"Raina, ada yang nyariin kamu!"
Suara teriakan itu membuat Raina mendengus kesal. Pasti Inta dan Eria yang mencarinya. Siapa lagi kalau bukan mereka?
Padahal mereka saja baru pulang dari rumahnya setelah tadi malam menginap. Dan sekarang, masa mereka mau main lagi? Atau mereka balik lagi untuk mengambil barang yang tertinggal?
Ahh, mana mungkin ada barang mereka yang tertinggal. Malah lebih sering barang Raina yang hilang setelah mereka menginap di rumahnya.
Ehh tapi, kalau mereka datang kan pasti langsung berlari ke lantai dua letak kamarnya berada, tidak mungkin sampai Wati berteriak memanggilnya.
Raina beranjak bangun dari posisi tengkurap. Ia berjalan keluar kamar lalu menuruni tangga. Mengernyit heran melihat seseorang yang duduk di ruang keluarga bersama Ayahnya.
Raina menghampiri mereka. Terkejut melihat seseorang itu. "Bisma?"
Bisma menoleh dengan senyum manis di wajah tampannya. "Hai, Rain!"
"Ngapain ke sini?"
"Ya emang nggak boleh?" Bukan Bisma yang bertanya balik, tapi Nugraha.
"Ish, Papa, emang Raina tanyanya sama Papa?" kesal Raina.
Nugraha tidak mengalihkan pandangannya dari koran ketika berkata, "Iya deh, yang sekarang lebih sayang sama pacarnya daripada Papanya."
Raina langsung memeluk Nugraha dari samping. "Ihh, bukan gitu. Papa mah tetep cinta pertamanya Raina."
"Gombal," Nugraha terkekeh geli mendengarnya. Pria paruh baya itu menarik tangan Raina yang melingkar di pinggangnya hingga terlepas lalu beranjak berdiri. "Udah ah, daripada Papa jadi nyamuk di sini, mending pacaran sama Mama."
"Pacaran aja terus!" Raina mencebikkan bibirnya kesal. Kedua orang tuanya setiap hari selalu terlihat seperti sepasang remaja yang baru pacaran saja. Bahkan dia dan Bisma kalah romantis dari mereka.
"Biarin!" balas Nugraha. Sebelum pergi dari sana, Nugraha menepuk pundak Bisma, "Anggap aja kayak rumah sendiri ya, Bis?"
"Siap, Om," Bisma mengangguk.
"Kamu ngapain ke sini?" Raina mengulang pertanyaannya setelah Nugraha meninggalkan mereka berdua di ruang keluarga.
"Mau ajak kamu jalan-jalan," Bisma menjawab setelah menyeruput tehnya.
Sebelah alis Raina terangkat, bingung. "Jalan-jalan ke mana?"
"Nanti kamu juga tau," jawaban Bisma membuat Raina mendengus kesal. "Sana buruan siap-siap. Aku tungguin," ucapnya setelah itu mengacak puncak kepala Raina.
***
Bisma yang fokus menyetir melirik sekilas Raina yang melihat pemandangan di luar jendela mobil. Bisma meraih tangan Raina yang mencengkram tali sling bag.
Hal itu membuat Raina tersentak kaget. Apalagi ketika Bisma mencium punggung tangannya. "Pemandangan di luar sana emang lebih bagus ya daripada liatin wajahku?"
Raina berusaha menarik tangannya, tapi Bisma malah mempererat genggamannya. Bisma melirik Raina, tersenyum geli melihat semburat merah muncul di kedua pipi cewek itu.
"Kamu juga dari tadi liatin terus ke depan," Raina kembali memalingkan wajahnya ke kiri, melihat ke luar jendela.
Raina mendengar suara tawa Bisma. "Ya kalo aku nyetir liatin kamu terus, nanti kita nabrak." Mendengar jawaban Bisma barusan, bibir Raina berkedut, sedang berusaha keras menahan tawa.
Drrttt...drrttt
Ponsel Bisma yang tergeletak di dashboard bergetar cukup lama, menandakan sebuah panggilan masuk. "Tolong angkat teleponnya, Rain."
Raina menoleh ke arah Bisma. "Kok aku?"
"Kedua tanganku kan sibuk." Raina melirik tangan kanan Bisma yang memegang stir kemudi dan tangan kiri cowok itu yang menggenggam tangannya.
