RAINA 19 - Dia Pergi

218 22 0
                                    

Tubuh Bisma gemetar. Anak laki-laki itu ketakutan. Ia sangat takut jika orang tuanya dan orang tua Raina marah padanya. Gara-gara dia, Bima dan Raina tertabrak bis.

Bisma yang bersembunyi di balik tembok melihat kedua orang tuanya dan orang tua Raina yang sedang duduk di depan ruang operasi.

"Ibu...jangan nangis. Maafin Bisma. Tante, maafin Bisma..." lirihnya.

Bisma mengumpulkan keberaniannya untuk menghampiri mereka. Ya, dia harus meminta maaf. Niatnya terurung melihat dua orang polisi menghampiri empat orang dewasa itu.

"Selamat malam. Kami dari kepolisian ingin memberi tahu tentang kecelakaan yang terjadi pada kedua anak Anda," ucap polisi itu.

"Informasi dari saksi mata mengatakan bahwa anak laki-laki Anda berusaha menolong anak perempuan yang menyebrang jalan. Kami sudah menangkap sopir bus yang mencoba melarikan diri."

"Sopir bus itu mengakui kecelakaan yang terjadi memang salahnya karena sedang dalam keadaan mengantuk."

Tama bertanya, "Apa ada anak kecil lagi di sana?"

Polisi sedikit mengerutkan dahinya. "Tidak. Tidak ada anak kecil lagi di sana."

Uma menggenggam erat lengan Tama dan menggoyangkannya pelan. "Terus Bisma kemana, Yah?" tanyanya panik.

Ya, Bisma berlari dari tempat kejadian karena terlalu takut. Anak laki-laki itu menyusul ke rumah sakit bersama seseorang yang dia temui di jalan.

Bisma tersentak ketika pundaknya ditepuk seseorang. "Udah ketemu sama orang tua kamu?" tanya seorang anak laki-laki yang umurnya satu tahun di atas Bisma.

Bisma mengangguk. "Udah. Di sana orang tua aku."

Anak laki-laki itu mengikuti arah telunjuk Bisma. "Ya udah, sana samperin."

"Aku takut," cicit Bisma.

Ayah dari anak laki-laki itu menghampiri mereka. Berlutut menyejajarkan tingginya dengan dua anak kecil itu. "Bisma udah tau dimana orang tuanya?"

Bryan--anak laki-lakinya yang menjawab, "Udah, Pa. Itu mereka," ucapnya sambil menunjuk apa yang tadi Bisma tunjukkan.

Arsen tersenyum. "Ayo, Om anterin ke sana."

Bisma menggeleng. "Biar Bisma sendiri aja, Om."

"Beneran?" tanya Arsen.

Bisma mengangguk. "Iya, Om. Makasih udah nganterin Bisma sampe sini."

***

"Ayah! Ibu!"

Sukma dan Tama menoleh. "Bisma!" Anak laki-laki yang menangis sesenggukan itu menghambur ke pelukan mereka. "Kamu kemana aja, Bisma?"

"Maafin Bisma, Yah, Bu," isaknya. "Maaf, gara—"

Ceklek!

Kedua orang tua Bisma melepas pelukan lalu berdiri, menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi. "Bagaimana keadaan anak saya, dok?" tanya Sukma dan Wati hampir bersamaan.

Dokter membuka maskernya. Menghela napas pelan sebelum berkata, "Mereka mengalami benturan cukup keras di kepala. Benturan yang terjadi pada Raina untung tidak terlalu parah karena dia memakai pelindung kepala dan sekarang Raina dalam keadaan kritis." Kedua orang tua Raina sedikit menghela napas lega mendengarnya.

Raina✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang