RAINA 45 - Move On

182 27 43
                                    

Raina mengedarkan pandangannya, hanya ada rak buku sejauh mata memandang. Selama ini dia jarang menginjakkan kaki di perpustakaan, tapi kali ini dia butuh ketenangan. Benar-benar hanya ada dirinya di sudut baca.

"Lo bego, Kak."

"Lo seminggu ini nangisin orang yang bahkan nggak mikirin lo sama sekali. Dia malah seneng-seneng sama pacar barunya sekarang."

Ucapan Inta hari itu masih terasa menyakitkan untuk diingat oleh Raina. Suasana peprustakaan yang sepi benar-benar mendukung perasaannya. Dia bisa menangis sepuasnya di sudut ruangan.

Bruk!

Raina terkejut saat sebuah buku kecil berjudul Move On tiba-tiba mendarat di depannya. Raina mencari keberadaan orang yang melempar buku itu. Apakah itu hanya kebetulan atau ada orang yang sengaja melemparnya?

"Siapa yang lempar buku ini?" Raina mengangkat buku itu sambil mengedarkan pandangan. Kosong. Tak ada seorang pun di sana.

Sejenak Raina sedikit merasa takut. Pasalnya perpustakaan hari ini benar-benar sepi. Rasanya tak mungkin kalau penjaga perpustakaan gabut kemudian melemparkan buku padanya. Keterlaluan.

"Heh keluar lo kalo berani!" Suara Raina sedikit gemetar. Dia menelan ludah kasar, memberanikan diri untuk mencari orang tersebut di antara rak buku. Saat itulah Raina menyadari perpustakaan terlihat menyeramkan saat sepi.

Raina mulai mengitari semua rak buku hingga sampai di ujung rak terakhir, tapi dia tak melihat siapapun. Raina menghentikan langkahnya saat mendengar suara langkah kaki dari belakang tubuhnya. Dia sangat berharap itu adalah langkah kaki manusia.

"WOII!!"

"Anjir kaget!!" Raina memekik dan reflek menutup matanya. Dia baru berani membuka matanya saat mendengar suara tawa seseorang yang cukup familiar.

"Ngakak gue! Muka lo kalo takut jelek banget!" Bryan masih berusaha menghentikan tawanya. Raina yang merasa dikerjai langsung memasang wajah cemberut.

"Lo gabut apa gimana sih tiba-tiba ngangetin gue!" Raina memukul Bryan dengan buku yang dibawanya.

"Lo juga ngapain di sini sendirian? Bel masuk bentar lagi bunyi tuh."

Raina menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "G-gue mau baca buku lah," tiba-tiba dia jadi gagap.

"Oh baca buku toh. Liat dong bukunya!" Bryan dengan cepat menyambar buku yang dibawa Raina.

"E-eh!?"

Bryan tersenyum sekilas saat melihat wajah kaget Raina. Kemudian beralih melihat buku yang direbutnya, "Move on? Lo habis putus?"

Raina mendecak kesal, "Bukan urusan lo!"

Bryan terkekeh, "Cie yang mau move on!"

"Anjir apaan sih lo!" desis Raina merasa tak suka, "kalo sahabatnya baru putus disemangatin kek!"

Semudah itu Bryan mendapat informasi yang dia inginkan tanpa harus bertanya. "Disemangatin? Emangnya lo sedih?"

"Menurut lo?" Raina memutar bola matanya malas. Dia sangat kesal sampai tak sadar dengan apa yang dia katakan.

"Ngapain sedih? Kalo putus artinya dia bukan yang terbaik buat lo. Cari aja cowok lain, banyak kok. Nih di depan lo ada satu," Bryan menaikturunkan alisnya beberapa kali.

Raina menatap sinis Bryan, "Dih siapa juga yang mau sama lo."

Bryan terkekeh sekali lagi, "Kalo nggak mau sama gue masih banyak kok cowok di luar sana."

Raina✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang