Bima menghampiri Sukma yang sedang berada di dapur. Memeluk Sukma dari belakang membuat wanita tersentak kaget.
"Aduh, Bima. Ngagetin ibu aja," Sukma menggeleng-gelengkan kepala.
Bima terkekeh kecil. "Maafin Bima, Bu."
Sukma mengernyit bingung ketika Bima tiba-tiba memeluknya erat. Mengusap puncak kepala anak sulungnya dengan sayang lalu bertanya, "Bima kenapa?"
Bima menggeleng, masih dengan posisi yang sama. Anak laki-laki itu melepaskan pelukannya. Tangannya mengusap perut Sukma yang membuncit dan menciumnya.
"Adek jangan nakal ya sama Ibu. Jagain Ibu. Abang sayang adek."
Perasaan Sukma mendadak tidak enak. "Bima kenapa sih?"
Lagi-lagi Bima menggeleng, "Bima nggak papa, Bu."
Wanita itu menoleh mendengar suara teriakan Raina. "Kak Bima, ayo!"
Sukma mengangkat sebelah alisnya. "Mau kemana?"
"Mau ke taman, Bu," jawab Bima.
"Ya udah, bentar tunggu Ibu. Biar Ibu temenin."
Bima menggelengkan kepalanya. "Jangan. Ibu di rumah aja. Bima nggak mau Ibu kecapekan. Bima kan udah besar. Bima bisa jagain mereka."
Sukma sangat bersyukur mempunyai Bima. Anak sulungnya memiliki rasa tanggung jawab diumurnya yang masih kecil."Ya udah, hati-hati ya. Pulangnya jangan kesorean."
Bima mengangguk. "Bima pergi dulu ya, Bu. Jangan kangen."
Sukma tertawa kecil menanggapi ucapan Bima yang dia anggap sebuah candaan. "Iya, Ibu nggak bakal kangen."
Bima kembali memeluk Sukma. "Bima sayangggg banget sama Ibu, sayang Ayah, sayang Bisma, sama sayang Adek. Bima sayang kalian."
***
"Kak, Raina pengen nyoba!" seru Raina.
Bima menghentikan laju skateboardnya. Bima bisa dibilang jago bermain skateboard karena sudah diajari oleh Tama—ayahnya—sejak berumur lima tahun. Sudah beberapa kali Bima memenangkan perlombaan skateboard padahal umurnya masih sepuluh tahun.
Bima juga tergolong anak pintar di bidang akademis maupun non akademis. Maka dari itu, Sukma sangat membanggakan putra sulungnya.
Bima melepaskan helm, pelindung siku, dan pelindung lutut dari tubuhnya lalu membantu Raina memakainya. Bisma yang sebelumnya asyik main bola menghampiri mereka berdua.
"Bang!" panggil Bisma. "Bisma pengen es krim," ucapnya sambil menunjuk penjual es krim.
Bima mengikuti arah pandangan Bisma. "Ya udah, abang beliin dulu." Anak laki-laki itu menoleh ke arah Raina. "Raina juga mau?"
Raina menganggukkan kepalanya. "Mau!"
"Ya udah, tunggu sini dulu ya." Dua anak kecil itu mengangguk.
"Bisma, Bisma!" Raina berlari menghampiri Bisma yang kembali bermain bola.
"Apa?"
"Ajarin Raina main skateboard," anak perempuan itu nyengir lebar, "Raina kan belum bisa."
Bisma berhenti bermain bola. Anak laki-laki itu tertawa. "Hahaha, Raina nggak bisa," ledeknya.
Raina cemberut, "Ihh, makanya ajarin Raina."
"Nggak mau!" tolak Bisma.
"Hihh, harus mau!"
"Nggak!"
Raina berjalan cepat menghampiri Bisma. Setelah sampai, anak perempuan itu menjambak rambut tebal Bisma. Bisma memekik kesakitan. "Aduh, sakit Rain!"
Raina semakin kuat menarik rambut anak laki-laki itu. "Makanya ajarin Raina!"
"Iya, iya!"
Raina tersenyum lebar. "Yeay!"
Bisma memukul-mukul tangan Raina yang masih menarik rambutnya. "Lepasin rambut Bisma, Rain!"
"Ohh iya, hehe," anak perempuan itu nyengir lebar.
Bisma mendengus. Anak laki-laki itu mengambil skateboard dari tangan Raina. Sebuah ide jahil terlintas di kepalanya.
Bukannya mengajari Raina, Bisma malah berlari membawa skateboard itu setelah mendorong Raina hingga terjatuh.
"Bisma!" teriak Raina. Anak perempuan itu mengejar Bisma. "Bisma balikin skateboardnya!"
"Nggak mau!"
"Bisma nakal!"
Bisma berlari sampai keluar taman. Anak laki-laki itu berhenti di pinggir jalan. Menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri lalu menyebrang jalan.
Raina berhenti. Melihat Bisma yang sudah ada di sebrang jalan menjulurkan lidahnya mengejek. "Sini ambil skateboardnya, Rain!"
"Bisma!" teriak anak perempuan itu. Kedua matanya sudah berkaca-kaca. "Bisma balikin skateboardnya!"
"Sini ambil sendiri!"
Raina menoleh ke kanan dan kiri. Jalanan yang sepi dari kendaraan membuat anak perempuan itu berjalan menyebrang jalan.
Di sisi lain, Bima mengedarkan pandangan, mencari Bisma dan Raina. Anak laki-laki itu menoleh ketika mendengar suara Bisma.
"Raina, kalo nyebrang tu jangan tutup mata!"
"Raina takut!"
"Dih, penakut!"
"Bawel!"
Bima menggelengkan kepala. Ohh astaga, dua anak kecil itu tidak bisa ya sehari saja akur?
"Awas!" teriak seseorang.
Bima menoleh ke kiri. Kedua matanya melebar melihat sebuah bis melaju kencang ke arah Raina.
"Raina!"
"Raina awas!"
Dua es krim yang Bima bawa tadi jatuh ketika anak laki-laki itu berlari ke arah Raina. Tepat ketika bis sudah berjarak cukup dekat dengan Raina, Bima menarik tangan anak perempuan itu.
Brak!
"Bang Bima!"
"Raina!
🍂🍂🍂
Pas ngetik part ini, kita malah mikirin nasib es krimnya😌
Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊MintAdjie21 dan Ischyros27
29-06-2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Raina✔
أدب المراهقينCompleted Ketika mantan datang memberi rasa nyaman di saat kita merasa bosan dengan pasangan Siapa yang akan Raina pilih? Bisma Azka Tama--cowok yang dulu meninggalkannya karena memilih cewek yang lebih cantik darinya atau Bryan Arsenio--cowok yang...