"Lepasin tangan aku terus angkat teleponnya," Raina berusaha menarik tangannya lagi, tapi genggaman tangan Bisma begitu erat.
Bisma menoleh ke arah Raina lalu nyengir lebar. "Nggak mau."
"Ish," Raina berdecak sebal. Tangan kirinya terulur meraih ponsel Bisma. "Ibu negara?" Dahi Raina berkerut samar membaca nama seseorang yang menelpon Bisma.
"Itu Ibu yang nelpon, angkat aja." Ucapan Bisma membuat Raina tersentak lalu menggeleng kuat. Bisma yang melihat itu mengernyit bingung. "Kenapa?"
Tahu apa yang Raina pikirkan, Bisma tertawa. "Kamu masih takut sama Ibu?"
"Ehh, emm, bukan gitu."
Suara tawa Bisma kembali terdengar. "Emang, Ibu itu nakutin. Lebih serem daripada hantu."
Mulut Raina terbuka lebar. Bisa-bisanya cowok itu membicarakan hal buruk mengenai ibunya sendiri.
Ya meskipun dalam hati Raina membenarkan perkataan Bisma. Sukma kalau sudah marah memang lebih seram daripada hantu, ups!
Ponsel Bisma yang Raina genggam kembali bergetar. "Buruan angkat Rain. Ntar taring Ibu muncul kalo teleponnya kelamaan diangkat," suruh Bisma lalu tertawa.
Raina menggeser tombol hijau pada layar ponsel setelah itu menempelkannya ke telinga. Raina meringis mendengar suara teriakan dari sebrang telepon.
"BISMA! Kenapa kamu lama angkat telepon Ibu?! Kamu udah mulai mengabaikan Ibu, iya? Dan tadi Ibu bersin-bersin, jangan-jangan kamu lagi ngomongin ibu, iya?! Dasar anak kurang ajar!"
Raina ingin sekali mengumpat karena teriakan Sukma membuat telinganya berdengung, tapi tidak mungkin kan Raina melakukan itu?
Apalagi baru kemarin Sukma merestui hubungannya dengan Bisma, masa mau buat wanita paruh baya itu membencinya lagi? Jangan lah.
"Tante, ini Raina," jawab Raina dengan suara selembut mungkin.
"Ehh, Raina?" Dari nada suara Sukma, sepertinya Ibu dari cowok yang duduk di samping Raina ini terkejut. "Aduh, maaf ya, Rain. Tante tadi teriak-teriak sama kamu."
Raina tersenyum kecut. "Nggak papa, Tan. Ini Raina yang angkat soalnya Bisma lagi nyetir. Tante mau ngomong sama Bisma?"
"Nggak usah, Rain. Bilangin Bisma aja nanti kalau pulang jangan lupa beliin martabak telur di depan komplek perumahan kamu. Ya udah ya, Rain. Tante tutup teleponnya. Assalamualaikum."
Tut, tut, tut!
Setelah Raina berhasil mencerna ucapan panjang lebar Sukma, Raina baru menjawab salam, "Waalaikumsalam."
Melihat Raina yang kembali menaruh ponsel di atas dashboard, Bisma bertanya, "Ibu bilang apa, Rain?"
Raina menoleh ke arah Bisma, "Kamu disuruh beliin martabak telor kalau pulang nanti." Cowok itu mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
Mobil Bisma berhenti. Raina melihat Bisma yang menurunkan kaca jendela mobil, memencet tombol lalu keluar sebuah kertas parkir.
Raina mengedarkan pandangan, mungkin saja dia bisa mengetahui dimana sekarang mereka berada. Nah ketemu! Raina membaca papan besar bertuliskan Gembira Loka Zoo.
Dahi Raina berkerut bingung. Kenapa Bisma mengajaknya ke kebun binatang?
"Kok kita ke--" Raina menoleh ke kanan, mengernyit tidak melihat Bisma di sampingnya. Kemana perginya cowok itu?
🍂🍂🍂
Kalian namain kontak Ibu kalian di hp apa? Kalo Mint, Ibu Negara, sama kayak Bisma😂
Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊MintAdjie21 and Ischyros27
26-08-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Raina✔
Teen FictionCompleted Ketika mantan datang memberi rasa nyaman di saat kita merasa bosan dengan pasangan Siapa yang akan Raina pilih? Bisma Azka Tama--cowok yang dulu meninggalkannya karena memilih cewek yang lebih cantik darinya atau Bryan Arsenio--cowok yang...