sayang" ucap Zi lembut dan tubuhnya lebih mendekat dengan si anak.
"Ang ante" jawab anak tersebut sambil menarik sedikit jilbab Zi
"Kalo nama tante Zifatunnisa, Ang boleh manggil tante Zi" ucap Zi dengan senyum manisnya.
"Boleh saya bantu gendong pak?" tanya Zi sopan
"Oh silahkan mbak, dia namanya Aldi bukan Ang"
"Oh maaf maaf pak saya gak tau"
"Mau sama tante sayang?" ucap Zi sambil merentangkan tangannya
Aldi hanya mengangguk dan tersenyum sambil merentangkan tangannya juga.
Si ayah sampai heran dengan kelakuan anak satu-satunya itu. Entah sihir apa yang digunakan Zi anak tersebut mendadak tersenyum dan mau digendong Zi. Zi merasa tidak enak dan risih dengan tatapan orang disekitarnya, namun karena rasa kasihan pada si anak sehingga tidak mempedulikan tatapan mereka.Zi berjalan ke kursinya kembali, anak tersebut masih berada di gendongannya. Banyak orang-orang yang senang melihat Zi bersama anak tersebut namun ada juga yang mencibirnya dan ada juga yang bisik-bisik berkata bahwa Zi seorang ibu yang tidak bertanggung jawab. Tanpa menghiraukan omongan mereka Zi terus melangkah ke arah kursinya berada, beruntung dia bahwa kursi disebelahnya masih kosong sehingga dia tidak usah takut akan mendapatkan sindiran atau celaan secara langsung.
Tangan si anak masih melingkar di leher Zi, Zi melepaskan pelukan Aldi dan menyandarkan bocah itu didadanya sambil ia usap puncak kepalanya. Al yang sudah merasa nyaman pun mulai berceloteh kesana kemari dan disahuti oleh Zi, Al bercerita apapun yang kemarin ia lakukan bersama sang ayah.
"Ante-ante mayen Ang jayan-jayan cama ayah"
"Oh ya? Al jalan kemana sayang?"
"Jauh ante, cekayang Ang mau puyang ke lumah nenek"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kasih Ibu Tiri
RomanceZifatunnisa Putri Akbar adalah seorang mahasiswi tingkat akhir di salah satu universitas di kota Yogyakarta. Dia ramah oleh siapapun baik yang dia kenal ataupun tidak, juga lembut terhadap orang-orang yang baik terhadapnya. . Suatu hari dia bertemu...