RAINA 31 - Membentak

153 17 0
                                    

Raina menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang seperempat. Lima belas menit lagi bel masuk berbunyi, tapi dia bahkan belum berada di perjalanan menuju sekolah.

"Bisma mana, sih?"

Raina menjauhkan ponsel dari telinga dan menyentuh layar untuk mematikan panggilan telepon ketika melihat motor Bisma melaju ke arahnya.

Meskipun Raina kesal, entah kenapa dia tidak bisa marah kepada Bisma. "Bim, akhirnya kamu dateng!" ucap Raina ketika motor Bisma sudah sampai di depannya.

Bisma mengangguk singkat. "Iya, buruan naik."

Mendengar ucapan Bisma yang datar dan terkesan dingin membuat senyum di wajah Raina memudar. "Kamu kenapa? Lagi sakit?"

"Aku nggak papa. Buruan naik," ucap Bisma. "Jarak sekolah kita jauh, Rain. Bisa-bisa aku telat."

Bisma tidak pernah mempermasalahkan jarak antara sekolahannya dengan sekolahan cowok itu. Tapi, kenapa sekarang Bisma mempermasalahkan hal itu?

"Rain!"

Raina tersentak ketika Bisma memanggilnya dengan nada suara yang tinggi. "Ehh, maaf." Raina segera mengambil helm yang Bisma ulurkan.

Setelah duduk di boncengan motor Bisma, Raina tersentak kaget ketika cowok itu tiba-tiba melajukan motor dengan kecepatan tinggi.

Raina memejamkan matanya erat. "Bim, pelan-pelan aja, aku takut!" teriaknya.

"Bawel!"

Mendengar itu, air mata Raina jatuh membasahi punggung tegap Bisma yang berlapis jaket jeans.

Ini untuk pertama kalinya, Bisma membentak Raina.

***

Raina turun dari motor Bisma. Cewek itu terus menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena selama perjalanan tadi dia terus menangis.

Padahal Raina sudah berulang kali mengusap air matanya, tapi mereka dengan kurang ajarnya terus keluar dari mata Raina.

"Nih, makasih," tangan Raina terulur mengembalikan helm Bisma. "Aku duluan."

Baru mau membalikkan badan, Bisma mencekal lengan Raina. "Rain?" panggil cowok itu dengan suara lembut. Sangat berbeda dengan tadi.

Raina tidak berani mengangkat wajahnya. "Hm?"

"Hei," Bisma menangkup kedua pipi Raina lalu mengangkat wajah cewek itu. Ia terkejut melihat kedua mata Raina yang sembab. "Kenapa nangis?"

Isakan Raina terdengar ketika ibu jari Bisma mengusap kedua pipinya. Raina memaksakan kedua sudut bibirnya untuk terangkat. "Nggak papa, kok."

"Bodoh!" Bisma menepuk kencang kepalanya sendiri.

Raina yang melihat itu terkejut. "Bim, kenapa?"

Bisma menggenggam erat kedua tangan Raina lalu menatap cewek itu dengan tatapan bersalah. Seolah Bisma telah sadar dengan apa yang dia buat pada Raina.

"Rain, maaf aku tadi bentak kamu. Beneran aku nggak bermaksud bentak. Tadi pagi-pagi aku udah dimarahin Ibu. Maaf kamu malah jadi pelampiasannya."

Bisma menghela napas berat sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Maaf juga untuk beberapa hari ini aku jarang kasih kabar sama kamu. Aku bener-bener tertekan sama pertandingan basket minggu depan. Aku takut tim aku kalah."

Tangan Bisma terulur untuk mengusap air mata Raina. "Sekali lagi, maaf, ya?"

Kini, Raina merasa lega. Bisma-nya tidak berubah. Bisma masih seperti Bisma yang dulu dia kenal.

Raina✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang