Hujan deras kembali mengguyur kota dan kilatan cahaya putih yang bersahut-sahutan tak menghentikan Bisma melajukan motornya ke rumah Raina.
Sampai di rumah Raina, Bisma langsung turun dari motor. Hendak membuka pagar, tapi tergembok dari luar. Bisma mundur dua langkah lalu mendongak, menatap ke arah lantai dua. Letak kamar Raina berada.
"Rain!"
"Raina!"
Bisma mengusap kasar wajahnya yang terkena air hujan dan kembali berteriak memanggil nama Raina. "Rain, maafin aku, Rain!"
Saat hendak berteriak lagi, sorot lampu mobil yang mengenainya membuat Bisma menoleh. Mobil berwarna biru muda itu berhenti di depan motornya.
Itu mobil Inta.
Bisma tersentak kaget ketika Inta membunyikan klakson mobil. Jendela kaca mobil terbuka dan kepala Inta menyembul keluar dari sana.
"Minggirin motor lo atau gue tabrak?!" teriak Inta.
Bisma segera memindahkan motornya bersamaan dengan Eria yang keluar dari mobil setelah membuka payung. Bisma menghampiri mobil Inta.
Tanpa permisi, dia membuka pintu belakang dan melihat Raina terduduk lemas di sana. "Rain, kamu--"
"Berhenti di situ dan jangan naik ke mobil!" larang Inta. "Gue nggak mau mobil gue basah dan harus ngeringin malem ini!"
Bisma tidak membalas Inta, tapi tetap mematuhi ucapan cewek itu. "Rain, kamu kenapa?"
Raina sama sekali tak menoleh ke arah Bisma. Raina memejamkan kedua mata erat. Berharap bisa membuat air matanya tidak turun.
Bisma kembali tersentak kaget ketika tubuhnya tiba-tiba didorong hingga membuatnya terhuyung ke kanan. Eria segera menutup pintu mobil. "Pulang lo sana!"
"Lo apa-apaan, sih?" protes Bisma.
"Lo yang apa-apaan, bangke?!" balas Eria. "Kak Raina jadi demam karena kedinginan gara-gara nungguin lo selama dua jam! Mikir dong!"
Rasa bersalah Bisma semakin bertambah. "Gue tadi wawancara jadi anggota OSIS. Hape gue lowbat dan gue lupa nge-charge."
"Wawancara anggota OSIS nggak nyampe dua jam!" bentak Eria. "Terus lo kemana selama itu, ha?!"
"G-gue..." Lidah Bisma kelu. Tidak mungkin, kan, dia bilang kalau pergi nonton konser musik band favoritnya bersama Mala lalu mampir ke kafe?
Tidak, Bisma tidak mungkin bilang yang sejujurnya.
Melihat Bisma yang tak kunjung menjawab pertanyaannya membuat senyum miring di wajah Eria terbit. Eria maju dua langkah dan berdiri tepat di depan Bisma.
"Gue bukan orang bodoh yang nggak tau gelagat lo sekarang yang lagi nyembunyiin sesuatu, Bisma."
Perhatian Bisma dan Eria teralihkan ketika pintu mobil terbuka. Bisma langsung mendekati Raina yang duduk di ujung kursi.
Kedua tangan Bisma menggenggam erat tangan hangat Raina yang berada di pangkuan lalu berbisik. "Rain, maaf..."
Hati Bisma hancur melihat air turun dari kedua sudut mata Raina. Dengan susah payah, Raina menatap tepat di mata Bisma. "Kamu dari mana? Aku nungguin kamu, Bim."
Bisma menggigit bibir bagian dalam, menahan suara isakan keluar dari bibirnya. "Ma-maaf...aku minta maaf, Rain. Maafin aku."
Tangan Raina terulur menyentuh pipi Bisma. Ibu jarinya bergerak menghapus air mata Bisma yang tersamarkan air hujan. "Aku maafin."
Dua kata yang terlontar dari bibir Raina membuat kedua mata Bisma melebar. Bisma sama sekali tidak menyangka Raina memafkannya semudah itu.
"Makasih, Rain...makasih!" Kalau Bisma tidak basah kuyup karena hujan, dia akan memeluk Raina dengan erat. Sangat erat.
![](https://img.wattpad.com/cover/225642058-288-k632041.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raina✔
أدب المراهقينCompleted Ketika mantan datang memberi rasa nyaman di saat kita merasa bosan dengan pasangan Siapa yang akan Raina pilih? Bisma Azka Tama--cowok yang dulu meninggalkannya karena memilih cewek yang lebih cantik darinya atau Bryan Arsenio--cowok yang...