"Rain."
"Hm?"
"Kamu tau alasan aku senyum terus kalo lagi di deket kamu, nggak?"
"Emang apa?"
"Kata pertama di kalimat pertanyaan aku itu jawabannya."
Setelah berhasil mencerna ucapan Bisma barusan, kedua pipi Raina memerah. Kata pertama di kalimat pertanyaan Bisma adalah kamu. Jadi, alasannya adalah Raina.
Mungkin karena salting, Raina yang duduk di jok belakang sepeda Bisma tak sadar memukul punggung cowok itu. "Bisa aja nih Si Amat gombalnya."
Bisma mendengus. "Jangan ikut-ikutan manggil aku Amat kayak Si Abrak, deh!"
Raina tertawa. "Lah, kamu juga ikut-ikutan Si Onta manggil Abrak."
Bisma ikut tertawa. "Tau nggak, Rain. Tadi kan aku debat sama Si Abrak soal yang nganterin Mala pulang."
Dahi Raina berkerut bingung. "Mala?"
"Iya, kakak kelas aku tadi, loh."
Raina mengangguk paham. Sadar Bisma tidak dapat melihat anggukannya, Raina membulatkan bibir. "Ohh."
Bisma memperlambat kayuhan sepedanya ketika bercerita. "Si Abrak tadi alesan katanya mau jemput emaknya arisan. Katanya lagi, kalo nggak dijemput, emaknya bakal banting semua perabotan yang ada di rumah. Ngeri ya?"
Raina terdiam cukup lama sebelum bertanya, "Abraka Ismail, kan, yang kamu maksud? Gebetannya Eria kan?"
"Iya, Raka gebetannya Eria."
"Tapi...tadi Eria bilang di grup katanya lagi nonton sama Raka."
Dan tepat setelah Raina mengatakan itu, dari arah berlawanan, Bisma melihat mobil Raka. Tatapan mereka bertemu. Kedua cowok itu sama-sama melotot. Bedanya, kalau Bisma melotot marah sedangkan Raka melotot kaget.
Mampus.
***
"Ohh, jadi ini yang namanya jemput emak dari arisan?"
Raka yang hendak melajukan mobil meninggalkan halaman rumah Eria harus mengurungkan niatnya melihat Bisma yang dengan santainya bersandar pada pintu mobil.
Raka menurunkan kaca jendela mobil dengan perlahan. Bukannya takut melihat tatapan tajam Bisma yang mengarah padanya, Raka malah cengengesan.
"Gue baru tau kalo Eria itu emak lo, bukan gebetan lo. Ngomong-ngomong, sejak kapan Eria nikah sama Bokap lo, Rak?"
Melihat Eria yang hendak protes dengan apa yang baru saja Bisma katakan, Raina segera membekap mulut sahabatnya yang satu itu. "Diem!"
Tatapan Raina sama tajamnya dengan Bisma. Hal itu membuat Eria memilih diam dan tidak berusaha lagi membela Raka.
"Yang katanya mau jemput emaknya arisan, ehh, taunya malah nonton sama gebetan." Bisma memang berkata dengan santai, tapi tatapan matanya jauh dari kata santai.
"Hehe," Raka nyengir lebar.
Brak!
Raka meneguk ludah susah payah ketika Bisma memukul cukup kencang kaca depan mobilnya. Raka berdoa dalam hati., semoga kaca mobilnya tidak pecah.
"Keluar lo!"
Sebelum Bisma benar-benar memecahkan kaca mobilnya, Raka segera keluar. Ia menoleh ke belakang, meringis melihat Eria yang mulutnya masih dibekap Raina.
"Kak...i-itu Eria-nya kasihan nggak bisa nap--"
Raka tidak menyelesaikan ucapannya saat kedua mata Raina menatapnya tajam. Sepertinya, Raina juga kesal karena gara-gara dia, Bisma tidak jadi menjemputnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raina✔
Teen FictionCompleted Ketika mantan datang memberi rasa nyaman di saat kita merasa bosan dengan pasangan Siapa yang akan Raina pilih? Bisma Azka Tama--cowok yang dulu meninggalkannya karena memilih cewek yang lebih cantik darinya atau Bryan Arsenio--cowok yang...