Bagian 1

927 178 229
                                    

"Bagi mereka yang telah memulai,
maka bertanggungjawablah untuk menyelesaikannya."

*****

Suara ledakan kian terdengar dari luar. Membuat semua orang yang berada di sekitarnya terlonjak kaget seraya menutup telinga secara bersamaan. Benda yang mengeluarkan ledakan itu mulai mengepulkan asap yang menyebar terbawa angin, menuju setiap sudut rumah di kota tersebut.

Ledakan susulan kembali terdengar. Cinta mulai tiarap, guna menghindari musuh yang bisa melenyapkan dirinya kapan saja. Wanita itu menutup telinganya seraya memejamkan matanya. Dadanya mulai bergemuruh--berdetak dengan cepat, memompa nafasnya yang kian tersengal-sengal dengan seluruh tubuh yang tak berhenti bergetar.

"Maaaa, Mamaaa," lirih Cinta mulai berteriak. Berharap ibunya datang untuk melindungi dirinya.

Cinta tidak tahu serangan ini berasal dari musuh yang mana. Hal itu terjadi secara tiba-tiba. Ia pun tak tahu, motif apa yang menjadikan mereka bergerilya di kota-nya. Mencoba merampas nyawa setiap manusia yang berada di sana. Nyatanya, mereka cukup cerdik memilih waktu untuk melancarkan aksinya--menyerang diwaktu subuh, dimana seluruh umat manusia tengah tertidur dengan nyenyak.

Derap langkah kaki kian terdengar mendekati kamar milik Cinta. Alih-alih itu, Cinta mulai membuka matanya. Mengawasi setiap sudut hingga pandangannya berakhir ke arah pintu. Ia melihat pegangannya yang tiba-tiba bergerak. Wanita itu kembali memejamkan matanya. Gerendel pintu hanya berukuran kecil. Dobrakan yang kuat bisa melepaskannya saat itu juga.

Brakkk...

Pintu terbuka lebar saat tendangan kuat mengenai benda berukuran persegi panjang tersebut. Membuat suara langkah kaki berhenti di sana. Kamar yang gelap membuat Cinta merasa sedikit aman dan sulit ditemukan. Hingga akhirnya, seseorang meraba saklar dan lampu mulai menampilkan sinarnya.

"Mampus!" umpat Cinta merutuki dirinya sendiri.

Cinta tengah tiarap di bawah meja belajar, membuat orang-orang itu tak langsung melihat dirinya. Cinta mulai mengintip. Terhitung enam buah kaki berdiri di sana, yang berarti ada tiga manusia tengah memasuki kamarnya. Mereka bertiga tak berhenti  mencari mangsanya. Cinta menahan perasaan ingin berteriak, dikala tangan mungilnya tiba-tiba terinjak oleh salah satu dari tiga orang itu. Mereka mulai berjongkok di depan meja belajar. Memastikan bahwa yang baru saja terinjak adalah tangan manusia.

"KYAAA!" pekik Cinta saat ketiga orang itu mulai menyentuh dirinya. "AMPUUUUUUUN,"

Cinta keluar dari tempat persembunyiannya seraya mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Bulir-bulir air mulai keluar dari mata yang terpejam memenuhi pipi mulusnya. Seseorang menarik dirinya dan langsung mendekapnya dengan sangat erat.

"Cinta, hey, sadar! Kamu kenapa?"

Suara itu mampu membuat kesadaran Cinta kembali sepenuhnya. Ia melihat kekhawatiran di wajah Bunga yang notabenenya adalah wanita yang telah melahirkannya. Dirinya juga melihat kedua saudaranya--Alex dan Sandra yang tengah berdiri di belakang Bunga. Hati dan pikirannya kian berkecamuk. Ternyata dirinya baru saja bermimpi. Tapi mengapa hal ini terasa begitu nyata? Apakah kenyataan yang terbawa mimpi, atau justru mimpi yang terbawa kenyataan? Ahhh, sudahlah, Cinta pusing jika harus memikirkannya.

"Mimpi buruk apa lo, sampe bisa ngumpet di bawah meja belajar? Ohh gue tau, pasti lo mimpi dikejar sama rentenir," selidik Alex, kakak pertama Cinta. Ia langsung mendapat teguran dari Bunga melalui sorot matanya. Sedangkan Sandra yang notabenenya adalah kakak kedua Cinta langsung meninggalkan kamar tanpa sepatah kata pun.

Perlahan Cinta mulai melepaskan pelukannya. Ia menatap Bunga dengan lekat, berharap wanita itu percaya pada dirinya. "Ak-akuuu, aku beneran denger ada suara bom, Ma. Perang Ma, perang!"

Setelah mendengar penjelasan dari Cinta, Alex langsung tertawa terpingkal-pingkal. Ia mulai menjitak kening milik adiknya itu. "Pfttt, HAHAHAHAHA, dasar kocak!"

Cinta tidak tinggal diam. Ia langsung menonyor kepala milik Alex dengan sangat keras. "SIALAN LO!" umpatnya. "Sekarang bukan saatnya becanda, Bang!"

Alex menatap Bunga penuh arti. Biarkan wanita itu menjelaskannya sendiri pada adiknya. Dirinya akan menyerah jika berhadapan dengan Cinta. Adiknya itu selalu membuat emosinya naik turun. Bagaimana tidak? Alex baru saja bangun dari tidurnya dan harus mendengar teriakan Cinta yang menggemparkan seisi rumah.

Bunga nyaris tertawa, namun wanita itu kembali mengulum tawanya. "Sayang, itu bukan suara bom, tapi suara petasan. Anaknya bu RT baru disunat,"

Cinta mati kutu di tempatnya. Ia beralih melirik Alex yang langsung mengedikan bahunya acuh seraya tersenyum miring meledek dirinya. Jika ditanya malu, tentu saja Cinta malu. Rasanya ia ingin segera menghilang dari bumi.

"Pantat lo tuh perang!" ledek Alex yang melenggang pergi setelahnya dan Bunga pun ikut mengekorinya.


Hai guys! Makasih banget udah nyempetin mampir💋
Btw ini karya aku yang pertama. Jadi sorry guys kalo agak anu--canda anu. Maklum, lah, ya, masih amatiran wkakakakkak. Semoga kalian suka. Tapi tenang guys aku bakalan nulis tulisan yang terbaik, kok, buat kalian 😗

Kalo ada typo atau ketidaksesuaian kata harap tandai dan kasih tau aku, ya, guys!

Jan lupa tinggalkan jejak

Salam sayang,

viniawis❤

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang