Liburan akhir semester akhirnya tiba. Saatnya tiket giveaway milik Raka digunakan. Satriya sudah menerima tiket pesawat tujuan ke Bali untuk lima orang dari Raka.
Mereka berangkat pagi ini dan menginap selama dua hari satu malam. Semua sudah siap dengan koper dan barang bawaan masing-masing.
"Dih lo mau nginep apa pindah rumah sih, bawaan lo banyak amat!" cibir Fitri pada Satriya. Barang bawaan cowok itu paling banyak diantara mereka berlima. Bahkan Satriya membawa bantal dan gulingnya.
"Ya buat jaga-jaga aja. Gue gabisa tidur tanpa bantal sama guling kesayangan gue," Satriya beralasan.
"Bantal guling bau aja bangga," ejek Putra, tertawa melihat wajah kesal Satriya.
Sementara Fitri dan Putra mengejek Satriya, Bryan di belakang mereka terus menoleh ke belakang, melihat ke arah berlawanan. Bryan merasa cemas. Raina sejak lima belas menit lalu izin ke toilet dan belum kembali sampai sekarang.
"Rain!" Bryan melambaikan tangan. Wajah cowok itu berubah cerah melihat Raina muncul dengan senyum tipisnya. "Lama banget ke kamar mandinya."
Senyum itu hilang. Raina mengerutkan kening tidak suka, "Suka-suka gue lah."
Bryan diam-diam tersenyum melihat Raina kini sudah kembali seperti biasanya. Walaupun cewek itu terlihat tak senang karena naik pesawat. Bryan tau, Raina takut ketinggian.
Pesawat sebentar lagi lepas landas. Mereka naik ke pesawat dan duduk sesuai nomor kursi yang tertera di tiket. Sialnya, Raina harus berpisah dengan Fitri. Raina duduk bersama Bryan, sedangkan Fitri duduk bertiga dengan Satriya dan Putra.
"Anjir lah! Harus banget ya gue duduk bareng kalian," protes Fitri. Cewek itu duduk di tengah-tengah kedua teman cowoknya.
"Dih sok-sokan nggak suka, padahal dalem hati lo nyanyi kan," tuduh Putra.
"Senangnya dalam hati~" sahut Satriya menyanyikan lagu Madu Tiga milik Ahmad Dani.
Dugh!
Dugh!
Kesal, Fitri memukul kepala dua temannya, "Gausah ngadi-ngadi lo berdua!"
Bryan yang duduk di sebelah mereka terkekeh mendengar perdebatan ketiganya. Berbeda dengan Raina yang sejak tadi terus melihat keluar jendela. Sepertinya Raina sedikit tertekan sebelum lepas landas.
Tuk tuk tuk!
Raina tersentak kecil saat tangan Bryan tiba-tiba terulur dan mengetuk kaca jendela di samping kirinya. "Apaan?" tanya Raina singkat.
Bryan terkekeh, gemas melihat wajah lucu Raina yang sedang kesal. Ia juga sedang berusaha kuat menahan tangannya agar tidak mencubit pipi cewek itu. "Ada apa sih di luar? Dari tadi diliatin terus. Mending liatin muka gue yang ganteng ini aja."
"Idih, pede lo!" Raina mendengus yang malah membuat Bryan tertawa kecil. Raina menopang dagu, kembali melihat ke luar jendela.
Bryan menghela napas pelan, sebenarnya dia tahu kalau Raina sedang mengurangi rasa takutnya. "Na—" kalimat Bryan terpotong saat terdengar suara dari speaker.
"Kami mohon perhatian penuh Anda sementara para pramugari mendemonstrasikan fitur keselamatan di pesawat ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih."
Seorang pramugari berdiri di barisan paling depan, mendemonstrasikan fitur keselamatan kepada seluruh penumpang sebelum akhirnya pesawat lepas landas.
Pesawat sedikit mengalami guncangan. Bryan melirik Raina yang kini memejamkan mata sambil berpegangan erat pada sandaran kursinya.
"Lucu," gumam Bryan, tersenyum tipis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Raina✔
Ficção AdolescenteCompleted Ketika mantan datang memberi rasa nyaman di saat kita merasa bosan dengan pasangan Siapa yang akan Raina pilih? Bisma Azka Tama--cowok yang dulu meninggalkannya karena memilih cewek yang lebih cantik darinya atau Bryan Arsenio--cowok yang...