RAINA 37 - Peringatan Kedua

172 26 6
                                    

Bisma bertanya. "Apaan?"

Sandi mengeluarkan sebungkus rokok dan korek api dari dalam saku kemeja yang dia pakai. "Mala suka cowok yang ngerokok."

Bisma mengernyit tidak percaya. "Beneran?"

"Iya." Tentu saja Sandi mengangguk. "Jangan bilang lo belum pernah ngerokok?"

Biasanya Bisma akan dengan bangga mengatakan kalau dia tidak merokok. Tapi, entah kenapa kali ini dia merasa malu. Rasa malunya bertambah saat mendengar suara gelak tawa Sandi.

"Sejak kapan tipe pacar Mala jadi good boy, sih?" Sandi tertawa sampai terbahak, seolah mengetahui kalau Bisma tidak pernah merokok adalah lawakan paling lucu.

"Emang tipe Mala gimana?" tanya Bisma.

"Badboy," jawab Sandi. Tawanya sudah mereda.

"Ajarin gue ngerokok," kata Bisma.

Sandi tersenyum miring. "Serius?"

Bisma tak menjawab, tapi langsung meraih kotak rokok milik Sandi yang tergeletak di meja kemudian mengambil satu rokok dari dalam sana dan menyulutnya.

Mungkin karena baru pertama kali Bisma merokok, dia menghisapnya terlalu cepat hingga membuatnya terbatuk-batuk.

Sandi tertawa. "Pelan aja, Bro, hisapnya." Sandi mengambil satu rokok dan menyulutnya. "Kayak gini," ucap Sandi kemudian memberi contoh pada Bisma.

Bisma kembali menghisap rokoknya. Kali ini dengan pelan sama seperti yang Sandi contohkan. Setelah cukup lama, Bisma mulai menikmati rokoknya.

"Gimana?" tanya Sandi.

Senyum di bibir Bisma terbit. "Nggak seburuk yang gue pikirkan selama ini," ucapnya dan kembali menghisap rokok yang tinggal setengah.

"Loh, Bis, kamu ngerokok?" Mala yang baru saja datang dengan satu gelas di tangannya.

Bisma yang terkejut tak sengaja menghirup asap rokoknya hingga membuat cowok itu terbatuk-batuk.

"Astaga, Bisma!" seru Mala. "Bentar aku ambilin air putih dulu."

"Kenapa harus ambil air lagi? Itu yang lo bawa, kan, juga air," kata Sandi lalu kembali menghisap rokoknya.

Tanpa pikir panjang, Bisma mengambil gelas yang ada di tangan Mala dan langsung menegaknya hingga tandas.

Bisma menaruh gelas kosong itu di atas meja. Setelah itu, kepala Bisma berdenyut nyeri. Ia memegangi kepalanya sambil meringis samar.

"Bis, kamu kenapa?" tanya Mala.

"Kepalaku pusing banget, La," lirih Bisma.

Mala menatap tajam Sandi dan hanya dibalas dengan kedikan bahu oleh cowok itu. "Gue cuma nyaranin, ya!"

Mala menepuk-nepuk pelan pipi Bisma. "Sayang, kita pulang, ya?" Bisma hanya mengangguk mengiyakan.

***

"Aku sayang kamu, La."

"Aku udah nggak peduli sama Raina."

"Ibu jahat, La. Dia nggak sayang aku kayak Ibu sayang Bang Bima."

"Aku pengen kita nikah di lapangan basket, La."

"Besok kalo aku punya anak mau 7, hihi."

Sepanjang jalan menuju parkiran, Bisma terus meracau dan tertawa tidak jelas. Merasa pegal, Mala mendudukkan Bisma dan menyandarkan cowok itu pada salah satu mobil yang terparkir di halaman depan bar.

Raina✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang