RAINA 15 - Who Is Inta?

231 29 2
                                    

Raina berhasil mengejar kedua sahabatnya. Cewek mungil itu mencekal kuat pergelangan tangan Inta dan Eria.

"Ampun, Kak!" rengek mereka.

Raina melepaskan mereka lalu menjitak kepala dua sahabatnya itu. "Oke, gue maafin. Tapi, beliin gue es krim!" Inta dan Eria menghela napas lega.

"Beliin, Ta!" ucap Eria.

"Enak aja lo!" Inta memukul bahu Eria. "Mending kita patungan beliin es krim buat Kak Raina."

"Oke," Eria mengangguk menyetujui.

Inta mengeluarkan uang receh dari dalam dompetnya.

Tring!

"Duh, uang receh gue jatuh." Inta mengambil satu uang koinnya yang baru saja jatuh, mengusapnya dengan sayang sebelum memberikan kepada Eria.

Eria menghitung uang koin yang ada di telapak tangannya. "Satu, dua, tiga, dua belas, Ta!"

"Mayan, enam ribu. Dapet tiga es krim," ucap Inta senang.

"Lo berdua mau beliin gue es krim apaan?" heran Raina.

Eria yang menjawab, "itu lho ecia."

"Anjir!" umpat Raina membuat Eria dan Inta tertawa.

"Ehh, bentar," Eria mengedarkan pandangannya. "Napa mallnya sepi banget? Anjir berasa udah kita booking nih mall!"

"Iya yak? Napa jadi sepi?" Inta cengengesan. Cewek itu melihat salah seorang satpam. "Hei, Pak!" panggilnya.

"Temen lo kek manggil temennya sendiri, njir!" umpat Raina.

Satpam yang dipanggil Inta tadi menghampiri mereka bertiga. Inta langsung bertanya, "Pak, napa mallnya jadi sepi?"

"Kamu?!" Satpam yang dipanggil Inta barusan ternyata satpam yang mengejar Inta berlari tadi. "Ini semua gara-gara kamu!"

"Lah, napa jadi gara-gara saya?" bingung Inta.

"Gara-gara kamu tadi bilang kalau ada gempa, pengunjung mall di sini jadi berlarian keluar. Ini semua gara-gara kamu!"

Eria dan Raina saling melempar tatapan bingung. Satpam tadi menarik paksa tangan Inta. "Ikut saya! Kamu harus menjelaskan pada bos saya!"

"Lepasin tangan saya!" Inta memberontak. "Ini juga salah Bapak! Bapak juga percaya aja sama omongan saya!" Cewek itu malah menyalahkan satpamnya, hadeh.

Raina dan Eria yang mengikuti Inta dari belakang. Bukannya menolong sahabatnya, mereka malah ketawa ngakak. Hmm, sungguh sahabat yang baik bukan?

"Woi, Pak! Lepasin tangan saya!" berontak Inta.

Satpam membawa Inta masuk ke dalam kantor bosnya. Ada beberapa orang yang cukup penting di sana. Raina dan Eria ikut masuk. 

"Pak, anak ini yang menyebabkan kehebohan di mall. Untung saja dia belum pulang jadi saya bisa membawanya ke sini!" ucap satpam itu sambil sesekali melirik Inta yang menunduk dalam.

Bos sekaligus pemilik mall itu berdiri dari duduknya. Berjalan menghampiri Inta. Berdiri tepat di depan cewek itu.

Bos yang umurnya masih dua puluh lima tahun menghela napas berat. "Jadi anak ini yang membuat keributan?"

Satpam itu mengangguk yakin. "Iya, Pak!"

Tangan bos itu terangkat. Bukan, bukan mau memukul Inta karena sudah membuat heboh di mall miliknya, tapi...

Pletak!

Bos itu menjitak kepala Inta. "Aduh!" pekik Inta.

Inta mendongak dan menatap tajam bos muda itu. Semua orang terkejut—kecuali Raina dan Eria—melihat Inta memukul lengan bos muda itu. "Sakit, bego!"

Satpam tadi menarik lengan Inta menjauh dari Bosnya. "Jaga bicara kamu! Apa kamu tidak pernah diajari sopan santun sama kedua orang tua kamu?!" bentak satpam itu.

Kedua mata Inta berkaca-kaca. Cewek itu tidak pernah dibentak oleh siapapun. Inta menoleh ke arah Rega--bos muda tadi.

Semua orang kembali terkejut melihat Inta yang memeluk Rega. Cewek itu menangis sesenggukan di dekapan Rega.

Tangan Rega mengusap rambut Inta sambil tertawa kecil. Rega menoleh ke arah satpam tadi lalu tersenyum. "Bapak boleh keluar. Maaf juga sudah membuat bapak kerepotan."

Ucapan Rega yang selanjutnya membuat orang-orang yang ada di sana terkejut, kecuali Raina dan Eria.

"Adik saya emang begitu, suka membuat kehebohan."












🍂🍂🍂

Satu kata buat part ini?

Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Raina✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang